Vale meringis tersadar saat rambutnya ditarik keras ke atas. Lia, wanita itu pelakunya. "ARGH!"teriak Vale kesakitan saat kakinya dipukul dengan tongkat baseball oleh pria yang beberapa waktu lalu ia lihat.
Tubuh Vale sudah terasa remuk. Apa yang mereka lakukan padanya saat pingsan? Ia meringis kembali karena Lia lagi-lagi menarik kasar rambutnya. Kali ini ia dipaksa minum susu basi. Sontak saja Vale memuntahkannya dengan sengaja ke wajah Lia.
"Jalang sialan!"
PLAK! PLAK! PLAK!
Vale mendapat tamparan tiga kali sebagai balasannya. Kapan Max akan datang? Vale rasa ia butuh pria itu keluar dan meninggalkan Vale berdua saja dengan Lianjing. Vale tidak yakin bisa melawan pria itu dengan keadaan sudah cukup babak belur dan kodrat laki-laki bertenaga lebih kuat dari perempuan.
Vale terbatuk dan darah keluar dari mulutnya. Pria yang bersama Lia itu segera menghentikan Lia dan berkata dengan sangat kejam.
"Jangan terus menampar atau memukulinya beb. Biarkan organ dalamnya aman, kamu lukai saja kulitnya. Organ sehat yang kita jual bisa mendapatkan banyak uang."
"Ah! Kau sangat jenius juga sayang. Kita jual saja organnya nanti kalau sudah mati dengan harga miliaran."
Sepasang mata Vale terpejam berusaha menahan diri agar tidak mengumpati pasangan jahat di hadapannya. Saat matanya terbuka kali ini bukan berbeda lagi tapi sudah bercampur baur menjadi satu yaitu mata hitam kebiruan.
Pria itu berhenti menyeringai ketika seorang laki-laki berpenampilan serba hitam datang dan membisikkan sesuatu.
"Beb, kamu tetaplah di dalam. Biar aku yang mengurus di luar. Sepertinya...si bajingan itu datang untuk menyelamatkan putri buruk rupa layaknya pangeran berkuda putih."
"Tentu sayang. Kamu harus kembali. Ah..jangan sampai membunuh Max. Kita harus mendapatkan harta mereka."
Lia dan pria itu kembali berciuman sebentar sebelum akhirnya hanya meninggalkan Lia berdua saja dengan Vale. Lia tersenyum sambil bertepuk tangan menatap Vale yang hanya diam.
"Sayangnya kamu harus ku bunuh sekarang juga. Padahal aku berharap untuk menyiksamu dalam waktu yang lama. Baiklah kamu ingin ku bunuh dengan cara apa?"
"Khe..khe..khe..",sebuah tawa mengerikan keluar dari Vale membuat Lia merasa agak merinding. Terlebih tekanan gelap disekeliling akibat Vale dan Lav yang telah menjadi satu.
"Jangan tertawa menyeramkan begitu! Tidak ada gunanya! Kamu akan segera mati!"
BRAK!, Vale sontak melepas ikatan pada dirinya begitu saja dan berdiri sambil melempar kursi kayu yang tadi di dudukinya hingga hancur. Ia dengan cepat mengambil tongkat baseball itu lebih dulu.
Meski kakinya agak pincang dan Vale sekuat tenaga bertahan untuk berdiri, ia tetap menatap tajam Lia. Bibirnya membentuk seringaian lebar seperti orang gila. Bahkan Lia semakin merasa takut.
"KAMU! KAMU UDAH GAK WARAS! KAMU GILA!"
Lia mundur dan berusaha mencari benda apapun untuk menjadi senjatanya. Nihil, karena di ruangan untuk menyekap Vale itu benar-benar tidak terdapat apapun.
"Gue emang udah gila karena lo yang udah buat gue jadi kayak gini. Kalau lo tetap diam dengan baik, gue nggak harus jadi malaikat maut buat lo."
Tubuh Lia menjadi kaku karena terlalu syok dan takut. Vale tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang padanya. Dengan segera di layangkanlah tongkat baseball itu pada tubuh Lia tanpa ampun.
"Lo harus mati!"
📖📖📖
Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^
Yg mau dm gue bisa ke @shasa._05
(Selasa, 07 Mei 2024)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help You (END)
Teen Fiction"Ssh..sakit..to..long..to..longin..gue..siapapun..." Vale menatap datar Max yang sedang meringkuk tidak berdaya disudut gudang. Ia lalu menghampirinya dan membantu Max berdiri dengan agak susah payah karena tubuh Max itu cukup berat. "Ale?" "Hm. Le...