HY x 20

1.4K 67 0
                                    

"Nona Valeria, anda akan pergi kemana?"

Vale menoleh ke belakang saat suara seorang bodyguard dirumah menginterupsinya. "Em..pergi jalan-jalan sebentar keluar. Kamu tidak perlu mengikutiku. Aku sudah meminta izin pada dady dan Max untuk keluar."ucap Vale tidak sepenuhnya bohong.

Yah..Vale tadi sudah mengirim pesan pada dady juga Max, meski belum dibaca saat terakhir kali ia lihat. "Tapi nona, saya ti---"ucapan bodyguard itu langsung Vale potong.

"Jangan membantahku. Aku sedang ingin sendirian, jika kamu mengikuti... aha..kepalamu bisa menjadi pajangan indah dikamarku."ucap Vale dingin lalu pergi meninggalkan bodyguard itu yang diam mematung.

Vale pun berhasil keluar dengan agak susah karena para pekerja yang bertanya kemana dia akan pergi dan apakah dia sudah meminta izin pada kedua pria yang menjadi keluarganya. Sungguh membuang waktu dan mengesalkan.

Kakinya terus melangkah disepanjang trotoar, entah akan pergi kemana. Sepasang matanya berbinar saat melihat diseberang jalan ada orang yang lagi menjual cilok. Sudah lama ia tidak makan cilok.

Belum sempat Vale menyebrang, sebuah tangan sudah membekapnya dengan kain dicampur obat bius. Sial! Vale lengah. Vale mencoba menahan nafasnya dan berusaha melepaskan diri. Percuma, ia sepertinya tanpa sengaja menghirup sedikit obat bius itu.

Perlahan pandangan Vale mengabur. Dengan lirih ia memanggil nama Max sebelum kesadarannya menghilang.

📖📖📖

"Ah! Kamu memang yang terbaik, sayang!"

"Tentu saja, beb. Kalau begitu kamu ingin membunuhnya kapan dan bagaimana kamu membunuhnya?"

"Um..kurasa tidak akan seru kalau aku membunuhnya sekarang. Jadi kita mainkan dia sebentar sebelum kita membunuhnya."

"Ide bagus, beb. Aku ingin memakan bibirmu itu lagi. Canduku.."

"Sayang...aku milikmu. Emh..."

Vale samar-samar mendengar percakapan antara dua orang dan suara salah satu dari mereka terdengar familiar. Sepasang matanya terbuka dan berusaha beradaptasi dengan sekitarnya yang tidak terlalu terang tapi agak gelap.

Tanpa ada yang menyadari, warna mata Vale keduanya berbeda. Satu mata tetap berwarna biru dan satu mata lagi berubah menjadi hitam pekat. Vale mantap datar pada sejoli dihadapannya yang sedang berciuman panas dan tidak menyadari dirinya yang sudah sadar.

"Uh..mata gue ternodai. Seharusnya gue keluar nanti saja."

"Diam. Gue kesel sama lo yang tetep maksa keluar. Mumpung lo udah keluar dan mereka masih sibuk, cepat cari cara lepasin kita. Gue lagi males mikir."

"Males mikir? Sialan lo. Tapi oke deh. Eh..gue rasa ada baiknya kita ikut permainan mereka dulu, baru setelah itu gue bunuh dan cincang tubuh mereka. Bagaimana Vale?"

"..."

Vale tidak membalas Lav dan fokus melepas ikatan pada tangannya. Kening Vale mengernyit tidak suka saat sejoli dihadapannya itu malah semakin panas. Dasar tidak tahu tempat! Ia tidak Sudi menonton adegan panas mereka.

"WAH! WAH! Benar-benar pasangan yang cocok. Satunya jalang, satunya lagi si brengsek."

Sontak saja pasangan yang tadi masih ciuman panas itupun melepas tautan diantara mereka dan menatap remeh juga tajam Vale.

"Diamlah. Apa kamu menjadi bodoh setelah ditangkap? Seharusnya kamu ketakutan bukan tenang seperti sekarang."ucap Evelyn alias Lia dengan nada meremehkan.

"Buat apa gue takut. Lo benar-benar pintar pakai topeng lo. Meski gue tahu wajah asli dibalik topeng lo itu, Evelyn. Oh, atau gue harus panggil lo Lia si wanita jalang!?"

📖📖📖

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

Sorry, gue lama update😅🙏🏻

(Senin, 08 April 2024)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang