"Kemana mereka tadi? Sial! Gue kehilangan mereka!"
Vale menghentakkan kakinya kesal. Kalau gudangnya cuman satu sih gak apa tapi masalahnya gudangnya ada lima dan Vale sedikit takut kalau sendirian, ia takut hantu.
Samar-samar ia bisa mendengar suara pukulan balok dan rintihan dari gudang paling pojok. Vale bergegas kesana dan menendang pintunya. Benar, Max ada disana dan sedang dipukuli oleh beberapa laki-laki dengan tongkat kayu.
"Apa yang kalian lakukan!?"
"Oh, Kak Vale. Kak Vale mau ikut kami bersenang-senang?"
"Pergi."
"Oh, oke-oke Kak. Kita pergi. Kakak bisa bersenang-senang menyiksanya sendirian."
Vale tidak menjawab dan hanya menatap ketiga laki-laki itu tajam hingga mereka pergi. Ia menyugar rambutnya kebelakang dengan kesal. Ini benar-benar buruk.
"Ssh..sakit..to..long..to..long.."
Vale lalu menatap datar Max yang sedang meringkuk tidak berdaya disudut gudang. Ia lalu menghampirinya dan membantu Max berdiri dengan agak susah payah karena tubuh Max itu cukup berat.
"Ale?"
"Hm. Lebih baik lo diam dan setidaknya lo bantu gue dikit. Tubuh lo tuh berat."
Max diam dan dengan kekuatan tersisa membantu Vale yang sedang memapah dirinya agar tidak terlalu kesusahan. Kemudian mereka berdua keluar dari gudang menuju UKS.
Vale segenap kekuatannya berusaha memapah tubuh Max. "Ck. Tubuh ini lemah banget sih."gerutu Vale pada tubuh yang ia tempati.
Karena tubuhnya didunia nyata saja sangat kuat hingga bisa menggendong tubuh laki-laki seperti Max, berbeda dengan tubuh yang ditempati Vale sekarang.
"Lo! Bantu gue papah Max!"titah Vale pada seorang laki-laki cupu yang kebetulan lewat dan tentu saja dipatuhi dengan terpaksa. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di UKS.
"Thanks udah bantu gue."
"Eh? Ah iya Vale."
"Ya udah, lo boleh pergi."
Laki-laki cupu itupun pergi setelah membantu Vale hingga membaringkan Max diatas salah satu ranjang yang ada di UKS.
"Lo tunggu disini dulu. Gue ambil kotak P3K nya."ucap Vale dan mulai mencari kotak P3K karena di UKS tidak ada siapapun. Setelah menemukannya, Vale lekas mengobati luka Max.
"Buka baju lo."
"Ka..kamu mau ngapain? Ini disekolah."
"Gue gak mau ngelakuin hal mesum ke lo. Gue mau lihat luka lo, cepat buka!"
Max membuka bajunya dan memperlihatkan six pack dengan lebam-lebam bewarna keunguan. Vale meringis melihat lebam-lebam itu meski dalam hati ia malu melihat tubuh indah Max.
"Pasti sakit.."gumam Vale yang masih bisa didengar Max. "Gue pergi beli es batu du--"
"Jangan pergi."
"Tapi lebam lo harus gue kompres pake es batu."
Max menggeleng. Entah kenapa Vale merasa Max sudah tidak takut dengannya dan berubah sedikit manja? Vale menghela nafas panjang sebelum menutup kembali baju Max yang masih terbuka.
Hening dan canggung. Vale tidak suka dengan suasana yang hening dan canggung ini, "Max. Gue minta maaf buat perbuatan jahat gue sebelumnya. Maaf udah siksa ataupun lukai lo."
"Iya, nggak apa kok Ale. Aku udah maafin kamu."
Vale menatap tidak percaya Max. Bagaimana bisa ada laki-laki yang begitu baik dan pemaaf seperti Max? Vale sungguh menyayangkan sikap Valeria asli dalam novel karena telah membuat Max hingga berubah menjadi psikopat.
Ia ingat jika orang jahat itu adalah wujud dari orang baik yang tersakiti. Vale tersenyum tulus menatap Max.
"Gue udah putusin bakal selalu nolong lo dan bakal gue pastiin lo bakal bahagia."
Sayangnya Vale tidak pernah tahu bahwa Max sudah menjadi seorang psikopat dan manipulatif. Max menyeringai tipis menatap Vale.
📖📖📖
Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^
(Selasa, 26 Desember 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help You (END)
Teen Fiction"Ssh..sakit..to..long..to..longin..gue..siapapun..." Vale menatap datar Max yang sedang meringkuk tidak berdaya disudut gudang. Ia lalu menghampirinya dan membantu Max berdiri dengan agak susah payah karena tubuh Max itu cukup berat. "Ale?" "Hm. Le...