HY × 04

2.4K 140 0
                                    

"Valeria? Maxwell?"

Vale yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh dan menemukan seorang anak laki-laki dengan rompi PMR baru saja datang. Ia lalu melihat ke badge namanya, Leonardo Griffin Harrison si tokoh utama laki-laki.

Vale mendengus melihatnya, ia lupa jika Leon adalah ketua PMR. "Untung lo udah dateng. Tolong beliin gue es batu."ucapnya kemudian pada Leon.

Leon berdecak. "Lo beli sendirilah, gue bukan babu lo."ucapnya ketus meski dalam hati terheran-heran dengan perilaku Vale. Sebelum Vale sakit, Vale selalu berusaha menempelinya dan mengganggu Evelyn -tokoh utama perempuan- kekasihnya.

Meski sebenarnya Vale tidak lebih buruk dari Olivia -tokoh antagonis perempuan. Vale memutar kedua bola matanya malas, "Lo kan PMR. Sudah tugas lo buat bantu dan obatin orang yang lagi sakit. Jadi lo harus pergi beliin es batu sekarang buat gue kompresin ke tubuh Max. Cepet!"

  Leon menatap tidak percaya Vale. "Hah? Gue gak salah denger? Lo mau obatin Max. Yang ada lo selalu siksa dan bully Max. Mending lo pergi, gue gak akan biarin lo siksa sahabat gue lagi."

Kening Vale mengernyit dan berusaha mengingat isi novel. Kenapa bisa ia tidak mengingat isi novel seluruhnya! Vale menatap tajam Leon, "Gue saudaranya dan gue udah berubah. Cepet sana lo beliin es batu!"

"Gue nggak apa. Tolong lo beliin es batu."

Leon mengangguk mendengar ucapan Max lalu menatap tajam dan memperingati Vale sebelum pergi, "Awas aja kalau lo sampai siksa atau lukain Max lagi!"

"Dasar! Gue merinding dengernya. Kok lo sama Leon kayak pasangan gay tau."

Vale terdiam. "Lo. Lo barusan ngomong pake lo - gue sama Leon dengan nada datar?"ucap Vale sambil memandang Max dengan penuh selidik.

Max seketika memasang raut wajah polosnya seakan-akan tidak tahu apapun. "Ngomong apa Ale? Aku dari tadi diam aja."tanya Max pura-pura bingung sambil memiringkan kepalanya sedikit.

Vale yang melihat tingkah Max merasa gemas terlebih wajah imut dan polos Max. "Lo imut banget sih Max. Gue jadi makin bersalah karena udah jahat sama lo. Coba aja kita bukan saudara pasti lo udah gue jadiin pacar gue."ucap Vale dan mencubit pipi Max gemas.

"Kita cuman saudara tiri, Ale."

"Tetep aja saudara dan lo pasti bakal cinta sama cewek lain."

📖📖📖

"Max, lo belum pulang?"

  Vale berjalan cepat menghampiri Max yang sedang duduk dihalte bus tak jauh dari sekolah mereka. Beberapa orang yang melihat mereka berdua merasa aneh karena Vale selalu membully dan menyiksa Max.

  Bahkan Max jika bertemu Vale selalu berusaha menghindar. Tapi kenapa mereka berdua sangat dekat dan seperti sepasang kekasih daripada saudara tiri? Vale dan Max tidak terlalu peduli dengan sekitar mereka.

"Belum, Ale. Ini aku lagi nunggu bus datang."

  Pandangan Vale lalu beralih melihat perban diperut Max. "Apakah masih sakit?"tanya Vale sambil menyentuh perut Max dan menekannya pelan. Max meringis kecil dan menahan tangan Vale, "Iya, masih sedikit sakit Ale."

"Ayo pulang sama gue. Itu Pak Asep udah dateng."

"Nggak, Ale. Nanti dady marah dan hukum aku lagi."

Vale merasa benar-benar bersalah, marah dan ikut sedih pada Max meski bukan dirinya yang membully atau menyiksa Max.

"Lo tenang aja. Gue gak bakal biarin Dady hukum lo lagi. Sekarang ayo pulang, Max."ucap Vale lembut seraya menggandeng tangan Max untuk pergi dari halte bus menuju sebuah mobil sedan hitam.

Max menatap tangannya yang digandeng Vale, ia merasa hangat dan nyaman. Rencananya untuk menyiksa dan membunuh Vale selama ini seakan menghilang dari pikirannya.

  Yang Max inginkan sekarang adalah membuat Vale menjadi miliknya. Yah..Max sangat ingin memiliki Vale yang sekarang untuk dirinya sendiri.

📖📖📖

Haha maaf ya kalau ceritanya agak gaje.

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

(Selasa, 26 Desember 2023)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang