HY x 27

1.3K 72 0
                                    

"Oke, terimakasih atas kerja sama kalian hari ini. Pemotretan selanjutnya kita lanjutkan besok malam."

Vale yang sedang di hapus make up nya oleh Glisa pun mendelik pada Sintya. "Kenapa lo kasih tahunya mendadak. Gue nggak bisa kalau besok malem."ucap Vale kesal karena kebiasaan Sintya yang suka mendadak.

"Emang lo mau ngapain besok? Gue tahu jadwal lo ya. Atau lo mau lakuin itu? Oh ayolah Vale. Lo harus move on!"

  Vale sedikit melirik Max dan menghela nafas panjang. "Yang pasti besok malem gue nggak bisa. Gue pergi dulu. Ada restoran yang masih harus gue urus."pamit Vale kemudian setelah wajahnya bersih dari make up.

"Valeria."

Langkah Vale yang akan berjalan pergi terhenti karena panggilan dari Max. Ia tidak menoleh ke belakang. Kenapa bisa ada Max di dunia nyata? Bukan hanya wajah bahkan suaranya juga sama?!

"Bisa kita bicara sebentar."

📖📖📖

"Jadi lo mau bicara tentang apa?"ucap Vale tetap tidak menatap ke arah Max dan menatap ke arah lain. Ia harus melupakan Max dan tidak boleh menjadikan laki-laki yang mirip Max ini sebagai pelampiasannya.

"Ale."

"Jangan panggil gue dengan nama itu!"seru Vale tidak terima jika ada orang lain yang memanggil dirinya dengan nama Ale selain Max di dunia novel, "Kalau gak ada yang mau lo omongin, gue pergi."

SET!

Vale yang baru akan membuka pintu mobil sontak membeku ketika mendadak Max memeluknya.

"Akhirnya.. akhirnya aku berhasil menemukanmu, Ale.."

"Lepasin gue! Apa yang lo bicarain! Dasar gila!"

Vale kembali terdiam saat Max membalikkan tubuhnya dan menarik satu tangannya ke wajah Max.

"Ale..Ale.. mau pergi ninggalin Max lagi. Max nggak akan biarin Ale pergi lagi. Max kan sudah bilang bakal cari Ale sampai kemanapun itu."ucap Max lirih sebelum menangis seperti anak anjing yang kesakitan.

Hati Vale terasa berdenyut sakit melihat Max yang menangis. Ia menghapus air mata Max dengan tangannya, "Jangan nangis. Lo jelek kayak anjing."

"Anjing kecil yang lucu, bukan anjing jelek."

"Lo beneran Max?"

"Iya, ini Max-nya Ale. Maxwell Orion Walker."

Kini malah giliran Vale yang menangis. Max tersenyum dan menarik Vale masuk ke dalam pelukannya.

Sudah sejak tadi saat melihat Vale setelah sekian lama, Max ingin memeluknya. Tapi ia tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui identitas aslinya kecuali Vale dan seseorang yang sudah pergi ke Tuhan.

"Hiks..tapi kenapa lo bisa ada disini?"

Max tersenyum dan mencium kening Vale lembut. "Itu bukan dunia novel. Tapi dunia nyata seperti duniamu hanya saja beda dimensi. Aku bisa kesini karena bantuan nenekmu."

"Nenek? Tapi nenek sudah meninggal sehari sebelum aku bangun dari koma?"

"Ah..maksudku nenekmu yang ada di dimensiku. Kamu tahu? Sejak kamu pergi, dunia dimensiku terputar kembali ke awal bagian kamu belum berubah menjadi baik tapi aku tidak pernah melupakanmu. Tidak sedikitpun. Ya meskipun kurasa Valeria disana berubah tidak jahat? Aku tetap hanya ingin dirimu."

"..."

"Aku terus coba mencari cara agar bisa bertemu denganmu dan aku bertemu nenekmu di jembatan. Disaat aku putus asa dan ingin mengakhiri hidupku."

Sepasang mata Vale membulat ketika mendengarnya dan mencengkram kerah kemeja Max, "Jangan pernah lakukan hal itu lagi Max! Hargai hidup lo sendiri!"

"Tapi aku beneran gak bisa waktu itu tanpa kamu. Aku kayak orang gila karena cuman aku yang ingat kamu."

📖📖📖

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

Yg mau dm gue bisa ke @shasa._05

(Rabu, 08 Mei 2024)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang