HY x 29

1.3K 63 0
                                    

Beberapa hari kemudian setelah pertemuan antara Vale dan Max, mereka hanya bertemu untuk pemotretan bersama. Selebih itu tidak ada. Mereka tidak mengobrol atau bertemu lagi secara pribadi.

"Bun, kenapa Vale harus dandan sih? Biasanya juga Vale bakal diem di kamar kok kalau ada tamu. Lagian Vale males ketemu tamu."

Hana membalikkan tubuh Vale menghadap cermin dan tersenyum puas melihat karyanya. "Kamu cantik. Mirip mama dulu pas masih seusia kamu. Tapi kamu manisnya mirip ayahmu."ucap Hana bangga.

Vale yang mendengar hanya menggunakan kata sabar dalam hatinya. Kurang sabar apa coba dia?

Ia sudah sangat bersabar dari Hana sang bunda yang menyuruhnya ganti baju memakai gaun, merias wajah dan rambutnya hingga tentang parfum yang harus di pakai Vale.

"Bunda nggak ngerencanain sesuatu yang aneh kan?! Vale nggak mau kalau ayah sama bunda jodoh-jodohin Vale lho!"

Hana terkekeh, "Bunda nggak tahu. Tapi sahabat ayahmu datang bersama putra tampan mereka. Katanya mau lamar kamu. Kenapa kamu nggak bilang kalau udah dekat sama anak sahabat ayahmu? Bunda setuju kalau kamu nikah sama dia."

"Apa?! Lamaran? Vale nggak dekat sama cowok kecuali soal kerja, Bun."

"Ya, ya, ya. Kita lihat saja nanti apa putri sulung bunda ini masih akan mengatakan hal yang sama setelah melihat calon suaminya."ucap Hana tidak peduli dan segera menarik Vale untuk ke ruang tamu yang berada di lantai satu.

Langkah Vale sontak terhenti ketika melihat sosok Max yang sedang duduk dan tersenyum lembut padanya. Apa? Kenapa Max bisa disini?! Jangan bilang kalau yang datang untuk melamar itu adalah Max?!

"Max? Kenapa lo--kamu ada disini?"

"Ah! Ini Vale ya? Astaga! Kamu tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan manis."seru seorang wanita sebaya Hana dan langsung memeluk tubuh Vale yang kemudian di akhiri dengan ciuman di kedua pipi Vale.

Hana lalu mengajak Vale dan wanita sebaya Hana yang di ketahui sebagai mama kandung Max itu dengan nama Gina. Pikiran Vale terasa kosong dan masih mencoba mencerna semua hal yang terjadi secara tiba-tiba ini.

Bahkan kedua belah pihak keluarga sudah membahas tentang pernikahan. Padahal Vale belum mengatakan apapun. Max terkekeh melihat tingkah Vale yang terlihat lucu di matanya.

"Ma-Pa, Ayah-bunda. Max boleh ajak Ale keluar buat bicara berdua?"

Hiro alias ayah Vale sontak menatap tajam Max yang sontak mendapat cubitan manis di pinggangnya dari Hana. "Ekhem! Kamu boleh bicara berdua dengan Vale dan jangan melakukan hal di luar batas!"ucap Hiro tegas memperingati.

"Baik ayah, terimakasih."

📖📖📖

"Kenapa lo--kamu tiba-tiba dateng lamar aku sih?!"

"Bukannya kamu sudah mengatakan kalau kamu tidak masalah. Atau kamu sebenarnya tidak mencintaiku?"

"A..aku.."

Vale sontak menahan nafas saat Max sangat dekat dengan dirinya. Tangan Max terulur menggenggam satu tangan Vale dan mencium punggung tangannya.

"Harum."

"....."

"Kenapa kamu diam? Ternyata kamu memang tidak men--"

"AKU MENYUKAIMU SIALAN!"

Max sedikit terkejut mendengar Vale yang mendadak berteriak dan menahan tangannya saat ia akan pergi. Bisa terlihat jika wajah Vale memerah seperti tomat merah yang matang.

"KALAU GUE GAK CINTA ATAU SUKA SAMA LO, GUE UDAH SAMA COWOK LAIN! BAHKAN GUE JANJI SAMA DIRI GUE SENDIRI GAK BAKALAN NIKAH KALAU GAK SAMA LO, MAX!"

📖📖📖

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa.

(Rabu, 08 Mei 2024)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang