HY × 05

2.3K 117 0
                                    

"Ale, kenapa kamu pulang bersama dengannya!?"

Vale menatap Argo yang sedang terlihat menahan amarahnya, "Dady jangan marah pada Max atau Pak Asep. Ini keinginan Ale. Emangnya salah ya kalau Max pulang sama Ale?"

"Iya, Dady tidak suka."

"Terserah Dady. Tapi Ale akan marah dan benci sama dady kalau dady siksa atau lukai Max!"

"Jangan pernah marah dan benci Dady, sayang. Baiklah, Dady tidak akan menyiksa atau melukai dia demi kamu sayang."

Vale tersenyum senang dan memeluk Argo. "Ale sayang Dady banyak-banyak." ucap Vale setelah melepas pelukannya pada Argo. Argo menatap putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang, "Ya sudah. Sekarang kamu mandi ulu sebelum makan."

"Oki doki Dady. Ayo Max kita pergi ke atas."

"Ale duluan saja. Aku mau bicara sama dady."

Vale terdiam lalu menatap Argo dan Max bergantian, "Oke."

Setelah Vale pergi, Max dan Argo saling melemparkan tatapan tajam. "Apa yang mau kamu lakukan dengan rencana licik diotak kecilmu itu?"ucap Argo dingin.

"Ah..tidak ada. Awalnya aku ingin menyiksa dan membunuh kalian dengan Ale yang pertama. Tapi dia berubah dan aku tertarik ingin menjadikannya milikku. Bukankah dia berubah menjadi lembut dan manis sekarang?"

"Ah..inikah kepribadian aslimu? Aku tidak akan pernah membiarkan putri kesayangan ku jatuh ke dalam pelukanmu. Seharusnya aku membunuhmu sebelum aku menikah dengan ibumu."

"Anda tidak akan bisa, Tuan Argo. Ale pasti akan sangat membencimu."

"Kau..dasar bedebah sialan."

"Jangan terlalu marah. Ini belum seberapa dengan anda yang membunuh ayah kandung saya, menghancurkan perusahaan mendiang ayah saya, menyiksa saya dan banyak hal perbuatan buruk anda pada saya."

"Lalu kau juga ingin membunuh ibumu sendiri?"

Max menggedikkan bahunya acuh tak acuh, "Sejak awal dia tidak mengharapkan kehadiran saya sebagai anaknya. Dia hanya menyukai uang, uang dan mencintaimu saja."

"Aku pastikan akan mengirimmu ke neraka."

"Coba saja kalau anda bisa, Tuan Argo. Saya juga sudah memegang pion kesayangan anda."

📖📖📖

Vale mengusap tengkuk belakangnya yang terasa merinding karena aura tidak enak diruang makan. "Bisa kita mulai makannya sekarang?"tanya Vale kemudian membuat Argo dan Max segera memutuskan pandangan.

"Tentu, Ale. Kita bisa makan sekarang."balas Max lembut sambil tersenyum cerah. Sedangkan Nina menatap tidak percaya jika sang putra bisa tersenyum dan terlihat sangat dekat dengan Vale.

Vale membalas Max dengan senyuman juga. Ia lalu menawarkan pada Max ingin makan dengan lauk apa agar dia ambilkan sekalian.

"Mau makan pake lauk apa Max?"

"Hm..aku mau telur mata sapi itu sama sayur sop."

"Oke, ini dia. Selamat makan Max, Dady dan Mama Nina."

"Selamat makan Ale."
"Selamat makan juga sayang."
"Selamat makan juga putri mama."

Mereka lalu mulai makan setelah berdoa. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Vale juga makan dengan sop dan tempe mendoan. Tapi sesekali ia menyingkirkan wortelnya.

Jujur saja Vale tidak suka memakan wortel kecuali kalau wortelnya dijadikan jus. Max melirik wortel yang Vale singkirkan, ia heran dengan Vale yang sekarang terlihat tidak menyukai wortel.

"Kenapa wortelnya kamu singkirkan? Bukankah kamu suka wortel, Ale?"

"Hehe, sekarang gue udah nggak suka lagi. Rasanya pengen muntah kalau makan wortel. Lebih baik kalau wortelnya di jus."

Sebenarnya Max, Argo dan Nina heran melihat perubahan sikap atau tingkah laku Vale yang seperti bukan dirinya. Tapi mereka bertiga tak terlalu mempedulikannya.

"Max, nanti lo berangkat sama gue aja."

"Apa? Gak boleh."

"Kalau dady gak bolehin. Ale bakal berangkat sama Max naik bus saja."

"Hah..baiklah."

"Yey, makasih Dady."

📖📖📖

Haha maaf ya kalau ceritanya agak gaje.

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

(Selasa, 26 Desember 2023)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang