HY x 25

1.5K 79 2
                                    

Tanpa ba bi bu lagi Argo menyerang Drago brutal di bantu Nandra. Max? Dia segera menangkap tubuh Vale dan memeluknya dengan mata berkaca-kaca.

Sepasang matanya yang terasa berat, Vale paksa untuk buka karena ia merasa akan menyesal jika tidak melihat seseorang sebelum benar-benar pergi. Senyuman simpul terbit di wajahnya yang pucat.

"Max..?"

"Ale! Sadarlah! Aku akan segera membawamu ke rumah sakit!"

Satu tangan Vale terulur ke wajah tampan Max yang sedang panik dan cemas.

"Gak perlu. Lo cukup dengerin gue, Max. Gak ada gunanya bawa gue ke rumah sakit karena emang ini waktu gue pergi."ucap Vale tenang dengan mengacuhkan segala rasa sakit pada tempat ia tertembak.

"Ada rahasia yang mau gue kasih tahu ke lo..."

Max terdiam mendengarkan meski matanya telah berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan Vale yang mengelus wajahnya.

"Gue..bukan dari dunia ini..gue bukan Valeria asli..meski nama kita sama. Nama asli gue Valeria Phoenix Mitchell.."

"Aku nggak peduli kamu siapa. Hanya kamu yang ku cintai, Ale. Ku mohon jangan pergi..."

"Gue tetap harus pergi, Max. Ini bukan dunia gue.. terimakasih dan maaf untuk selama ini. Gue harap lo bisa bahagia dan tolong jangan lupain gue..."ucap Vale lirih. Ia merasa waktunya sudah sangat tidak banyak.

Vale berharap Max tidak melupakannya saja meski itu mustahil. Ia sudah payah membalik tubuhnya dan Max, membiarkan ia terkena peluru tiga kali lagi. Kali ini tepat dua di jantungnya dan satu di perut.

"Gue...cinta..ka..li..an.."

Vale mengatakan kalimat terakhir kalinya sebelum menutup mata dengan senyum tipis juga setetes air mata yang keluar. Max menatap Vale tidak percaya.

"Nggak! Nggak! Ale! Lo nggak boleh pergi!"ucap Max tidak ingin menerima kenyataan pahit pada tubuh tidak bernyawa di dekapannya, "VALERIA PHOENIX MITCHELL! JANGAN PERGI!"

📖📖📖

"VALERIA PHOENIX MITCHELL! BANGUN!"

Vale sontak terbangun kaget mendengar teriakan membahana Hana, bundanya. Hana berkacak pinggang menatap Vale yang baru terbangun sambil membuka tirai jendela.

"Astaga, sayang! Kamu mau bangun jam berapa? Cepat bangun, mandi terus sarapan. Kamu nggak mau berangkat kerja kan?!"

"Eh, iya bun. Hehe.."

"Atau kamu lagi nggak enak badan? Kenapa kamu nangis, sayang? Kalau sakit bilang ya. Jangan kayak dulu, kamu mau wisuda kuliah malah malamnya sakit sampai koma sebulan."

"Nggak kok Bun. Vale nggak sakit."

"Ya sudah, bunda ke ruang makan duluan. Dasar kamu, udah besar masih aja kayak anak kecil."ucap Hana gemas pada putri sulungnya Vale dan sedikit mengacak-ngacak rambutnya sebelum keluar kamar.

Vale menyentuh kepalanya yang tadi di acak-acak oleh Hana. Ia kembali teringat dengan Max. Rasanya masih seperti mimpi meski nyata dan sudah dua tahun berlalu tanpa terasa.

Setelah tersadar ternyata saat ia di dalam dunia novel, dirinya yang ada di dunia nyata ditemukan Hana sakit hingga koma sebulan. Seperti yang pernah ia katakan saat masih di dunia novel, ia akan mencari penulisnya.

Tidak disangka penulis itu adalah neneknya sendiri yang meninggal sehari sebelum ia terbangun dari komanya. Vale pun memutuskan untuk membuat novel yang memiliki akhir bahagia untuk semua tokoh novel di novel yang dibuat neneknya.

Max? Ia hanya menuliskan bahwa Max akan bahagia dengan orang yang di cintainya tapi tidak memberikan siapa orang yang di cintai Max.

"VALE SAYANG! CEPAT MANDI! JANGAN MELAMUN!"

"IYA, BUN!"

📖📖📖

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

Yg mau dm gue bisa ke @shasa._05

(Rabu, 08 Mei 2024)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang