"Selamat Pagi, Sin. Kali ini gue bakal foto tema apa?"tanya Vale ramah pada Sintya yang menjadi manager modelnya.
Yah Vale menjadi model untuk pekerjaan sampingan tapi pekerjaan utamanya adalah penulis sekaligus yang memiliki Valma's Restauran.
Sebenarnya uangnya cukup banyak dari hasil Valma's Restauran, tapi kata sang bunda kecantikannya akan sia-sia jika tidak digunakan dengan baik. Ada-ada saja.
Terlebih di tambahi dengan Sintya teman kuliahnya meski beda fakultas, Sintya terus berusaha membujuknya untuk jadi model agar pakaian buatannya terkenal.
Padahal tanpa model pun, pakaian buatan Sintya itu indah dan unik yang bisa membuat terkenal.
Akhirnya Vale iyakan saja, dari pada dua orang tidak pernah menyerah untuk menjadikannya model. Ah! Vale juga akan mendapatkan gaji sesuai sekaligus satu novel baru setiap waktu gajian.
Yah Vale tidak kapok membaca meski sempat masuk ke dunia dalam novel dan tetap mengingat Max.
"Pagi. Kali ini lo foto pake tema..ya lo lihat ajalah nanti. Nggak usah tanya tema, biasanya juga lo nggak nanya dan langsung pake yang udah di siapin. Nanti lo foto di tangga itu tapi lo nggak sendirian."
"Bilang aja lo bingung kasih nama temanya. Terus apa maksud lo kalau gue nggak sendiri?"
"Ya karena tema pakaiannya Couple, gue cari deh model prianya. Tenang kok, dia ganteng banget."
Vale memutar kedua bola matanya jengah. Tidak ayah dan bundanya bahkan Sintya juga ikutan mencarikan laki-laki agar dia menikah. "Terus dimana tuh orang? Gue masih ada urusan direstoran tiga jam lagi."ucapnya acuh tak acuh.
"Sabar elah. Dia lagi diper--nah itu dia!"
Suara lonceng berbunyi setiap pintu terbuka dan Vale terdiam melihat siapa yang datang. Laki-laki itu sangat mirip dengan Max.
Vale menggelengkan kepalanya menghilangkan bayangan Max dan mencubit tangan sendiri agar sadar. Tapi laki-laki itu tetap seperti Max. "Max?"panggil Vale mencoba.
Laki-laki yang sangat mirip Max itu menoleh pada Vale dengan raut wajah datar dan tatapan tajam sebelum kembali menatap Sintya, "Maaf saya baru datang. Saya harus berganti dimana?"
Sintya gelagapan dengan suasana aneh yang muncul dan memberitahu letak ruang ganti pakaian pada laki-laki itu. Setelah laki-laki itu pergi, Sintya berjalan mendekati Vale.
"Lo kok tahu namanya Max, Val? Lo kenal?"
"Ah..enggak kok. Dia mirip sama seseorang. Ternyata namanya doang yang sama ya."ucap Vale dengan nada tersirat sedih sambil memandang ke arah ruang ganti untuk laki-laki.
Vale tersenyum palsu sambil menepuk bahu Sintya. "Ya udah. Gue ganti baju dulu. Lo bantu Heno siapin buat potretnya sekalian pdkt sana."ucapnya menggoda Sintya dan segera kabur ke ruang ganti.
📖📖📖
"Yak! Sekarang Max duduk dua anak tangga di atas Vale dan satu tangan lo taruh dibahu Vale. Vale lo duduknya kaki lo ditaruh ke kaki lain--bla bla bla."
Heno dan Sintya terus mengoceh untuk mengarahkan pose seperti apa yang harus mereka lakukan. Vale agak tidak nyaman saat ia agak dekat dengan Max.
" Vale fokus kamera! Max, lo lihat tembok samping kiri lo jangan lihatin Vale!"
"Oke, tahan!"
CKREK!
"Bagus! Sekarang Max peluk Vale dari belakang tapi tetep duduk ditangga!"
"Vale, senyum!"
CKREK!
📖📖📖
Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^
Yg mau dm gue bisa ke @shasa._05
(Rabu, 08 Mei 2024)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help You (END)
Teen Fiction"Ssh..sakit..to..long..to..longin..gue..siapapun..." Vale menatap datar Max yang sedang meringkuk tidak berdaya disudut gudang. Ia lalu menghampirinya dan membantu Max berdiri dengan agak susah payah karena tubuh Max itu cukup berat. "Ale?" "Hm. Le...