Janis hampir memekik kencang ketika melihat seorang perempuan berbadan gempal dengan pakaian gelap memasuki kamarnya tanpa permisi. Di tempat yang asing ini, tingkat kewaspadaanya naik berkali-kali lipat sebagai bentuk pertahanan diri, khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya.
"Selamat malam nona Janisa, apakah tidur anda nyenyak?"
Wanita dengan pakaian serba abu itu berhasil membuat Janis terkejut karena kehadirannya yang begitu tiba-tiba dan tampak mencolok dibandingkan penghuni rumah ini.
"M-madam Elis?" Ah, kenapa ia jadi gugup begini.
"Kau meningatku nona? Syukurlah jika kau ingat denganku."
Sebenarnya Janis hanya menduga, karena Elen sempat menyebut nama madam Elis sore tadi.
Madam Elis menunda secangkir teh yang masih mengepulkan asap di nakas dekat ranjang Janis. "Ku buatkan teh maple kesukaanmu, nona. Minumlah selagi hangat."
"Terima kasih, madam."
"Dengan senang hati nona. Jika ada hal lain yang kau butuhkan, kau bisa datang kepadaku kapan saja dan katakan apapun yang kau inginkan."
Secangkir teh hangat yang disajikan madam Elis berhasil membuat Janis tertarik. Ia meraih cangkir itu dan menyeruput sepertiga isinya. Ini adalah teh maple pertama dalam hidupnya, rasanya manis dan wanginya sangat harum memasuki indra penciuman. Tak heran jika Janis yang tinggal di dunia ini menobatkan teh maple sebagai teh favoritnya.
Janis melihat bingkai foto yang berada di atas nakas. Dalam bingkai berukuran empat kali enam persegi itu ada potret dirinya bersama Elen memakai seragam sekolah yang sama. Keduanya tampak sangat bahagia, baik Elen dan Janis sama-sama melengkungkan senyum terbaik mereka.
Janis mendengar bahwa teori bigbang adalah teori paling terkenal mengenai cara terbentuknya alam semesta. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa semesta ini terbentuk dari suatu ledakan besar yang menghasilkan banyak kepingan yang kini dikenal sebagai alam semesta. Dari sekian banyak keping yang terjadi akibat ledakan tersebut, semuanya melalui proses ekspansi ruang hingga terbentuklah muka bumi ini beserta kawan-kawannya.
Pertanyaannya adalah apakah saat ini Janis sedang berada di salah satu kepingan itu? Jadi, kini ia sedang berada di semesta lain?"Ka Janis, mari makan malam bersama." Kepala Elea menyembul dibalik pintu, membuyarkan semua hipotesis yang muncul di kepalanya.
Ah, sudah jam makan malam rupanya. Pantas saja perutnya masih berontak meski sudah diisi dengan secangkir teh maple hangat.
Janis melangkah menuruni anak tangga, mengikuti Elea menuju ruang makan yang berada tak jauh dari ruang keluarga. Charlotte dan Elenio terlihat sudah duduk manis di bangku masing-masing, keduanya tampak sedang berbincang ringan ditengah hidangan pembuka yang sedang disajikan oleh madam Elis.
"Silahkan duduk Janis," Charlotte mengalihkan perhatiannya dari Elen dan mempersilahkan Janis duduk begitu ia sampai. Entah mengapa suasananya menjadi lebih canggung begitu Janis muncul. Karenanya, perbincangan Elen dan Charlotte terpaksa usai hingga kini kakak beradik itu memberikan seluruh atensinya pada Janis.
"Terima kasih, kak."
Sepotong quiche lorraine disajikan madam Elis untuk Janis. "Selamat menikmati, nona."
Harum daging asap yang muncul dari quiche itu membuat Janis hampir lupa daratan. Tanpa babibu ia langsung mengeksekusi hidangan pembuka itu dengan lahap tanpa mempedulikan sekitarnya.
Elea yang duduk tepat disamping Janis pun tertawa geli. Karena Janis tampak lucu dengan pipi gembulnya yang penuh dengan makanan.
"Pelan-pelan saja, kau bisa tersedak," tutur Elen dengan tegas tanpa melihat Janis, pria itu juga tengah sibuk menghaluskan makanan yang berada dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat
FantasyBanyak hal yang berubah dalam hidup Janis setelah kematian sang ibu. Hidupnya yang semula bak putri kerajaan berubah seratus delapan puluh derajat dengan kehidupan yang ia jalani saat ini. Ayahnya menghilang tanpa jejak sebagai buronan negara, ia pu...