Bab 16

6 5 0
                                    

"Siapa lagi orang yang kau temui di kota itu Elen?" Charlotte memijat keningnya sebentar. Kepalanya terasa pening setelah mendengar cerita Elen. Selain Ratu Alice, adik laki-lakinya ternyata bertemu dengan Raib, seseorang di masa lalu yang tak ingin Charlotte ketahui lagi eksistensinya.

Apalagi setelah penjelasan dokter Tok mengenai kondisi Janis saat ini, semakin membuat Charlotte bingung. Dokter Tom mengatakan Janis saat ini berpotensi mengidap memoar disosiatif, dimana sebagian ingatannya hilang karena trauma yang sangat amat berat. Dan penyabab Janis pingsan hingga meracau saat ini adalah karena ia mengingat seseorang yang menjadi pemicu alam bawah sadarnya bereaksi, sebab memoar disosiatif hanya bersifat sementara, ingatannya bisa saja pulih sewaktu-waktu.

"Aku hanya bertemu Raib sebentar, Charlotte. Ia pun sepertinya hanya berkunjung di kota itu."

"Bagaimana kau tau Elen? Bagaimana jika Janis terbyata bertemu Raib disana?"

Elen menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak mungkin Janis bertemu Raib dan ketika Janis tak sadarkan diri pria itu meninggalkan Janis begitu saja. Raib juga mencintai Janis, tentu ia tidak mungkin meninggalkan orang tercintanya begitu saja"

Betul juga. Tidak masuk akal rasanya jika pemicu pingsannya Janis hari ini adalah Raib sedangkan pria itu pun sama sekali tak terlihat batang hidungnya.

Keduanya terdiam. Mencoba menenangkan diri masing-masing sambil menunggu Janis pulih dari tidur panjangnya.

***

Dua belas hari sebelum Janis menghilang

"Andai kau tau, ibumu adalah sosok yang luar biasa hebat."

"Aku tau," potong Janis.

Raib yang sebelumnya tengah menatap langit, reflek memiringkan kepala, mengalihkan fokusnya pada Janis. Ia tersenyum kecil. "Ya, kau pasti sudah menyadarinya. Tapi sungguh, aku sangat berterima kasih kepada ibumu."

"Karena beliau, hatiku menjadi lebih lapang mengantar kepergian adikku ke tempat yang sangat jauh dari pandangan. Ratu Alice adalah sosok ratu yang sangat baik dan rendah hati, satu hal yang ia lakukan padaku bisa mengubah hidupku hingga sejauh ini."

"Putri Janis?"

"Ya?"

"Kau ingin tau bukan alasan yang membuatku rela pergi jauh menjemputmu ke Kota Sourbrdige hanya untuk menunjukkan kepadamu bahwa ibumu masih hidup?"

Janis tak menjawab, namun wajahnya mengatakan bahwa ia ingin tau jawaban atas pertanyaan yang Raib ajukan sendiri.

"Aku memiliki seorang adik perempuan, ia sakit, sangat sakit. Namun aku sebagai kakak sekaligus orang tua tunggalnya tidak memiliki apapun untuk membantunya sembuh, jangankan uang, harapan pun aku tak memilikinya. Hingga suatu waktu Raja Niel dan Ratu Alice berkunjung ke desa tempatku tinggal, dan disitulah pertemuan awalku dengan beliau..,"

"Ratu Alice menemukan aku tengah mencari pertolongan demi adikku yang sekarat. Setelah pertemuan itu, tanpa imbalan Ratu Alice segera membawa adik ku ke rumah sakit yang saat itu sulit sekali aksesnya di desa ku. Berkat pertolongan ibumu hari itu, adik ku bertahan setidaknya selama satu pekan hingga akhirnya ia pergi meninggalkan diriku dengan keadaan yang layak."

Janis terdiam dam ia terus menyimak cerita Raib, pandangan pria itu mengawang, membayangkan setiap kejadian yang sepertinya masih lekat di ingatan.

"Jika saat itu ibumu adalah orang lain, ia pasti sudah meminta imbalan kepadaku yang tak memiliki apa-apa ini walau ia orang paling mampu sekalipun. Namun Ratu Alice berbeda, setelah proses pemakaman adikku, aku datang menghadap ibumi dan mengajukan diri untuk menjadi budaknya demi membalas apa yang telah ia lakukan tetapi ia menolak. Ibumu mengatakan bahwa apa yang ia lakukan hanyalah hal dasar yang seharusnya dilakukan seseorang atas nama prikemanusiaan."

"Setelah hari itu aku benar-benar menanamkan nilai-nilai prikemanusiaan dalam setiap tindakan yang aku lakukan, hingga secara tiba-tiba aku mendengar kabar kematian Raja Niel dan Ratu Alice akibat insiden pemberontakan dan pengkihanatan yang dilakukan oleh beberapa oknum. Bahkan sampai saat ini aku masih tidak percaya, orang baik seperti orang tuamu harus mati ditangan para penjahat yang keji itu."

Sejak memutuskan untuk pergi dengan Raib, Janis sama sekali belum pulang ke rumah. Seperti hari ini, ia bermalam di beberapa tempat dan berkelana sambil mendengarkan cerita yang Raib tau tentang kedua orang tuanya. Tak peduli apakah Charlotte sedang mengkhawatirkannya di rumah, Janis hanya ingin mengetahui tentang bagaimana ibunya hidup kembali dan kini hidup sebagai seorang ratu di istana yang asing ia ketahui.

"Lalu bagaimana kau bisa menemukan ibuku kembali di tempat yang sama sekali tak familier dengan kau, Raib? Aku sebagai putrinya pun sama sekali tak mengetahui fakta itu, fakta bahwa ibuku masih hidup. Bodoh sekali aku," kata Janis sambil tertawa kecil. Ia bertanya disela-sela cerita Raib yang sepertinya masih panjang untuk di dengar.

"Aku tak sengaja bertemu ibumu di stasiun. Ia tampak ketakutan dan wajahnya sangat pucat, seperti tertekan dengan keadaan. Aku hendak menghampirinya namun para pengawal kerajaan lebih cepat membawanya pergi dan kembali ke istana itu, istana yang aku ketahui milik suami barunya, Raja Oliver."

"Ibumu menikah kembali dengan Raja Oliver secara terpaksa, tentu ada hal yang diinginkan oleh lelaki itu sebab pernikahannya pun tak pernah diungkap hingga saat ini. Ibumu selalu dikurung layaknya burung dalam sangkar dan kita tak pernah tau apa yang Raja Oliver sudah lakukan bersama anak buahnya kepada Ratu Alice."

"Tapi siapa Raja Oliver? Aku sama sekali tak mengenalnya dan apa motif dia menikahi kembali ibuku dan menawannya di dalam istana? Bukankah akan lebih baik dan lebih menguntungkan jika ia mengumumkan pernikahannya?"

"Raja Oliver adalah dalang dibalik insiden pemberontakan yang terjadi pada orang tuamu, Janis. Ia adalah salah satu prajurit terbaik di angkatannya selama menjadi satuan pasukan prajurit kenegaraan. Aku masih belum bisa mengetahui apa motifnya, yang jelas ia ingin menggantikan Raja Niel menjadi raja dengan cara menghabisinya karena tak ada satupun keturunan Raja Niel yang bisa diturunkan tahta sebab anak satu-satunya terlahir sebagai seorang putri, bukan pangeran."

Kini lengkap sudah cerita yang selama ini ingin Raib ceritakan kepada putri Janis, setelah perjalanan panjang yang ia lakukan demi mencari kebenaran tentang Ratu Alice, sosok yang sudah membantu adiknya untuk bertahan dan sosok yang mengembalikan semangat hidup Raib bahkan setelah adiknya tiada.

"Bagaimana? Setelah mengetahui apa yang terjadi kepada kedua orang tuamu, Putri Janis."

Tak ada yang bisa Janis katakan, ia hanya terdiam sambil berpikir kenapa hidupnya bisa serumit ini? Kenapa ada orang-orang jahat seperti Oliver yang kini menjabat sebagai seorang raja hanya demi jabatan? Apakah orang tuanya bersalah atas sesuatu sehingga ia keji melakukan hal itu tanpa memikirkan perasaan putrinya yang kini harus tinggal di sebuaj kota terpencil tanpa kasih sayang orang tua.

Titik KoordinatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang