C

343 45 15
                                    

Seberusaha apapun menghindar bila takdir mempertemukan kembali, maka pertemuan itu nyata terjadi. Seperti halnya aku dengan rio, seberusaha aku menahan diri untuk tidak menginjakkan kembali ke tempat kelahiran rio, nyatanya aku sendiri yang mendatangi rio.

Hubunganku dengan rio memang bisa dibilang singkat hanya beberapa bulan saja. Tetapi sangat membekas, entah kenangannya panggilannya atau rasa sakitnya.

Rio haryanto seorang mantan pembalap yang sekarang menjabat CEO menggantikan ayahnya, pemilik perusahaan buku . Bukan hanya CEO dia juga pemilik grandisbarn dari tujuh tahun lalu, dan tempat itu menjadi tempat saksi aku sering bertandang ke sana, begitupun yukitamakan tempat saksi rio bertandang menemui ku sebelum mama mengetahui semuanya.

Ya mama, mama tidak merestui hubungan kami karena di hubungan itu aku selalu tersakiti.
Poor beiby.

"Kamu yakin nggak apa apa? Sepulang dari solo kamu jadi pendiem lho by, mama khawatir"

"Aku nggak apa apa ma, mama kira aku kenapa?"

"Barangkali kamu ketemu pembalap itu lagi"

Memejamkan mata sejenak, aku membuka mata . Menutup laptop dan berdiri bersiap masuk kamar. "Tuh kan, ketemu kamu kan sama si rio. Ketemu si perempuan lem belum? Pasti kan kalau ada rio pasti ada si asina"

"Athina mama, bukan asina"

"Iya athina. Jawab jujur, kamu ketemu kan? Abra tadi pas mampir ditanya habis kemana, cuma jawab habis dari acara santunan"

Aku mulai melangkah yang diikuti oleh mama "ya emang santunan mama, di restoran"

"Restoran apa? Baru kali ini kamu menginjakkan kaki di solo lagi, pasti membawa kenangan pahit"

Setelah masuk kamar aku berbalik "ma, aku ngantuk. Mau istirahat, mending mama istirahat juga. Besok senin patroli bakery. Okey.. bye mama, mimpi indah" setelahnya aku menutup pintu tanpa menunggu jawaban mama.

Maafkan aku ma, membahas rio athina memang membuat mood rusak.

Sebenarnya beberapa menit yang lalu, masuk beberapa pesan dari nomor lawas. Tetapi belum ada keinginan untuk aku jawab. Pesan dari rio .

089538******
Aku kira nomormu ganti, ternyata masih sama.

Kamu masih ingat aku kan? Rio

Bee, maaf sudah menjadi pengecut.
Seharusnya aku lebih berjuang untuk kamu, bukan menuruti keinginan kamu.

Aku nggak baik baik aja bee, aku rindu kamu.

Sudah empat pesan masuk, hanya mampu aku baca. Haruskah aku balas?

089538******
Boleh minta whatsApp mu?

Buat apa mas? Buat mengenang masa masa lalu? Video call sebelum tidur seperti kebiasaan kita dulu?

Nyatanya jari ini berhianat, panggilan video via whatsApp dari rio aku angkat. Menampilkan penampakan nya yang hendak tidur, tampan seperti dulu. Oh my koko, stop. Mungkin sekarang rio sudah menjadi koko nya athina.

"Aku kira nggak bakal kamu angkat" ujarnya lega . "Aku nggak ganggu kamu kan bee?

"Enggak, ada apa pas?" Aku memposisikan diri dengan tangan menyangga dagu.

"Miss you"

Pipi please jangan blushing, anggap angin berlalu. Ya ungkapan rio cuma angin, seperti dulu. "Hem. Aku nggak"

"Kamu baik baik saja?"

Tidak mas. Ingin ku jawab itu. Tapi "baik, seperti yang kamu lihat"

"Aku enggak. Aku hampa tanpa kamu bee"

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang