Q

353 30 5
                                    

"siapa rh masa lalu? Rio haryanto?" Nic melepas pelukannya, dirampasnya ponselku. Tanpa permisi nic membaca pesan rio dan abra, lalu membuka beberapa pesan lain dari teman sesama artis. alisnya menukik. "Ini fero siapa? Gencar banget kirimin kamu pesan?"

Tau artis fero walandau? Teman satu host acara inbox sctv, dia memang menaruh hati padaku tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih, ada tembok besar yang harus kami lalui semisal ingin bersama. Berbeda keyakinan coy.

Oke lanjut perhatikan kembali pria mu by, rahangnya mengeras, kedua alisnya mengerut. "Omar siapa? Sering ngegym bareng? Kamu kalau ngegym pakai baju apa? Nggak seksi kan?"

Yang namanya ngegym outfit nya gimana sih bro? Masa pake gamis?

"Aero siapa? Kenapa mau jemput segala?"

"Pacar sania itu, sania minjem ponselku"

"Rimza? Makan siang minta ditemani, cemen amat jadi laki"

Sakarepmu mas.. capek juga memperhatikan nic, mending selonjoran di karpet menonton upin ipin. Nic sudah duduk anteng sibuk dengan ponselku terkadang bergumam sendiri.

Setengah jam nic mengembalikan ponselku membuat aku yang sudah hampir menjemput mimpi terjaga kembali. "Udah?"

"Kaya asrama putra ya ponselmu, dm mu lebih banyak sampai capek mas bacanya"

Siapa yang suruh baca sih bapaaaakkk?

"Bobonya di kamar gih, di sini dingin . Pulangnya nanti kalau udah reda"

Aku menurut berjalan ke kamar nic, merebahkan diri menyelimuti badan hingga leher . Hangatnya, ada gerakan halus dari belakang dan sedetik kemudian sebuah tangan melingkari perutku. "Beri mas kesempatan ya yang, nggak ada siapapun selain kamu di hati dan masa depan mas" samar samar aku mendengar bisikan lalu semua menggelap.

Gatal, hidung serasa digelitiki. dih siapa sih yang pagi pagi iseng mainan kemoceng? Ada yang aneh. Badanku serasa berat ditimpa sesuatu dari dada sampai kaki. Aku tidak mengalami tindihan kan? Tidak lucu deh kalau aku ditindih makhluk halus, nah ini kemoceng siapa lagi masih menggelitik hidung? Coba buka mata by, biar jelas dan usir makhluk halusnya .

Bukan kemoceng ternyata tapi benda seperti rambut, lho? Rambut? Ah ya.. aku kan ketiduran di apartemen nic. Nah kan bukan makhluk halus yang menindihku melainkan nic, menjadikan aku sebagai gulingnya sedangkan dadaku sebagai bantalan pipi nic. Dada? Aku melotot, aku menggoyang badan nic berharap si pria kulkas bangun. Bisa makin tepos ini payudaraku. Sudah kecil ditindih pula. Ya ampun kasihan sekali..

Nic menarik kepalanya, mendongak menatapku. "Jam berapa by?"

"Jamilah kurang seksi. Ish aku juga baru bangun ini mas, minggir dulu coba. Berat badanmu mas" nic berguling di sampingku, di luar nampak gelap . Sudah malam kah? Eh tapi seriusan payudaraku pegel, kepala nic berapa kilo sih? Hih.

"Dada kamu kenapa dipegang dipijat begitu?"

"Pegel, ditindih kamu"

"Mau mas bantu nggak?"

Aku melotot galak . "Nggak !" Bangun dari kasur aku menghampiri lemari pakaian, kebetulan ada kacanya. Coba by sibak rambutmu, kita lihat lehermu aman tidak dari profesor cupang. "Mas tolong nyalain lampunya, nggak kelihatan"

Nic beranjak menyalakan lampu kamar. Alhamdulillah leher aman dari percupangan. "Hahaha nggak ada sayang.. bajumu sopan jadi mas bisa jaga iman"

Saking fokus meneliti leher, nic sudah berada di belakangku, melilit perutku erat. Wajah nic mendusel ke leher yang sedang aku amati. "Awas ih mas, ngalangin tau" aku mendorong wajah nic.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang