9

614 34 16
                                    

Meski banyak lelaki tampan di luaran sana, hati dan mataku tetap terpaut pada sosok nic. Lelaki yang meski hanya diam dengan raut datar nan dinginnya tidak mengurangi kadar ketampanan milik nic. Suamiku itu, entah sudah berpuluh kali aku tidak pernah bosan memuji dalam hati. Malam ini sepulang dari kantor nic menjemputku di monggo mampir, menggunakan kemeja hitam bermotif kotak kotak kecil yang bagian lengannya sudah digulung hingga siku, kaki dibalut celana bahan warna hitam dan sepatu sneaker hitam bergaris putih di bawahnya serta rambut yang sedikit berantakan, suamiku itu masih terlihat sangat tampan dan berkharisma di antara para pelanggan mang udin yang sedang berdiri mengantri pesanan.

Melihat nic rela mengantri demiku yang ingin makan sate di rumah, memberi desiran hangat dalam jiwa. Membayangkan drama yang tadi aku lakukan menjadi kenyataan. Apakah begini rasanya jika nanti diriku mengidam dan nic memenuhi nyidamku?

Tanpa sadar tanganku mengelus perut yang masih sangat rata ini, mang udin yang melihat aksiku langsung memasang wajah girang. "Neng nyidam? Alhamdulillah.. selamat ya neng. Bentar neng, ini lagi mamang bungkusin. Takut dedek bayinya keburu ngiler" aku menyengir menanggapi ucapan mang ujang.

"Doakan ya mang semoga istri saya cepet isi" nic menerima satu bungkus, setelah membayar nic merangkul pinggangku. "Mari mang"

"Mas jalan jalan ke taman komplek yuk kebetulan ada pasar malem dadakan, berburu jajanan."

Setelah memarkir mobil tidak jauh dari taman, aku dan nic turun menyisiri jalan dengan nic merangkul pundakku. Rangkulan nic berubah menjadi lengannya dia sampirkan di atas pundakku sedangkan tangan kanan dia masukan ke dalam saku celana. Kami menikmati semilir angin malam dengan bersenda gurau, terkadang nic memberi kecupan ringan di pipiku. Ada perdebatan kecil saat aku dan nic berbeda pendapat tentang jajanan yang akan kami beli. "Situ aja mas, aku pengennya telor gulung" tangan kiriku menunjuk penjual telor gulung di samping kiri taman.

"Tapi mas penasaran sama itu by" tangan kanan nic menunjuk penjual cireng isi di sebelah kanan taman.

"Itu cuma cireng isi ayam mas, rasanya biasa. Enakan telor gulung" nic menghela nafas lalu kedua tangannya memegang kedua pundakku, membawaku ke penjual telor gulung.

Begitu telor gulung terbeli, aku langsung memakannya saat melanjutkan jalan kaki menyusuri taman, tidak lupa menyuapi nic dengan telor gulung bekas gigitanku.

Berburu jajanan sudah, di tangan kanan nic sudah ada beberapa jajanan sedangkan lengan kiri nic bertengger di atas pundakku. Kami berjalan menuju parkiran, saat dirasa sepi aku berjinjit lalu mencium sekilas sudut bibir nic. Sontak nic berhenti melangkah. "Tumben cium mas duluan?"

"Hehehe. Makasih ya mas udah nurutin kemauan aku." Aku mencium lagi sudut bibir nic namun sedikit lama begitu menjauh gantian nic mengecup bibirku singkat.

"Sama sama sayang.."

Nic mengendarai mobil dengan santai sesekali mulutnya terbuka memintaku untuk menyuapi jajanan. Katanya "mas laper banget sayang, mas minta jajan punya kamu dulu yaa"
Sebagai istri yang baik tanpa diminta aku menyuapi nic berbagai jajanan yang kami beli sampai ludes oleh nic.

"Ini mah kamu yang jajan mas bukan akuuu" cemberutku . Nic tertawa renyah. "Iya nanti mas ganti"

Bersamaan dengan mobil berhenti ponsel dalam tas berbunyi karena penasaran aku membukanya ternyata pesan dari abra berisi foto tadi sewaktu di monggo mampir.

Mas abra

Mas abra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang