E

343 42 7
                                    

"yo, kamu serius sama beiby?"

"Serius ma, tapi emang untuk sekarang kami fokus karir dulu"

"Mama kurang srek sama dia yo, kesuksesan kamu sama dia beda jauh yo. Kamu pembalap, calon ceo. Sedangkan dia cuma artis biasa"

"Ma, rio nggak butuh kesetaraan. Rio bener bener serius sama beiby ma"

"Tapi yo, dunia artis itu glamor . Kamu nggak takut beiby punya pergaulan bebas?"

"Justru karena rio sudah tau beiby makanya rio serius ma.. mama sudah janji kan kalau rio mau makan malam sama athina, mama membebaskan rio memilih calon?"

"Mama lebih setuju kamu sama athina yo. Mama kurang nyaman pura pura lembut sama pacar kamu"

"Kurang rio apa sih ma? Tante jesika sudah buat berita bohongan apa rio bisa berkutik? Enggak kan? Rio diam sementara pacar rio dihujat sana sini, apa rio klarifikasi? Enggak ma ! Karena mama yang minta buat rio bungkam"

"Pilih mama atau beiby" perkataan tante farida membuat aku semakin berdiri kaku.

"Maa.." raungan frustasi rio membulatkan tekadku, bahwa aku harus merelakan rio.

Aku membuka pintu yang sedikit terbuka menjadi terbuka sepenuhnya. "Pilih mama mu mas, aku merelakan mu"

"Sayang.. jangan"

"Surga mu ada ditelapak kaki mama mu. Aku.. aku juga sadar diri mas, aku masih di titik nol sedang kamu di titik sepuluh. Aku balik mas" aku segera berlari ke luar ruangan melewati pintu belakang. Di taman samping grandisbarn pertahananku runtuh.

Sebuah pelukan dari belakang aku dapatkan, aku mengenali tangan ini. Tangan yang memakai gelang warna biru yang sama seperti milikku.

"Please.. stay bee, aku nggak bisa lepas dari kamu. Aku cuma mau kamu"

"Pilih mama mu mas, pilihan orang tua pasti lebih baik. Athina jauh lebih mengenalmu ketimbang aku"

Rio membalikan badanku, tangannya yang besar menangkup sebelah pipiku. "Gimana kamu bisa segampang itu merelakan ku bee? Berjuang bersamaku bee, ayo"

"Aku sakit mas, sikap nggak tegasmu tentang athina selalu menyakitiku. Sikap mamamu yang selalu melihat athina dari pada aku, sikapmu yang diam saja saat tante jesika menghinaku. Itu semua menyakitkan. Terakhir semua hujatan, sebutan pelakor kepadaku itu juga menyakitkan. Aku nggak sekuat itu mas"

"Maaf maaf.."

"Mari saling melepaskan, jika kita berjodoh Allah akan mempertemukan kita kembali, membuka jalan untuk kita bersama dan dengan diri kita yang berbeda"

"Please.."

Tidak ada jawaban dari rio, namun wajahnya yang semakin dekat padaku. Menjadi pertanda akan adanya dua pertemuan. Bibirnya mengecup lama bibirku, mencecap lembut bibir atasku memberikan rasa hangat juga sesak di rongga dada.
Mungkin setelah ini aku tidak bisa menikmati bibir manis milik rio lagi, tidak lama aku membalas cecapannya.

Temaramnya lampu taman pada malam hari menambah kenikmatan setiap lumatan, lidah rio menerobos masuk beradu dengan lidahku.
Bibir ini sudah berapa kali aku menikmatinya, namun rasanya masih sama membuat aku kecanduan.

Aku menjadi yang pertama mengakhiri ciuman ini. Tatapan mata kami beradu, apa ini juga akan menjadi yang terakhir kami bertatapan?

"Kamu yakin bee? Bee please pikirkan lagi, kita bisa berjuang bersama"

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang