2

411 37 7
                                    

Yang nebak semalam aku nananinu siapa coba unjuk jari?
Nah tebakan kalian salah, karena semalam belum sampai tahap mencoblos aku sudah merem duluan, efek obat jadi amat sangat mengantuk. Kasihan kan suamiku? Pastinya lah, sudah usaha memancing eh taunya si ikan lepas. Beh nasib si bapak konda gimana ya? Apakah malam malam mandi air dingin? Ya ampun berdosa banget aku ini.. dosa tidak sih? Padahal semalam badanku panas sampai nic mengompresku bahkan nic ikut terbangun saat beberapa kali aku terbangun mengeluh sakit kepala. Terharu aku sama nic.

Berhubung badanku sudah mendingan dan aku merasa bersalah, aku mencoba peruntungan. Setelah melakukan sholat subuh berjamaah dan aku sudah berganti kimono tidur, tepatnya saat nic sedang duduk di meja kerjaku mengecek email, tanpa babibu aku langsung duduk di pangkuan nic berada di antara tangannya yang sibuk menekan tombol keyboard . Awalnya nic biasa saja, mata yang terbingkai kacamata persegi amat fokus menatap komputerku yang nic pinjam.

Bibirku sesekali mengecup pinggiran bahkan tepat di bibir nic, namun belum ada respon. Aku melipir mencium rahang lalu turun ke leher nic yang wangi sabun mandiku, beberapa kali aku membuat tanda tapi gagal. "ish, kok nggak merah banget sih" jariku mengusap leher nic yang sudah aku sesap.

"Kurang kuat itu nyesapnya" mataku bertemu dengan wajah nic yang menyeringai jahil. Tangan kiri nic melingkari perutku sedang telapak tangan nic mengecek dahiku. "alhamdulillah udah adem, kenapa nggak bobo lagi hmm?"

"Mau sarapan aku nggak yang?" Bisikku di telinga kiri nic.

Jemari nic menelusup ke tengkuk membuat kepalaku mendongak, ditatap dalam oleh nic menghipnotisku akan ke tampanan nic. "Kamu udah sembuh? Nggak pusing?"

"Enggak mas"

"Nggak ngantuk kan?"

"Enggak sayang.." nic melepas kacamata persegi yang dia pakai, kakinya mendorong kursi sedikit menjauhi meja. Tangan kanan nic menangkup lagi tengkuk ku, matanya yang semula menatap mataku kini menatap bibir yang sengaja aku buka sedikit. Kecupan singkat menjadi pembuka sebelum pagutan mesra nic layangkan. Lidah nic menerobos pertahananku, mengabsen dan memancingku beradu lidah.

Ada benang saliva ketika nic menarik wajahnya, nic tersenyum sambil mengubah posisiku menjadi mengangkang padanya. Kepala nic miring ke kiri lalu mencumbuku kembali bahkan lidahku ikut disesap dalam. Aku menepuk beberapa kali dada nic membuat nic kembali menarik kepalanya. Segera aku menghirup udara dengan rakus, ku layangkan raut protes yang dihadiahi kekehan nic. Belum sempat nafasku kembali normal aku dibuat mendesah oleh nic, leherku sudah menjadi sasaran bibir nic. Tangan nic yang menelusup ke punggung sekarang sudah menangkup salah satu dadaku, meremasnya pelan. "Nghhh"

Lidah nic menelusuri leher ke bawah bermuara ke area dadaku yang sudah terbebas dari penutupnya kemudian berakhir memutari putingku yang sudah mengeras sebelum melahap habis dadaku. Aku menggesek pantatku ke area yang mengeras di bawah sana, bapakonda sudah terpancing. Aku terpekik ketika nic membawaku ke ranjang, mendudukan ke ranjang kakiku menjuntai ke bawah. Nic melepas singlet dan sarung yang dia pakai menampilkan milik nic yang masih terbungkus celana dalam. "Mau?" Aku mengangguk, tanganku melepas celana dalam nic membebaskan bapakonda yang semalam tersiksa. Tanganku melingkupi dan mulai mengocok pelan, rasanya masih takjub sesuatu yang tidak bisa aku genggam sepenuhnya bisa membuatku mabuk kepayang.

Lidahku terulur menikmati milik nic bahkan aku sudah mengulum dan memaju mundurkan wajahku membuat nic mendesis. "Sayang.."

Sebelum menciumku brutal nic menarik miliknya, aku kewalahan menghadapi serangan nic di bibir dan bawahku sampai posisiku sekarang terlentang di bawah kuasa nic. "Nakal" bisiknya saat tidak menemui celana dalamku. Ya aku tidak memakai apa apa di balik kimono tidur. Dua jari nic keluar masuk vaginaku, mulut nic sedang menyusu. "ahh ahh"

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang