W

518 38 7
                                    

Warning +++ !!!!






Malam ini ritme jantungku berdetak dua kali lipat, bagaimana bisa? Bisa ! Karena malam ini aku berencana menyerahkan diri sepenuhnya kepada nic setelah aku berhasil menghukum nic beberapa malam lalu. Katanya menyenangkan suami itu dapat pahala kan? Dan katanya lagi kalau perempuan yang meminta dahulu untuk berhubungan badan, pahalanya gede kan? Aku juga ingin mendapatkan pahala coy. Namun niat dan nyali yang sudah aku persiapkan nyatanya amblas, detak jantung yang berlebihan malah membuat perutku mulas berakhir aku mengurung diri dalam selimut dengan posisi duduk. Untungnya nic sedang bertelepon dengan rekan kerja sudamala menjadikan dia yang semula ingin menyusulku ke kamar menjadi urung.  Alhamdulillah aku mempunyai waktu tambahan mempersiapkan mental, berasa akan dieksekusi aku ini.

Di dalam selimut aku menghitung ke sepuluh jari antara jadi dan enggak. "Jadi enggak jadi enggak jadi enggak jadi enggak jadi enggak. Enggak nih? Mubadzir dong gue udah ganti dan dandan begini?" Aku mencoba mengulang lagi. "Enggak jadi enggak jadi enggak jadi enggak jadi enggak jadi. Lah jadi? Tapi.. aaa.. degdegan gue. Nic masih lama nggak ya?" Aku menyembul dari selimut dan langsung terlonjak seketika.

Hidungku kembang kempis menghadapi makhluk yang sudah duduk di sampingku sedang menatap geli. "Lama ya nunggu mas televonan?"

"Enggak.. yang lama juga nggak apa apa mas, sampai pagi juga aku ikhlas" jawabku sok cool sambil memegang erat selimut. Padahal badanku serasa lemas seperti jelly. Bayangkan di hadapanmu ada seorang nic saputra  memakai singlet putih dan boxer tengah menyeringai padamu, apa yang dirasakan olehmu? Degdegan? Badan lemas? Itu yang aku rasakan !

"Mas boleh ikut selimutan? Gerah"

Njir menyindir halus. "Gerah ya buka baju bukan malah selimutan !"

"Mau mulai sekarang by?"

Aku melengos pura pura bodoh. "Mulai apa mas?" Jawabku masih enggan menatap nic. Sumpah awkward banget rasanya...

"Kamu maunya apa?"

"Maaaaaas.. aku belum siap.." rengekku menatap nic dengan wajah memelas. Nic terbahak sambil memegang perutnya. "Ya ampun by.. wajah kamu lucu banget sih" nic menjewer kedua pipiku dengan gemas membuat kedua tanganku menarik tangan nic.

"Mas ih sakit pipi akuuuu"

Nic berdehem sebentar lalu beranjak ke ranjang kosong di sebelah bergabung satu selimut denganku. "Ngapain ikut masuk?"

"Dingin by di luar hujan" badanku menegang kala nic memelukku dari belakang. Memang terdengar suara gemercik hujan, bukan tipu muslihat ternyata. Dagu nic menempel dipundakku. "Mas besok ada rapat sama tim sudamala, kamu ikut yaa"

"Emang mau ada acara?" Karena posisi nic menyender sepenuhnya ke headboard membuat aku yang ada di pelukan nic ikut menyender ke badan nic. Sesekali nic mencium pelipisku, tangan kanan nic yang melingkari pundakku mengelus ringan lengan kiriku. Sedangkan tangan kiri nic memeluk perutku.

"Baru rencana sayang, kamu mau nggak ikut mas? Tapi kemungkinan mas sedikit sibuk"

"Mau dari pada bingung di sini sendirian" aku mulai rileks karena elusan tangan nic, gemercik hujan di luar sana menambah kadar kerileksan ku. "Hujannya deres ya mas.. enak juga selimutan berdua"

"Hmm.."

Aku mendongak lalu mengubah posisi menjadi menghadap nic. "Ngantuk nggak mas?"

"Enggak, kenapa?" Kami saling menatap dalam, dorongan suasana yang syahdu membawa bibir kami saling mencecap. Kepala nic miring kiri melahap bibir atas ku lidahnya menerobos memancing lidahku ikut bermain bersama saling membelit, berganti miring ke kanan bibir bawahku menjadi santapan nic, lidahku tergoda terjulur membuat nic dengan sigap menghisap kuat lidahku.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang