HN 11🧸

43.6K 2.5K 59
                                    


Ngobrol Ngobrol sama Authornya tentang cerita ini yuk di Instagram Author
@Widyaarrahma20_
Yg ada _ nya






































Adhifa bangun di jam 9 malam, dan dia langsung melaksanakan Sholat Isya

Seusainya dia keluar kamar dan terlihat Hamdan tengah menidurkan Hilya yg sedang manja manjanya

Akhir akhir ini Hilya tak mau tidur sendiri, maunya tidur dikeloni Babanya

Setelah Hilya lelap barulah Hamdan mengajak Adhifa mengobrol dengan Shofia di ruang tengah,  dimalam hari dimana kebanyakan orang mempersiapkan tidur, Hamdan memilih mengajak adiknya mengobrol agar tak diganggu orang

Hamdan mengusap kepala sang adik yg sedari dia datang seperti tak biasanya, tak menyambutnya dengan pelukan atau apapun

"Shofia kenapa ?" Tanya Hamdan yg dibalas gelengan

"Mas masih jadi temen curhat Shofia kan ? Cerita sama mas sama mba"

Shofia mengongak, menatap netra kakaknya yg tajam namun baginya tak semenakutkan itu, justru pandangan kakaknya adalan pandangan menenangkan sama seperti uminya

"Shofia murahan yah mas ?"

Hamdan merenyit, dia menatap sang istri yg sama sama shock akan kalimat pertama yg Shofia keluarkan dari mulutnya itu

"Siapa yg ngomong kaya gitu ?"

Shofia menggeleng lalu mengeluarkan nafasnya kasar

"Shofia perempuan murahan yah mas lebih milih ka Zakky yg berseragam dari pada Gus Adnan yg Hafidz"

"Yang ngomong kaya gitu siapa ?"

"Ada mas"

"Iya siapa ?"

Shofia tak berani menjawab, dari suaranya saja sudah bisa dia simpulkan bahwa Kakaknya sudah mulai emosi

"Siapa Shof, ngomong aja gapapa" ucap Adhifa

"Arin, kata dia Shofia murahan karna milih tentara dari pada Gus yg jelas nasabnya, Shofia gila seragam"

"Astaghfirullah"

Hamdan langsung beranjak berdiri namun Adhifa cegah saat langkahnya hendak menjauh dri tempat semula

"Tenangin diri mas, inget ini bukan Yonif, jangan pakai kekerasan"

Adhifa langsung mengusap lembut dada suaminya, menenangkannya, menatap netranya yg menajam dan terlihat menakutkan

"Dia Hina adik mas Dhif"

"Iyah Dhifa tau tapi kita kesini bukan untuk memghabisi nyawa yg membuat Shofia begini melainkan menenangkan Shofia mas"

"Bisa bisanya dia bilang adik mas gila seragam, untuk apa dia gila seragam wong kakaknya saja Tentara"

"Iya mas, tenang yah, duduk lagi yah"

Hamdan mengmbuang nafas beratnya lalu duduk lagi disamping Shofia

"Ngomong apa lagi dia sama kamu ?"

"Cuma itu, cuma bilang Shofia murahan, milih yg nasabnya gak jelas dan nolak yg udah jelas nasab dan agamanya, yg udah jelas jelas Hafal Al Quran"

Hamdan memandang ke arah lain, berusaha menghilangkan emosi yg bersarang di hatinya

"Shofia, kalau semua wanita yg memilih lelaki berseragam itu disebut murahan, berarti mba jga murahan Shof ? Sementara kamu tau mba nolak abang kamu yg notabennya Pewaris Pesantren demi Masmu yg memang pewaris Pesantren juga tapi hidupnya gak diPesantren, gak semua wanita yg memilih lelaki berseragam itu hanya tergila gila pada seragamnya Shofia. Shofia harus tau, jadi istri Tentara itu gak mudah, kita dituntut menjaga nama suami, pakaian kita, sosial media kita semua ada batasannya, kita gak bisa semaunya, dan malah kebanyakan istri istri tentara itu adalah wanita wanita penuh wibawa, bukan murahan" jelas Adhifa

"Aku takut dihujat mba, ini baru Arin mba belum yg lain mba"

"Dihujat itu pasti Shof, tanya masmu mba dulu baru nikah dihujat juga bahkan sama ustadzah ustadzah karna lebih memilih masmu yg Tentara dari pada Abangmu. Tapi kembali ke niat masing masing, yg tau isi hati kita hanya kita dan Allah Shof. Gak perlu takut sama hujatan hujatan itu toh kita juga nanti setelah nikah ikut suami"

"Pulang ke Abah kalau memang disini gak nyaman" jawab Hamdan

"Maunya gitu, tapi kasian Jiddah mas"

"Jiddah sudah biasa sendiri, pulang saja ke Abah, pernikahanmu juga gak lama lagi, kamu harus siapin pengajuan juga"

"Tapi kalau -"

"Berhenti berfikiran gak baik Shofia, coba sekali aja kamu itu gak jadiin omongan orang itu bahan overthingking Shof, kalau kamu kaya gini malah mas gak tenang ninggalin kamu disini, sudah nanti mas ke surabaya kamu juga pulang saja ke Abah"

"Gak enak sama Jiddah mas"

"Biar mas yg ngomong"

Shofia menghembuskan nafas beratnya, lalu mengangguk, dia menyandarkan kepalanya dipundak Adhifa

"Jangan kaget yah ini baru sedikit juliddan yg kamu dapettin, di yonif walaupun dilarang saling menggunjung tapi yg namanya julid diem diem itu parti ada Shof, belum lagi fansnya Zakky, tpi gak usah khawatir, mau sebagaimanapun effort fans Zakky, pemenangnya tetep kamu kok"

Shofia mengangguk, dia sudah tau kalau lelaki yg akan menjadi suaminya itu adalah lelaki harapan banyak wanita

"Sudah sana tidur jangan lupa wudlu dulu" suruh Hamdan

Shofia mengangguk dan langsung menuruti, dia masuk ke kamarnya

"Mas mau ke Halaty Fitri, mau ikut"

"Mas ? Serius mau ngomongin Arin ?"

"Ya masa mas diem aja sayang adik mas di omongin murahan, mas janji gak emosi sayang"

"Ya udah tapi Hilya gimana ?"

"Taruh dikamarnya Shofia dulu"

"Ya udah sebentar"

Hallo Ning Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang