•
•
•Air mata terus saja mengalir dari kedua netra merah seorang gadis yang kini tengah berlari cepat tersebut. Ia tidak menyangka kalau semua anggota keluarganya akan menyembunyikan fakta sebesar ini darinya. Ia adalah anak yang terlahir tepat saat perang besar antara bangsa vampir dan bangsa serigala yang terjadi pada 17 tahun silam. Ia adalah anak yang dikutuk itu?
Hahaha, aku adalah anak yang dikutuk ternyata.
Benar-benar tidak disangka.
Untuk kesekian kali, Rafellia harus menghapus air mata yang dengan lancang turun dari kedua netranya.
"Kenapa tidak ada yang memberitahuku?" gumam gadis malang itu dengan lirih.
Kakek Brec telah membeberkan semua fakta yang terjadi pada perang besar antara bangsa vampir dan serigala tujuh belas tahun lalu padanya. Semua peristiwa yang terjadi pada waktu itu telah ia ketahui semuanya. Termasuk kelahirannya yang membuat ia terkena kutukan Raja Heamore.
"Ini bukanlah kesalahanmu, Putri. Akan tetapi, Tuhan sedang mengujimu dengan kutukan ini. Jadilah kuat dan temukan takdirmu agar kau bisa terbebas dari kutukan itu."
Perkataan Kakek Brec sedikit memberi harapan padanya. Apakah ia bisa menghilangkan kutukan itu apabila sudah bertemu dengan pasangan takdirnya?
"Tapi bagaimana dengan Sharpened Insignia yang berada di dalam tubuhku?" Rafellia menghentikan langkah kakinya dan menatap sekeliling tempatnya berpijak. Memastikan bahwa ia benar-benar sendiri di tempat itu. "Kakek Brec bilang kalau permata itu ada di dalam tubuhku, 'kan?"
Siapa yang tidak tahu dengan Sharpened Insignia? Permata biru yang memiliki kekuatan bisa membangkitkan orang mati dan membuat penggunanya hidup abadi. Rafellia tidak menyangka kalau permata yang menjadi sebab terjadinya perang besar tujuh belas tahun lalu ada di dalam dirinya, di dalam tubuhnya.
Gadis dengan jubah hitamnya itu benar-benar dibuat pening karena fakta besar yang baru ia ketahui saat usianya hampir menginjak angka tujuh belas tahun. Fakta tentang kelahirannya dan permata berharga bernama Sharpened Insignia yang berada di dalam tubuhnya.
"Apakah keluargaku tahu kalau permata itu ada di dalam tubuhku?" gumam Rafellia lagi sembari menunduk dan memegang bagian jantungnya. "Semoga saja tidak. Karena aku akan menjaganya dengan segenap nyawaku agar tidak jatuh ke tangan orang yang salah."
Rafellia yakin dan bersungguh-sungguh akan perkataannya barusan. Karena Sharpened Insignia bukanlah sembarang permata, melainkan sumber dari segala kekuatan yang ada di dunia. Maka Rafellia Reeves harus benar-benar menjaganya.
• • »« • •
Sementara itu di sisi lain, para anggota keluarga inti Revia tengah kalang-kabut mencari keberadaan Rafellia yang tidak ada di manapun. Padahal gadis kesayangan mereka itu berpamitan ingin pergi ke Derline River tadi pagi. Akan tetapi hingga sore menjelang malam seperti ini, Rafellia tidak kunjung pulang dan memunculkan batang hidungnya. Bahkan ketika Raven dan Raveena pergi mencarinya di Virfield Grove pun, Rafellia tidak juga ditemukan.
Memang, seharusnya mereka tidak perlu sepanik itu. Mengingat Rafellia Reeves juga bukan anak kecil lagi. Gadis itu sudah tumbuh dewasa.
Namun justru itulah yang menjadi permasalahannya. Semakin dewasa, Rafellia Reeves menjadi semakin cantik dan memesona. Para keluarga selalu dibuat khawatir apabila gadis cantik itu bepergian sendiri. Itulah kenapa terkadang mereka mengutus Ravendale Ratliff dan Raveena Reverie untuk menemani Rafellia. Meski terkadang gadis itu tetap bersikeras ingin pergi sendiri.
"Aku masih tidak menemukan keberadaan Fellia di manapun," ujar Raven yang baru saja tiba di halaman Revia Castle. Dengan kemeja putih yang sudah kusut di sana-sini, Raven berujar cemas. Berikut dengan napasnya yang ngos-ngosan karena terus saja berlari mencari keberadaan sang sepupu tersayang.
"Kau sudah mencari di tempat-tempat favoritnya belum?" Raveena bertanya sambil memakan buah anggur di tangannya. "Lagipula kenapa kalian seheboh ini? Rafellia bukan anak kecil lagi," tutur gadis bergaun merah itu dengan santai. Mengabaikan tatapan tajam dari para orang tua yang khawatir dengan sepupu cantiknya.
"Sudah, Kak! Aku sudah mencarinya ke seluruh tempat!" pekik Raven setengah jengkel. Raveena bertanya dengan nada sesantai itu seolah mengejek dirinya. Padahal kan ia sudah mencari Rafellia ke manapun, tapi tetap saja sepupunya itu tidak kunjung ia temukan.
"Sudah-sudah. Hentikan perdebatan kalian." Sang Raja Revia menengahi. "Rafellia pasti akan pulang dengan sendirinya. Tidak perlu terlalu khawatir. Aku yang menjamin kalau dia akan pulang dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Benar kata Raveena, Rafellia bukan anak kecil lagi. Biarkan dia bermain dengan bebas."
"Hah ... baiklah. Jika Anda sudah berkata demikian, maka kami tidak bisa membantah." Ibunda Raven berujar mewakili para orang tua yang lainnya, terutama orang tua Rafellia sendiri. Keputusan raja adalah mutlak. Jadi lebih baik mereka menurut dan percaya bahwa si cantik Rafellia akan segera pulang.
"Jadi? Berakhir begitu saja? Aku akan tetap mencari Fellia!" Ravendale Ratliff berucap dengan lantang. Berikut dengan ekspresi wajahnya yang masih tampak kesal. "Dia sepupuku, aku takut terjadi apa-apa padanya."
Plakk!
"Aw! Apaan sih, Kak?!" Raven menatap tajam pada Raveena yang barusan memukul punggungnya dengan keras.
"Hey! Dasar keras kepala. Tidak bisakah kau menurut saja, hah?!" Kini Raveena sudah berkacak pinggang dan balas memberikan tatapan tajamnya pada Raven. "Harus dengan bahasa apa aku mengatakannya agar kau mengerti? Rafellia bukan anak kecil lagi, Raven. Jadi berhenti mengkhawatirkannya secara berlebihan."
Bibir Raven maju beberapa senti. Masih sambil mengelus punggungnya yang sakit karena pukulan Raveena, Raven pun berujar pelan. "Aku kan hanya khawatir ..."
Senyum manis spontan terbit di bibir merah Raveena Reverie ketika mendengar dengan jelas kalimat yang dilontarkan oleh Ravendale Ratliff. "Iya, Kakak paham. Tapi kekhawatiranmu itu berlebihan, adik sepupuku tersayang~" Ia sangat paham kok dengan kekhawatiran adik sepupunya itu terhadap Rafellia.
"Percaya saja pada Rafellia. Sebentar lagi dia pasti pulang. Rafellia bukan tipe orang yang akan bermalam di luaran sana, apalagi sampai menginap di suatu tempat."
•
•
•Wkwk, kalian belum tau aja kalo Rafellia udah tau semua fakta tentang dirinya :)
Itulah kenapa tanpa pikir panjang Rafellia langsung menemui Kakek Brec untuk mencari tahu tentang kebenaran dari kelahirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE BLOODLUST
FantasyGenre : Fantasy - Romance Tema : Vampire & Werewolf Hate to Love ⚠ [𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Ayden Hoover, seorang Alpha dari W...