•
•
•Leander Jael.
Nama yang cukup keren bagi seorang kakek tua yang merupakan pemimpin para drakula. Rafellia kini berada di rumah sederhana milik sang pemimpin Kota Blindbell tersebut. Duduk beralaskan anyaman rotan tipis yang hampir mirip seperti tatami. Bedanya, alas yang Rafellia duduki memiliki ukuran lebih kecil. Di depan sang gadis, terdapat meja kayu dengan kisaran panjang 60 x 40 cm.
Sementara di sudut ruangan terdapat perapian yang baru saja dinyalakan oleh sang pemilik. Membuat cahaya kemerahan muncul dan berhasil menghangatkan tubuh sang putri. Cuaca di luar memang sangat dingin seiring salju yang mulai turun mengisi bumi. Diam-diam, Rafellia bersyukur karena telah disambut dengan baik oleh sang pemimpin. Tidak seperti para penduduk lain yang justru malah langsung menyerangnya seperti tadi.
"Maafkan atas kelancangan rakyatku, Tuan Putri."
Rafellia terkesiap. "Anda mengenal saya?" tanyanya dengan satu alis terangkat, penasaran.
Seulas senyum terukir di bibir gelap Leander Jael. "Tentu saja. Saya sudah menunggu kedatangan Anda seharian ini, Putri Rafellia." Leander Jael membuka peti kecil-yang entah sejak kapan sudah berada di atas meja-dengan sangat hati-hati. Lantas mengeluarkan bola kristal dari dalam peti kecil tersebut. "Ini adalah bola kristal yang bisa melihat masa depan, tepat sehari sebelum terjadinya suatu peristiwa. Sehari sebelumnya, aku melihatmu yang berencana datang ke kota ini dengan satu tujuan pasti," tutur sang pemimpin para drakula.
Penjelasan Leander Jael membuat Rafellia diam-diam berdecak kagum. Kekuatan untuk melihat masa depan memang berbahaya, tapi sangat-sangat berguna. Jadi, apakah kakek tua itu sudah tahu apa maksud kedatangan Rafellia kemari?
"Ya. Aku sudah tahu apa tujuanmu, Putri."
Seolah bisa membaca pikiran, Leander Jael kembali berujar disertai senyuman samar. Kakek tua dengan jubah hitamnya itu beranjak mengambil satu buku tebal bersampul cokelat dari atas meja tinggi di dekat perapian. Lalu menyerahkannya pada Rafellia yang menatapnya penasaran.
"Terimalah buku ini. Semua pertanyaan yang ingin kamu tanyakan, jawabannya hanya ada di buku itu."
Rafellia menerima buku bersampul cokelat itu dengan hati-hati. Ada sedikit keraguan di mata sang gadis, dan Leander Jael bisa melihat itu dengan jelas.
"Buku itu adalah milik leluhur kami. Merekalah yang menemukan, meneliti, dan menggunakan permata Sharpened Insignia untuk kepentingan semua orang, terutama bangsa vampir dan drakula."
Ah! Rafellia jadi paham sekarang. Mungkin itulah kenapa, Sang Raja Revia ingin memiliki permata itu untuk dirinya sendiri sehingga melakukan pengkhianatan pada tujuh belas tahun silam. Karena asal-usul permata itu yang memang ditemukan oleh leluhur bangsa vampir.
"Lalu? Kenapa permata itu bisa diperebutkan oleh kedua bangsa, Kek?"
Leander Jael menghela napas. "Sejarahnya cukup panjang, kamu bisa membaca cerita lengkapnya di buku itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE BLOODLUST
FantasíaGenre : Fantasy - Romance Tema : Vampire & Werewolf Hate to Love ⚠ [𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Ayden Hoover, seorang Alpha dari W...