26 »« Welcome to Creigren Brec's Home

208 14 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Indah, adalah satu kata yang benar-benar tepat untuk menggambarkan pemandangan alam yang ditangkap oleh indra penglihatan Rafellia Reeves, Ayden Hoover, dan Edge Rex.

Bunga baby's breath tumbuh liar di sepanjang jalan setapak yang menghubungkan langsung pada halaman suatu rumah kayu berlantai tiga yang struktur bangunannya berbentuk setengah lingkaran. Rumah itu murni berbahan dasar kayu, bahkan tiang penyangganya juga dari kayu. Pagar yang melindungi sekeliling rumah tersebut juga terbuat dari kayu dengan tinggi sekitar dua meter. Atap rumahnya pun juga dari kayu.

Aura sihir terasa sangat kental di rumah tersebut. Terdapat papan kayu bertuliskan 'welcome' di dekat pintu pagar. Banyak juga tanaman obat yang beberapa di antaranya cukup familiar bagi Rafellia. Ada juga tanaman hias seperti anggrek dan mawar yang ditanam di dalam pot. Kemudian ada juga bangku panjang beserta mejanya yang terletak di dekat wastafel pada sisi kanan halaman.

Siapapun pasti akan merasa betah jika tinggal di rumah kayu sederhana dengan suasana alam yang kental seperti ini.

"Ohh, Maria~ Berhentilah berlari dan makanlah ini."

Suatu suara yang berasal dari arah belakang rumah, spontan membuat Rafellia, Ayden, dan Edge menoleh. Kening ketiganya mengernyit saat seorang kakek muncul dengan seekor kucing gembul berbulu putih di gendongannya. Rafellia yang merasa familiar dengan wajah kakek tersebut, spontan mendelik tak percaya.

Yang benar saja?! Jadi Kakek yang tadi memberiku petunjuk ada di sini?!

"Kakek Brec!" panggil Edge pada kakek tersebut sembari melambai-lambaikan tangannya.

Rafellia menatap horror pada Edge tanpa laki-laki itu sadari.

Dia Creigren Brec?!

"Ohh, yang benar saja."

"Ada apa?" tanya Ayden. Laki-laki itu sepertinya bisa merasakan keterkejutan Rafellia yang kebetulan berdiri tidak jauh di sampingnya.

Rafellia menggeleng cepat. "Tidak. Aku hanya tidak menyangka kalau dia adalah Creigren Brec."

"Dia memang Creigren Brec. Seorang penyihir sekaligus peramal yang cukup terkenal. Kau pasti sudah banyak mendengar berita tentang beliau," jelas Ayden tanpa mengalihkan pandangannya pada Edge dan Kakek Brec yang tampak asik berbincang akrab di dekat pintu pagar. "Usianya sudah 150 tahun."

"Benarkah?! Wahh, sudah satu setengah abad. Dia benar-benar manusia?"

Ayden mengangguk. "Ya, dia manusia. Satu-satunya manusia yang diberkahi kekuatan sihir dan tinggal di dunia penuh makhluk immortal seperti kita."

Rafellia terdiam usai mendengar penjelasan singkat Ayden. Gadis itu ikut menatap interaksi Edge dengan sang kakek. Lantas kemudian melangkahkan kakinya menuju kedua orang tersebut saat Edge memanggilnya dan Ayden untuk mendekat.

"Nah, Kakek ... kenalin, dia Rafellia. Kau berasal dari klan serigala mana, Nona? Aku lupa bertanya tadi."

"Eh?! Eum a-aku ..." Rafellia menggigit bibir bawahnya gelisah.

Aku harus jawab apa?

"Reeves. Dia adalah kenalanku dari luar Kota Heamore," sahut Ayden dengan cepat. Tentu saja ia harus berbohong. Tidak mungkin kan kalau ia mengatakan secara gamblang jika Rafellia adalah seorang vampir di depan Edge? Bisa-bisa akan terjadi perkelahian dan pertikaian yang tidak diinginkan jika Edge mengetahuinya. Karena percaya atau tidak, Edge Rex sangat membenci vampir.

"Nah, itu dia! Rafellia Reeves."

Kakek Brec tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya pada Rafellia. Gadis itu pun menyambutnya dengan baik dan ikut tersenyum tipis—walau tidak terlihat. Kesan ramah dan sopan coba Rafellia tunjukkan sekarang.

"Salam kenal, Kakek. Anda bisa memanggil saya Lia."

"Tidak perlu terlalu formal, Nak. Kau adalah gadis baik, tapi takdir begitu kejam padamu. Apakah kau bahagia dengan hidupmu selama ini?"

Rafellia memiringkan kepalanya, sedikit bingung dengan maksud perkataan Kakek Brec yang terkesan tiba-tiba. "Maksudnya?"

"Ah, lupakan saja. Ayo masuk! Maaf kalau rumah Kakek berantakan. Kakek belum membersihkannya seharian ini," ujar Kakek Brec sembari memutar badan dan melangkah terlebih dahulu memasuki rumah kayunya.

Meskipun sudah tua, tapi secara fisik, Kakek Brec terlihat masih sehat dan segar bugar. Bahkan kakek tua itu masih bisa berjalan dengan postur tubuh tegak, tidak bungkuk seperti kebanyakan orang tua lainnya. Seolah memang tak kenal usia. Siapapun yang melihatnya pasti tidak akan percaya kalau beliau sudah berusia satu setengah abad.

Begitu memasuki rumah Creigren Brec, lagi-lagi Rafellia dibuat berdecak kagum dengan interior dan dekorasi di dalamnya. Semuanya benar-benar terbuat dari bahan kayu. Bahkan gelas, piring, dan peralatan makan lainnya juga berbahan kayu. Tidak seperti Reeves Mansion yang perabotannya rata-rata berbahan dasar perak dan alumunium.

Meja kayu panjang beserta kursinya di tengah ruangan. Cerobong asap yang menyatu dengan dapur. Rak buku di pojok ruangan yang entah terdapat buku berjudul apa saja di sana. Terdapat kursi santai di dekat rak buku lengkap dengan bantal duduknya. Lalu berbagai macam ramuan di sisi rak sebelahnya.

Benar-benar tipikal seorang penyihir.

"Selamat datang di rumah sederhana Creigren Brec." Kakek Brec berucap tanpa melunturkan senyum manis dari bibirnya. "Pasti kalian memiliki tujuan khusus sehingga datang jauh-jauh kemari. Benar, bukan?"

Rafellia, Ayden, dan Edge saling pandang dan mengangguk secara bersamaan. "Masing-masing dari kami memiliki tujuan yang berbeda, Kek. Bukankah begitu?" Ayden menatap Rafellia, seolah memberi kode pada gadis itu.

"Ya, tujuan saya berbeda dengan mereka." Rafellia mengeluarkan buku bersampul cokelat dengan lambang bintang dari balik jubahnya. "Tujuan saya ada di dalam buku ini, dan saya tidak ingin ada orang lain yang mengetahuinya selain saya dan Anda, Kek. Jadi mohon bantuannya." Rafellia berujar tanpa menatap ataupun menoleh ke arah Ayden dan Edge.

Kakek Brec yang mengerti dengan maksud gadis di depannya hanya mengangguk. Pria tua itu meminta Ayden dan Edge keluar dari rumahnya sebentar, menunggu Rafellia selesai dengan urusannya.

"Ladies first, okay?"



Wahh, bisa dibayangin nggak sih rumahnya Kakek Brec? Jadi pengen punya rumah kayak gitu:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wahh, bisa dibayangin nggak sih rumahnya Kakek Brec? Jadi pengen punya rumah kayak gitu:(

Kira-kira tujuan Rafellia menemui Kakek Brec karena apa, ya? Kalian penasaran nggak?

BLUE BLOODLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang