•
•
•Canggung.
Itulah suasana yang terjadi di antara Rafellia dan Liana semenjak kedua perempuan itu memutuskan untuk berbicara berdua di taman mansion. Selama itu juga, masih belum ada yang membuka suara. Baik Rafellia maupun Liana tampak sibuk dengan pikiran masing-masing.
Liana sendiri tidak mengerti. Kenapa ia bisa sampai nekat dan datang sendiri untuk menemui Rafellia Reeves setelah mendengar pembicaraan kurang mengenakkan yang mungkin saja berhubungan dengan gadis vampir itu. Musim dingin yang masih melanda wilayah mereka juga tidak membuat Liana menghentikan niatnya untuk datang dan berbicara empat mata dengan sang putri.
"Liana, ya ... sebenarnya apa yang membawamu kemari?" tanya Fellia yang sudah tidak tahan akan keheningan di antara mereka. "Aku yakin kalau ada hal penting yang ingin kamu bicarakan denganku, bukan?"
Liana yang ditanya demikian hanya mengangguk. Perempuan bersurai hitam sebahu itu menatap warna-warni bunga yang ada di taman mansion dengan pikiran berkecamuk. Memutuskan untuk datang ke Reeves Mansion dan menemui Rafellia adalah keputusan mendadak yang ia buat setelah tanpa sengaja mendengar percakapan Raja Heamore dengan seorang pria asing di ruang tahta.
"Bagaimana? Apakah Ayden sudah tidak bersama gadis itu saat ini?"
"Tidak, Yang Mulia. Sudah saya pastikan kalau Pangeran Ayden telah membawa Putri Rafellia pulang ke kerajaannya."
"Bagus. Kau bisa pergi dan segera beritahu hal ini pada Kieran. Katakan juga pada Kieran, kalau dia bisa memulai penyerangan sekarang juga."
"Baik, Yang Mulia. Saya akan segera memberitahu Pangeran Kieran soal perintah Anda."
Ya. Liana sangat yakin kalau ia tidak mungkin salah dengar. Raja Heamore bersekongkol dengan putra angkatnya untuk melakukan penyerangan. Entah kapan dan di mana itu akan terjadi, Liana belum mengetahui itu.
Namun jika dipikirkan lagi, bukan tidak mungkin kalau yang dimaksud adalah Kerajaan Revia, 'kan? Mengingat kalau Heamore dan Revia adalah musuh bebuyutan sejak dulu. Akan tetapi, kenapa? Apa alasannya? Pasti ada sesuatu.
Liana yakin itu.
"Liana? Apakah pertanyaanku terlalu berat untuk kamu jawab?"
"Ah! Maaf!" Liana tersentak. Ia berdiri dan membungkukkan badannya beberapa kali pada Rafellia yang menatapnya penuh kebingungan.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Sungguh, Liana. Sebenarnya apa yang terjadi?" Rafellia jelas dibuat bingung saat ini. Kedatangan Liana saja sudah membuatnya bingung, ditambah dengan sikap perempuan itu yang cukup aneh. "Katakan padaku dengan jujur."
Helaan napas terdengar. Liana kembali mendudukkan dirinya di samping sang putri sembari meremas jari-jarinya dengan gugup. "Saya tahu kalau saya lancang, tapi saya mohon, Putri. Tolong pergilah dari sini. Ke manapun. Asalkan Anda aman dan terbebas dari Yang Mulia Raja Heamore juga Pangeran Kieran."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE BLOODLUST
FantasyGenre : Fantasy - Romance Tema : Vampire & Werewolf Hate to Love ⚠ [𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Ayden Hoover, seorang Alpha dari W...