•
•
•Jade Rags Pack.
Nama pack itu memang cukup asing bagi Ayden. Mereka bukanlah sebuah pack besar. Mereka hanya pack kecil dengan jumlah anggota yang tidak lebih dari dua puluh. Setidaknya, itulah informasi yang Ayden dapat dari para anggotanya tentang mereka.
Pergerakan mereka tidak teratur dan cukup sulit dibaca. Terlebih sampai sekarang, ia tidak tahu siapa pemimpin dari pack itu. Bahkan enam anggota mereka yang sudah ia tangkap itu pun masih belum membuka mulut terkait keberadaan pemimpin mereka meskipun sudah disiksa dengan berbagai cara.
Ia juga belum mendapat kabar apapun dari Aeric dan Arion. Entah apakah kedua adiknya itu benar-benar melaksanakan perintahnya atau tidak. Karena ia hanya harus percaya pada mereka.
Tok, tok, tok!
Ayden yang semula tengah sibuk dengan pikirannya, spontan mengerutkan kening saat pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Entah siapa yang pagi-pagi buta begini bertamu ke kamarnya. Jam dinding memang masih menunjukkan pukul tiga pagi saat ini. Untuk itulah Ayden memilih segera keluar dan mendapati sosok Aeric dengan keadaan tubuh basah kuyup di depan kamarnya.
"Aeric?! Apa yang terjadi padamu?!"
"Saat perjalanan menuju ke sini, tiba-tiba saja ada hujan badai di wilayah Barat, Kak. Aku sengaja menerobosnya karena ada hal penting yang harus kuberitahukan padamu."
Ekspresi serius dan cemas terlihat jelas di wajah Aeric Hoover saat ini. Entah hal penting apa yang ingin disampaikan sang adik, tapi ... "Lebih baik kau mandi dan ganti pakaianmu dulu, Aeric. Baru kita bicara." Ayden memilih untuk bersabar sebentar karena kondisi Aeric sangat memprihatinkan. "Kembalilah ke kamarku setengah jam lagi."
Aeric hanya bisa mengangguk dan menuruti perintah sang kakak. Karena jujur saja, ia sudah sangat kedinginan sekarang. Bayangkan, ia berlari dalam wujud wolf-nya dari mansionnya ke mansion utama Keluarga Hoover yang jarak tempuhnya sekitar 10 km di pagi buta.
Itu sungguh sangat melelahkan, Bung.
Usai kepergian Aeric, Ayden menghela napas berat. Seolah beban yang dipikul oleh si sulung itu sangat berat. Ada banyak hal yang dipikirkan oleh Ayden sebenarnya. Tentang masalah Jade Rags Pack yang melanggar aturan, lalu soal gadis vampir yang berhasil membangkitkan gairahnya.
"Sebenarnya siapa gadis itu?" gumam Ayden tanpa sadar.
"Siapa memang?"
Ayden dibuat terkejut saat sosok Arion sudah berdiri di sampingnya. Laki-laki itu melirik sinis pada sang adik bungsu yang seolah datang tanpa diundang. "Bukan siapa-siapa. Kenapa kau ada di sini?"
Arion spontan merengut, membuat laki-laki itu jadi terlihat imut meski tanpa menghilangkan kesan jantan pada dirinya. "Aeric mengirim mindlink padaku, dan memintaku untuk datang ke mansion utama. Padahal aku sedang asik-asiknya berkencan dengan guling kesayanganku di atas ranjang kamarku," kata Arion dengan nada merajuk.
Namun hanya tatapan datar yang Ayden berikan pada sang adik bungsu. Untung saja Aeric datang setelahnya, jadi Ayden tidak harus repot-repot menanggapi rengekan tidak jelas dari adik bungsunya.
• • »« • •
"Jadi? Hal penting apa yang ingin kau beritahukan, Aeric?"
Aeric menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. Di dalam kamar bernuansa gelap milik Ayden itu, ia menatap kedua saudaranya secara bergantian dengan serius. "Aku dan anggotaku sudah menemukan pemimpin mereka, Jade Rags Pack. Mungkin kau akan terkejut begitu tahu siapa yang memulai pemberontakan ini, Kak."
"Pemberontakan?"
Aeric mengangguk. "Ya, pemberontakan. Motif dibaliknya adalah pemberontakan. Dia ingin membalas dendam pada keluarga kita, terutama pada Ayah dan Ibu." Sudut bibir Aeric seketika terangkat saat melihat wajah tegang dari Arion dan wajah tanpa ekspresi yang ditunjukkan Ayden. Tanpa diberitahu pun, sepertinya Ayden sudah tahu siapa yang ia maksud. "Itulah kenapa dia membangun Jade Rags, yang mana anggotanya kebanyakan adalah mantan para rogue. Lalu memulai pergerakan dan memancing kita dengan masalah kemarin."
"Kieran Hartwell." Ayden menatap tepat pada kedua bola mata Aeric. "Benar, 'kan?"
"Ya, pemimpin mereka adalah Kieran Hartwell."
"Siapa itu Kieran Hartwell?" Arion, satu-satunya yang tidak tahu tentang nama asing yang baru saja disebut oleh sang kakak pun bertanya.
"Kakak angkat kita," jawab Aeric dengan entengnya.
"APA?! YANG BENAR SAJA?!" Ekspresi syok dan terkejut terlihat jelas di wajah Arion Hoover saat ini. Mulut terbuka, mata melotot, dan mungkin jantung yang sudah berdetak dua kali lebih cepat. Arion sungguh terlihat bodoh sekarang karena hanya dia yang tidak tahu apa-apa tentang ini.
"Dia diasingkan dan diusir dari Keluarga Hoover oleh Ayah dan Ibu karena hampir membunuh Kak Ayden dulu. Waktu itu kau belum lahir, jadi wajar saja kalau kau tidak tahu soal Kak Kieran."
"Tunggu-tunggu." Arion menyergah dengan cepat. "Lantas kenapa aku tidak diberitahu sama sekali tentang masalah ini? Aku sama sekali tidak tahu loh," ujar Arion dengan menekankan pada kata 'sama sekali'.
"Karena ini bukanlah cerita dongeng yang harus diketahui oleh semua orang. Sebelum orang tua kita memiliki anak, mereka mengadopsi Kieran yang merupakan seorang werewolf dari kalangan biasa untuk dijadikan anak angkat," jelas Ayden.
"Lantas kenapa dia ingin membunuh Kak Ayden?" Jujur, Arion masih tidak mengerti dengan semua ini.
"Motifnya kan sudah jelas. Karena Kak Ayden adalah anak kandung Ayah dan Ibu, sementara Kak Kieran hanya anak angkat. Faktor iri dan dengki bisa membuat seseorang menjadi nekat serta melakukan hal-hal gila, Arion." Kini Aeric yang membuka mulut untuk menjawab rasa penasaran saudaranya tersebut. "Kak Kieran iri dengan Kak Ayden. Apalagi setelah tahu kalau gelar Putra Mahkota akan jadi milik Kak Ayden. Makin-makinlah dia."
"Hmm, begitu rupanya." Arion mengangguk-angguk mengerti setelah mendapatkan penjelasan dari kedua kakaknya. "Tapi tetap saja! Harusnya kalian memberitahuku sejak awal!" ujar Arion bersungut-sungut. Si bungsu di Keluarga Hoover ini memang cepat sekali mengubah suasana hatinya ...
"Kau belum lahir, jadi buat apa?"
... dan jawaban Ayden membuat Arion harus bersabar meski ia ingin sekali mendaratkan kepalan tangannya pada wajah sang kakak.
Terkadang, Ayden Hoover memang bisa menjadi sosok yang sangat menyebalkan.
•
•
•Kiw, udah part 9 aja nih ya.
Nggak kerasa, wkwk.Aku butuh effort besar tiap hari buat ngetik cerita ini. But, gapapa lah. Setelah tamat nanti, cerita ini bakal aku revisi keseluruhan partnya.
Semoga kalian enjoy baca cerita ini, ya! See you next part♡
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE BLOODLUST
FantasíaGenre : Fantasy - Romance Tema : Vampire & Werewolf Hate to Love ⚠ [𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Ayden Hoover, seorang Alpha dari W...