Prolog

133 8 4
                                    

Ketika kehilangan menjadi pendewasaan yang semesta ajarkan

_Shenina Arunika_

_________________

10 tahun lalu

"Shena, makan dulu, sayang!" seruan itu membuat anak perempuan berusia tujuh tahun itu berlari meninggalkan gelembung mainannya.

"Ada pudding, ma?" tanyanya membuat sang mama mengangguk. "Strawberry pudding, benar?" sang mama memberikan pudding strawberry dengan segelas susu cokelat.

Saat ini, mereka sedang piknik di taman kota. Menghabiskan waktu weekend dengan berlibur bersama keluarga adalah pilihan mereka.

"Shena!"

Shena, begitulah keluarganya memanggilnya. Anak semata wayang dan satu-satunya cucu perempuan yang menjadi kesayangan semua keluarga.

"Papa!" Shena tersenyum saat papanya datang dengan sebatang cokelat kesukaan putrinya.

"Untuk tuan putri papa,"

Dengan senyum yang mengembang, tangan kecil Shena mengambil cokelat dari papanya, "Terima kasih, papa,"

"Sama-sama, sayang,"

Keluarga kecil itu terlihat bahagia. Sesekali mereka memekik saat Shena menggelinding di atas rumput seperti trenggiling.

Tak jauh dari tempat keluarga itu, ada seorang anak laki-laki yang melihat keharmonisan keluarga yang tidak pernah ia rasakan. Dengan keranjang bunga di tangannya, ia menatap sendu saat anak perempuan seusianya digendong dan mendapat pelukan hangat dari orang tuanya.

Shena mengetahui anak laki-laki yang sedari tadi duduk di bawah pohon. Ia bangkit dan menghampirinya. Melihat tindakan Shena, orang tuanya terkejut dan segera menatap putri semata wayangnya.

"Hai. Mau berteman denganku? Sepertinya, kita seusia." ucap Shena.

Kening Shena berkerut bingung saat melihat anak laki-laki itu diam dan hanya menatapnya. Shena menatap orang tuanya yang kini berjalan menghampiri mereka.

"Ada apa, sayang?" tanya mamanya.

"Ma, dia tidak mau berteman dengan Shena. Tadi Shena ajak berkenalan, dia diam saja." adu Shena yang hampir menangis.

Sang papa jongkok di depan anak laki-laki itu. Senyum ramah tak pudar dari wajahnya. Ia menatap keranjang bunga di tangan anak laki-laki itu.

"Kamu menjual bunga-bunga ini?" tanya sang papa sembari menunjuk keranjang bunga.

Tanpa diduga, anak laki-laki itu tersenyum dan mengangguk. Yang lebih membuat terkejut ia menggunakan bahasa isyarat untuk menjajakan dagangannya.

"Iya, om. Aku menjualnya. Om mau beli?" tanyanya dengan gerakan tangan.

Mama dan papa Shena saling pandang. Kini, mereka mengerti mengapa anak laki-laki ini tidak menyahut ketika Shena mengajak berkenalan.

"Tentu. Harga satuannya berapa?" tanya papa Shena yang ikut menggunakan bahasa isyarat.

Anak laki-laki itu terkejut saat melihat orang lain merespon bahasa isyaratnya. Ia semakin bersemangat untuk menawarkan bunga yang ia jual.

"Satu tangkai lima ribu, om. Om mau beli yang mana?" tanya anak laki-laki itu sembari meletakkan keranjang bunganya diatas rumput.

"Shena, kamu mau bunga yang mana?"

Shena menatap bunga-bunga cantik yang dikemas dalam keranjang rotan. Perhatiannya terpaku pada bunga matahari mungil yang terselip diantara mawar.

Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang