Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu berdecak sebal. Lagi-lagi seperti ini. Remy yang dikenal banyak orang sebagai kekasihnya, justru lebih mementingkan organisasi yang jelas bukan tanggung jawabnya lagi. Entah memang benar-benar peduli, atau hanya ingin mengambil perhatian guru saja. Tapi yang jelas, Areta sangat kesal dengan sikap Remy yang selalu menomorsekiankannya.
Gadis itu akhirnya sampai di warung kecil belakang sekolah. Warung Bi Iteung, biasanya Atar maupun Barra berkumpul di sini saat pulang sekolah. Ia ingin meminta tolong pada salah satu dari mereka untuk mengantarnya pulang.
"Tar, anter gue pulang," ujar Areta saat melihat batang hidung Atar dari kejauhan
"Nggak deh. Terakhir kali nganterin lo pulang, gue hampir digantung sama Freya," balas Atar yang langsung menolak begitu saja ketika Areta memintanya.
"Ya, lo jangan laporan lah, biar nggak ketahuan!" memang, beberapa perempuan cemburu pada Areta karena parasnya yang luar biasa dan bodinya yang membuat laki-laki terpesona.
"Nggak mau nyari penyakit gue. Lagian, bentar lagi gue harus jemput dia di tempat les."
Areta menghela napas. Kini ia beralih pada lelaki berhidung mancung yang sejak tadi sibuk dengan nikotinnya.
"Bar, anterin gue pulang!" pintanya begitu saja.
Barra menoleh, kemudian menghembuskan asap putih dari mulutnya. "Nggak bisa. Gue nebengin Raksi," jawab pemuda itu membuat Areta memutar bola matanya malas. Sementara Raksi malah terkekeh dengan reaksi Areta.
"Kenapa nggak minta anterin pulang pacar lo aja?" timpal Atar yang bersiap-siap untuk berangkat menjemput kekasihnya.
"Sibuk ngurusin osis. Padahal bukan tanggung jawab dia lagi. Heran gue," balasnya berdecak malas mengingat Remy yang lebih mementingkan organisasi dibanding dirinya.
"Lo pake pelet apa sih kok bisa ngegaet Remy?" tanya Barra lagi sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Mulut lu belum pernah gue gebuk botol whiskey? Ngomong nggak pake filter!" protes gadis itu bersiap melayangkan tinjunya ke wajah Barra.
Sementara yang bertanya terkekeh saja dengan reaksi Areta. Ya, siapa saja pasti suka dengan gadis itu. Selain cantik dan seksi, Areta itu pintar. IQ nya saja 162. Nggak habis pikir deh sama ni cewek.
"Lo. Yang kemaren ngotorin lantai yang udah gue pel, anterin gue pulang!" bukan lagi meminta tolong, gadis ini malah memerintah orang yang sejak tadi diam bahkan tak tertarik dengan obrolan yang sedang berlangsung.
Darhan menoleh, mengerut kening karena permintaan yang terdengar memaksa dari gadis berambut cokelat terang ini.
"Kata gue sih jangan, Ta. Darhan nggak punya kendaraan soalnya. Mentok-mentok lo dianterin pake skateboard," celetuk Atar yang diimbuhi tawa oleh ketiga temannya.
"Terus ini nggak ada yang mau nganterin gue pulang?!"
"Lagian, punya pacar tapi nggak bisa nganterin lo pulang tuh buat apa sih, Ta? Mending sama gue. I'llbe your driver 24/7!" celetuk laki-laki yang baru saja datang tapi langsung merangkul bahunya akrab.