Skatepark

92 9 24
                                    

Darhan sampai untuk memenuhi janjinya pada Juan. Skatepark yang nampak ramai diisi oleh orang-orang dengan papan luncur. Tidak semua orang di sana Darhan kenal, namun karena sudah lama jadi bagian dari penghuni basecamp ini, justru Darhan lah yang paling banyak dikenal.

"Nah kan, kata gue lo kalau nggak diingatin bakal lupa," celetuk Juan menyambut Darhan yang tiba dengan skateboard-nya.

"Namanya juga anak sekolah. Banyak PR Bang," katanya menempatkan diri di sebelah Juan.

"Kayak ada aja kontribusi lo di sekolah," celetuk Yeol yang duduk di seberang.

"Ya, adalah, jing. Kalau gue nggak ada, Mr. Jo cuma makan gaji buta!" balasnya.

"Bangsat," umpat Juan menjejal mulut pemuda itu dengan roti yang ia bawa untuk cemilan.

"Nggak perlu ada lo, juga Mr. Jo udah pusing mikirin Areta!" serbu Yeol melemparnya dengan kulit kacang.

"Yeol, babi!"

"Anyway, itu orangnya," timpal Yeol menunjuk dengan dagu.

Darhan melirik arah tunjuk dagu Yeol. Benar, di belakangnya ada seorang gadis duduk sendirian dengan sekaleng bir di sebelahnya. Dari potongan rambut dan proporsi tubuhnya, ia memang mirip dengan Areta. Tapi apa mungkin? Jika benar, apa yang dilakukannya sendirian di sana?

"Sejak kapan?" heran Darhan menunjuk gadis yang menunduk lesu itu.

"Dari tadi. Nggak gerak tuh, tepar kali," balas Yeol kini meraih kotak rokok Juan dan mengambil sebatang.

"Maksud gue, sejak kapan dia join?" Darhan membenahi pertanyaannya karena jawaban yang ia dapat tak sesuai dengan yang ia inginkan.

"Dua minggu lalu," timpal Juan.

"Kok gue nggak tau?!" kagetnya.

"Lo yang ke mana aja, jing?!" serbu Yeol melempar Darhan kembali dengan kulit kacang.

Darhan bangkit dari duduknya untuk menghampiri. Juan dan Yeol yang kebingungan tidak berkomentar dan hanya memantau di posisi. Semakin ia mendekat, semakin terdengar jelas suara isakan. Darhan merinding, karena posisi duduk Areta yang lebih jauh ke dalam membuatnya bergidik ngeri dengan suasana gelap dan hembusan angin yang menusuk lengan.

Namun belum sampai ia di sana, Areta sudah bangkit dari duduknya hingga membuat Darhan putar balik. Ini aneh. Ia tidak tau apa yang salah dan apa yang membuatnya berbalik. Padahal niatnya memang ingin menghampiri Areta untuk mengusili gadis itu. Namun saat ia bangkit, Darhan malah tidak berani berhadapan langsung. Pemuda itu menoleh sedikit ke belakang, gadis itu tidak pergi bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ia justru bergerak keluar dari skatepark. Darhan tak tinggal diam memperhatikan, ia mengikuti langkah si jelita meski teriakan Juan dan Yeol menggema dan mengambil atensi beberapa temannya yang sedang berseluncur di papan.

Areta Wajdi Lituhayu. Gadis yang setengah sadar setelah meneguk sekaleng bir itu jalan di trotoar dengan sedikit sempoyongan. Lelaki yang masih mengikutinya itu geleng kepala, apa yang ada dipikirannya hingga mabuk seperti ini? Apa masih ada hubungannya dengan kesialan yang dia alami hari ini? Atau justru berlanjut dengan masalahnya yang lain. Tapi kalau pun Darhan jadi Areta, ia akan sangat sakit hati ketika tau kekasihnya membela gadis lain. Ditambah lagi, gadis itu adalah rivalnya. Lagi-lagi kepala pemuda itu menggeleng. Bagaimana bisa orang yang di gadang-gadang sebagai ikon sekolah karena keteladanannya, jadi brengsek dan bajingan seperti ini?

Di pertengahan jalan, gadis itu mendadak jongkok. Membuat Darhan jadi kaget mengira gadis itu jatuh pingsan. Namun yang terjadi adalah, Areta menangis.

DaretalokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang