Panggung Setelah Dewasa

77 10 14
                                    

Gadis itu tersenyum senang kemudian meletakkan ponselnya di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu tersenyum senang kemudian meletakkan ponselnya di sofa. Ia menatap Ajay yang sibuk dengan drumnya. Kemudian beralih pada Atar yang ternyata juga sama sibuknya dengan gitar. Ia mendadak teringat dengan pesan Remy. Bahwa Darhan itu sama sepertinya yang onar dan masa bodoh. Tapi kalau Areta perhatikan, mereka jelas berbeda. Pemuda itu lebih pendiam. Bahkan jika dibandingkan dengan Atar, jelas Atar jauh lebih berisik. Tapi kenapa Remy mengatakan kalau ia dan Darhan itu serupa? Menurutnya, ia jauh lebih onar dari Darhan.

"Tar," panggil Areta akhirnya.

"Apa?" balas pemuda itu tanpa menoleh.

"Menurut lo, gue sama temen lo yang kulitnya agak gelap itu, mirip, nggak?" tanya Areta.

"Siapa? Darhan?" Areta mengangguk.

"Mukanya? Ya, beda lah. Lo tuh spek Noni belanda, sedangkan Darhan jamet ngabers yang doyan meluncur di papan." Atar masih belum mengalihkan pandangannya. Tangan pemuda itu sibuk mengatur kunci senar agar nanti saat tampil tak terlalu ribet.

"Maksud gue, tingkahnya," koreksi gadis itu.

"Beda lah!!!" seru seorang di belakang yang sejak tadi hanya menyimak. Ajay memasang raut cemberut seolah sangat-sangat tak setuju dengan pertanyaan itu.

"Lo tuh anggun, cantik, manis. Lah Darhan? Resek, berantakan, doyan ngomel! Jauhhh!!!" sambung Ajay dengan wajah kesal saat menjelek-jelekkan kakak kelasnya.

"Lo ada masalah sama Darhan?" tanya Areta karena pemuda itu tampak sangat dendam.

"Iya!" katanya sembari memukul drum dengan keras sebelum akhirnya pergi keluar dari ruang latihan.

Atar geleng kepala. Ia tidak tahu kenapa Ajay jadi sensitif seperti perempuan sedang datang bulan seperti itu. Namun memang sejak kemarin, ia terlihat sedang memusuhi Darhan.

"Ya, sebenarnya nggak mirip juga sih. Darhan nggak sebarbar lo. Ibaratnya, dia itu lo tapi versi kalemnya."

"Jadi mirip?" tanya Areta sekali lagi.

"Nggak sih," jawab Atar lagi.

Yeol yang tadinya sibuk dengan keyboard, kini mengambil tempat di sebelah Areta. Ia sedikit bertanya-tanya tentang hubungan mereka berdua. Sejauh ia mengenal Areta, selama ia berteman dengan Darhan, Yogiswara Eloka tak pernah sekali pun melihat dua manusia itu akrab. Jangan kan akrab, Yeol bahkan ragu kalau mereka saling mengenal.

"Ada apa sih lo sama Darhan?" tanya pemuda itu menunpu dagu.

"Ada apa? Nggak ada apa-apa, anjir!"

"Nggak mungkin. Nggak ada apa-apa, tapi kok Darhan mau-maunya nganterin lo yang mabuk pulang?" Yeol masih berusaha mengorek informasi dari teman satu anggota bandnya.

"Gue nggak mabuk? Kapan Darhan nganterin gue mabuk??" Gadis itu dibuat bingung. Jelas saja, dalam ingatannya pemuda itu hanya dua kali mengantarnya pulang. Dan dia dalam keadaan sadar.

DaretalokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang