Event Dadakan

87 10 17
                                    

Si Gemini itu mendorong skateboard-nya dengan satu kaki. Sedang kaki yang satunya bertumpu di deck. Papan luncur yang sudah berumur itu membelah trotoar yang sepi pejalan. Ia meloncat beberapa kali demi menghindari lubang dan batu kerikil. Jam masih menunjukkan pukul delapan. Trotoar sesekali dilewati orang dan itu sedikit mengganggu peluncuran Darhan karena ruang yang sempit. Jadi ia masuk ke jalur sepeda. Masa bodoh kalau ada pesepeda di belakangnya. Tapi jalur ini lebih mulus dan tidak berlubang dari pada trotoar.

Hingga akhirnya, papan luncur itu berbelok ke jalan yang lebih kecil namun masih bisa untuk dilewati mobil. Baru di ujung jalan tapi ia sudah dapat mendengar suara teman-temannya. Darhan mempercepat dorongan kakinya sampai skatepark terlihat.

Ia berseru menyebut nama Yeol karena pemuda itu yang pertama kali tampak di penglihatannya. "Yogiswara Eloka!!" Sembari melambai.

Yang dipanggil tentu saja menghentikan laju papan luncurnya. Menatap orang aneh yang baru saja melambai sembari memanggil namanya. "Dih? Kesambet apa tuh anak?"

Hingga akhirnya tibalah Darhan di hadapan Yeol. Temannya itu menatap heran, bingung dan agak skeptis dengan Darhan. "Tumben banget datang dengan inisiatif sendiri?" Karena biasanya, Darhan harus dipaksa dulu oleh Juan. Belakangan mood-nya bermain skateboard agak menghilang. Katanya, ia sudah mulai bosan.

"Pinjam handphone." Alih-alih menjawab pertanyaan Yeol, Darhan justru menadahkan tangan meminta barang yang ia minta.

"Buat apa?" tanya Yeol ragu-ragu memberinya.

"Ada, penting!" Darhan langsung merampas ponsel itu dan ambil tempat di dekat tangga.

"Jangan dijual!"

"Gue nggak semiskin itu!"

Darhan mulai membuka ponsel temannya. Di sana ia membuka kontak dan mencari nama seseorang. Dari pada ia minta, lebih baik mengambil sendiri dari kontak temannya. Gengsi kalau harus minta. Mereka kan tidak sedekat itu. Atau justru sudah jadi dekat, ya?

Setelah mencatat dan menyimpan nomor orang yang dicari, ia langsung menekan tombol hijau. Bunyi tut yang nyaring terdengar beberapa kali tanda bahwa sambungannya terhubung. Setelah tiga bunyi dengung serupa, suara merdu gadis yang ada dalam bayangannya terdengar juga.

"Halo?" Sapa gadis itu lebih dulu.

"Halo, benar ini dengan Areta Antariksa?" tanya Darhan memainkan peran. Suaranya ia ubah sedikit agar tidak ketahuan.

"Ya, benar. Ini siapa, ya?" tanya gadis itu tapi tidak dengan nada yang kebingungan. Seolah sudah biasa menanggapi nomor tak dikenal.

"Oh, saya Aji, ingin mengundang band Antariksa ke Event saya. Bisa, 'kan, ya?" Sambung Darhan terkikik sendiri. Merasa lucu dengan apa yang sedang dia lakukan.

Mendengar Darhan tidak menyebut namanya dengan benar, Yeol mendekat. Curiga dengan kelakuan Darhan yang kadang di luar fikri.

"Ngapain?" potong Yeol agak berbisik.

"Bisa, Kak Aji. Kira-kira event nya mau diadakan kapan, ya?" Masih belum curiga, Areta justru menanggapinya dengan sangat ramah.

"Malam ini, sekarang, detik ini juga. Bisa langsung on the way aja, nggak? Acaranya udah mulai dari tiga puluh menit yang lalu." Darhan makin tertawa namun tanpa suara. Ternyata seru mengerjai Areta seperti ini.

Yeol yang paham dengan apa yang terjadi hanya geleng kepala saja. Namun ia ikut mendengarkan bahkan duduk di sebelah Darhan.

"Hah? Udah gila apa?!" Seru Areta sudah tak lagi ramah.

DaretalokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang