Loka

73 15 21
                                    

Bel istirahat berbunyi. Raksi buru-buru membereskan buku-bukunya karena ia ingin ke kantin. Seperti biasa, yang diincarnya saat ke sana adalah, drama panas antara Flora dan Areta. Siapa tahu mereka sudah mengibarkan bendera perang lagi setelah beberapa hari ini tenang tanpa ada permusuhan.

Sejujurnya, Raksi agak bosann karena dua gadis itu tidak bertengkar.

"Rak," panggil Darhan yang sejak tadi diam melamun. Dia bahkan tidak fokus sama sekali dengan pelajaran. Matanya kosong entah menatap apa sedang tangannya menumpu dagu.

"Apa?" balas Raksi yang sudah hendak bangkit namun terhenti karena panggilan Darhan.

"Gimana ya bilangnya."

Raksi menunggu dengan sabar. Darhan diam masih termenung memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa mengatakannya tanpa terdengar lucu. Karena bagaimanapun, ia tidak pernah berada di posisi yang seperti ini.

"Ngomong atau gue tinggal?" ancam laki-laki itu karena teman sebangku nya tak kunjung bicara.

"How to say i love you without saying i love you?"

"DARHANJING, GUE LURUS BANGSAT!!" teriak Raksi membuat Darhan reflek sadar dari lamunannya. Dia juga membelalak karena tidak menyangka akan mendapat teriakan maut dari si Raden Mas.

"Gue nggak mau confess ke lo, MONYET!" balas Darhan ikut ngegas di akhir katanya.

"OOOOOHHHHH!!! Lo mau confess ke Areta yaa???" seru Raksi lagi tapi kini tidak se-berisik tadi.

"Nggak jadi lah!" Darhan bangkit hendak meninggalkan Raksi. Dia jadi malas karena anak itu malah menggodanya.

"Ehh, tunggu dulu! Coba cerita, mau konsultasi apa?" Raksi menarik lengan Darhan hingga pemuda itu duduk kembali di kursinya.

Mendengar suara berisik Raksi, dua orang yang tadi duduk di koridor sembari menggoda siswi lewat, masuk dengan terburu-buru.

"Kenapa sih? Berisik banget?" ujar Barra begitu sampai di meja Darhan juga Raksi.

"Tau, heboh banget kayak menang togel," celetuk Atar ikut duduk di meja Darhan.

"Guys, how to say i love you without saying i love you?" Bukan Darhan, justru Raksi lah yang mengutarakan pertanyaan itu.

"Mau confess ke siapa?" bingung Barra karena ia tidak pernah tau kalau Raksi dekat dengan perempuan.

Tidak menjawab dengan omongan, Raksi menunjuk Darhan dengan lidahnya yang nongol di pipi. Paham dengan kode itu, Barra melirik Darhan yang ternyata sudah terbang lagi pada lamunannya.

Barra dan Atar paham. Mereka mengangguk mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini. Pasti Darhan ingin mengutarakan perasaannya, tapi tidak mau secara gamblang mengatakan itu. Karena menurut pengamatan mereka bertiga, Darhan itu punya gengsi yang cukup tinggi meski dia laki-laki.

"Dar," panggil Atar sembari menepuk bahu temannya. Mau tak mau, Darhan sadar dari lamunan.

"Lo nggak usah khawatir. Di sini ada pakar cinta pemikat hati wanita, Barra Denusa. Semua pasti beres. Yoi, nggak?" sambung Atar kini membangga-banggakan teman sebangkunya.

Barra mengangguk setuju sembari menjawab. "Benar sekali. Jadi apa masalahmu, anak muda?"

❃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DaretalokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang