Pertanda

67 10 15
                                    

"Udah semua, kan?" tanya Darhan setelah memasukkan koper serta barang yang lainnya ke bagasi mobil.

"Udah," jawab pria paruh baya itu menutup bagasi mobil.

"Papa pulang, ya? Aru nggak usah pulang dulu nggak apa-apa, fokus aja buat ujian," pesan papa sebelum masuk mobil.

"Iyaa, tapi dikasih uang jajan tambahan nggak nih?" balas anak itu mencari kesempatan.

Papa menghela napas dan geleng kepala. "Ya udah, nanti Papa transfer."

"Aye-aye, captain!" serunya sembari melakukan hormat.

Setelah papa masuk ke mobil, giliran Ara yang mendekat. Sepasang kakak-adik itu saling pandang sebelum akhirnya menyatu dalam sebuah pelukan. Padahal mereka baru bertemu, tapi sudah berpisah lagi. Selama 18 tahun mereka hidup, belum pernah berpisah sampai selama ini. Jadi selama tiga tahun, Darhan merasa kesepian. Terlebih lagi Ara yang hanya punya Darhan sebagai temannya.

"Kalau udah lulus nanti jangan ke Jakarta lagi, ya? Di Bandung aja sama Ara. Ternyata nggak enak kalau Aru nggak ada," katanya di sela-sela pelukan itu.

Darhan melepas dekapannya, ia tatap rupa Ara yang serupa dengan mama. Laki-laki itu tersenyum sembari mengusap surai adiknya. Ia tidak tahu harus mengiyakan atau menolak. Karena sebagian dari diri Darhan pelan-pelan sudah menyatu dengan kota ini. Perasaan ingin tetap dan menetap begitu kuat sampai ia enggan pulang.

"Jaga kesehatan, jangan sakit, jangan begadang, jangan makan mi instan, jangan sering bolos, jangan-"

"Iya iya, ah! Bawel!" katanya memotong pesan Ara yang selalu di ulangnya saat mereka akan berpisah. Bahkan Darhan sudah hafal setiap kata dan kalimat yang akan keluar dari bibir adiknya.

"Sama satu lagi, Ru. Kalau suka dikejar. Jangan sampai nyesal karena telat sadar sama perasaan sendiri," sambung Ara tersenyum penuh arti.

"Udah di bilang, Aru nggak suka Areta," sanggah pemuda itu mengalihkan pandangan.

"Ara nggak ngomongin Areta," timpal gadis itu membuat kakaknya malu hingga telinganya memerah.

Dirhanara tertawa puas. Tidak menyangka reaksi kakaknya akan selucu ini saat jatuh cinta. Darhanaru yang sejak kecil hanya tau menjaga Ara, kini mulai punya perempuan lain yang disayangnya.

Dipeluknya lagi raga si kakak sebelum ia masuk ke mobil. "Ara pulang ya, Ru. Nanti kita ketemu lagi."

Entah kenapa, namun salam perpisahan Ara kali ini terasa menyedihkan bagi Darhan. Bahkan membuat Darhan mendadak jadi tak rela kalau adiknya pulang. Dia mau Ara di sini bersamanya seperti rencana awal.

Mobil itu perlahan pergi meninggalkan hotel. Darhan melambai sebagai salam perpisahan pada papa dan adiknya. Pada akhirnya dia sendirian lagi di ibukota. Ara yang beberapa hari ini jadi temannya sudah pulang ke kota kelahiran. Sedangkan dia masih harus tertahan di sini setidaknya tiga bulan lagi. Tapi kalau pun pulang, pasti dia akan sangat merindukan kota ini. Kota yang mendidiknya keras namun banyak memberinya pengalaman.

Bunyi dentingan ponsel mengalihkan sedih Darhan. Pemuda Sangaji itu membuka ponselnya dan membaca notifikasi. Pesan dari Areta. Isinya singkat namun membuat Darhan tersenyum seperti orang gila.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DaretalokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang