-13-

701 109 7
                                    

Hembusan angin yang tenang menerpa sosok Rose dan Jane yang kini sudah berada disebuah makam.

Perlahan lahan keduanya membungkuk sopan lalu Rose meletakkan bunga yang dibelinya diatas makam "Mommy, Ochie datang. Maaf karena akhir akhir ini Ochie jarang kesini. Asal Mommy tahu, Daddy sudah mengusir Ochie. Daddy tidak percaya sama Ochie. Tapi Mommy tenang saja. Ochie ketemu sama orang baik kok. Ini Jane Oppa, dia-" Rose tidak melanjutkan kata katanya. Dia menatap Jane dengan ragu.

"Salam kenal Tante. Aku Jane, pacar Rose" timpal Jane membuat Rose tersentak.

"Oppa-"

Jane beralih menggenggam tangan Rose dengan lembut "Tante tenang saja. Aku janji akan menjaga Rose dengan baik" lanjutnya.

"Kamu bikin aku semakin jatuh cinta sama kamu Oppa" batin Rose menatap Jane dengan sendu.

"Kenapa?" Tanya Jane menyadari tatapan Rose.

Namun yeoja itu hanya menggeleng lalu kembali menatap makam sang Mommy "Seperti yang pernah aku katakan, aku akan berusaha bertahan. Tapi kalau sudah saatnya aku menyusul Mommy, Mommy datang menjemput aku ya. Aku tidak ingin merepotkan siapa siapa lagi di dunia ini" lirihnya.

Setelah berpamitan, keduanya berganjak pergi dari sana dengan suasana hening yang menyelimuti keduanya.

"Kita ke mall sekarang?" Tanya Jane memecahkan keheningan.

"Terserah Oppa saja" sahut Rose dengan pelan.

Jane mengangguk singkat lalu dia lantas menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana.

"Apa maksud kamu tadi?" Tanya Jane membuat Rose tersentak.

"Maksud Oppa?"

"Kamu ingin Mommy kamu menjemput kamu. Kalimat itu bikin aku merasa ambigu. Kamu mau bunuh diri?" Tanya Jane hati hati.

Sudah pasti pertanyaannya itu membuat Rose terkekeh kecil "Awalnya aku memang kepikiran untuk bunuh diri tapi aku sadar tindakan itu tidak seharusnya aku lakukan. Aku sudah berjanji sama Mommy aku untuk bertahan jadi aku harus bertahan"

"Bertahan?" Beo Jane.

Rose tersenyum tipis "Aku penyakitan"

Ckitttt

Mobil direm secara tiba tiba dan untung saja tidak ada mobil lain dibelakang mereka.

"Maaf, kamu baik baik saja!?" Panik Jane memeriksa kondisi Rose.

Rose memegang dadanya yang sedikit nyeri itu. Dia berusaha menenangkan dirinya dengan menghembuskan nafasnya secara pelan pelan.

"A-Aku baik baik saja" ujarnya pada akhirnya.

Jane mengusap wajahnya dengan kasar "Maaf, aku hanya kaget"

Rose tersenyum tipis "Aku dilahirkan dengan kondisi jantung yang lemah makanya aku sering jatuh sakit. Waktu kecil, aku sudah pernah menjalani operasi sehingga aku bisa bertahan sampai sekarang tapi tetap saja aku membutuhkan pendonor jantung" jelasnya tanpa ragu.

"Jadi ini alasan kamu menerima tawaran aku?" Tanya Jane.

"Iya. Aku harus sering kerumah sakit dan itu butuh biaya yang banyak. Uang dari hasil kerja aku juga tidak banyak makanya aku langsung menerima tawaran Oppa"

"Kenapa tidak bilang dari awal sama aku?"

"Kenapa? Oppa tidak akan memberikan tawaran itu kepada aku karena aku penyakitan?"

"Aniyo. Aku hanya berfikir kalau aku bisa saja membantu kamu tanpa membebankan kamu dengan menjadi pacar bohongan aku"

Rose menatap Jane dengan tulus "Aku tidak pernah merasa terbeban dengan semua ini. Aku bahkan bersyukur karena bertemu Oppa yang bisa menjadi sandaran aku"

Jane sontak tersenyum "Kita saling membutuhkan dan aku akan terus menjadi sandaran kamu sehingga kamu menemukan sosok yang tulus mencintai kamu"

"S-Sosok yang tulus mencintai aku?"

"Iya. Kalau kamu menemukan sosok pacar yang baik, bilang saja sama aku. Aku akan membiarkan kamu pergi bersama kebahagiaan kamu"

"Bagaimana kalau kebahagiaan aku itu adalah Oppa?" Gumam Rose dengan pelan.

"Kamu ngomong apa?"

"Aniyo. Lupakan saja. Mendingan sekarang kita ke mall" Rose langsung mengalihkan perbicaraan.

Tanpa curiga, Jane mengangguk dan mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju ke mall.







*

Disisi lain, terlihatlah sosok Haeyon bersama Leonara yang sudah berada disebuah cafe untuk bertemu sosok Reon.

"Kemana si tuh cowok!" Gerutu Leonara yang sedari tadi terus menghubungi pacarnya.

"Apa dia kabur?" Sambar Haeyon.

"Mama ihh! Pacar aku itu tidak seperti itu ya" dumel Leonara yang membela sang pacar.

Bersamaan dengan itu, munculah satu sosok yang langsung duduk dibangku didepan mereka tanpa basa basi.

"Ada apa?"

"Heh, yang sopan ya!" Tegur Haeyon.

Reon menghela nafasnya dengan kasar "Tante mau apa?"

"Tanggungjawab"

"Tanggungjawab?"

"Iya. Leonara hamil dan saya mau kamu menikahi dia dengan segera!" Tegas Haeyon membuat sang cowok melotot.

"Tidak! Aku tidak mau menikahi Leonara ya. Lagian kalian itu kaya, gugurin saja kandungan itu" santai Reon.

"Dikira itu gampang hah!? Aku bisa mati Reon!" Sambar Leonara.

"Pokoknya kamu harus tetap bertanggungjawab dengan menikahi Leonara!" Ujar Haeyon dengan serius.

"Aku tidak punya pekerjaan. Selama ini juga aku menggunakan uang dari Leonara" santai Reon.

Haeyon tersenyum menantang "Kamu akan mendapatkan 1 mansion dan uang 5M kalau kamu menikahi Leonara dan bertanggungjawab keatas kehamilannya itu"

Reon kelihatan tertarik "Tante serius?"

Secara tiba tiba Haeyon meletakkan beberapa lembar uang diatas meja "Itu 3M sebagai jaminannya. Bawa keluarga kamu kerumah saya untuk melamar Leonara dengan baik dan pastikan tidak ada siapa siapa yang tahu soal kehamilan Leonara. Suami saya juga tidak bisa tahu soal itu!"

Dengan segera Reon mengambil uang 3M itu "Baiklah. Nanti malam aku akan membawa orang tua aku kemansion kalian" ujarnya tanpa ragu.

"Terima kasih Sayang!" Leonara kelihatan senang karena sang pacar akhirnya akan segera menikahinya.

"Ck, dasar cewek murahan" batin Reon menampilkan senyuman palsunya.

"Kalau tidak ada apa apa lagi, aku permisi" dia bangkit dan bergegas pergi dari sana.

"Akhirnya pacar aku akan menikahi aku" antuasis Leonara.

"Ingat, dia ingin menikah sama kamu juga gara gara uang dari Mama" sambar Haeyon.

"Aku tidak peduli. Aku yakin dia mencintai aku" balas Leonara tanpa ragu.














  Tekan
   👇

Second Choice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang