Kondisi Jane sudah kelihatan kacau. Sekarang mobilnya sudah berhenti dipinggir jalan.
"Arghhhh!" Teriaknya memukul stir dengan kencang.
"Kenapa sulit untuk aku melupakan kamu Lisa-ya" lirihnya dengan pilu.
Jane mengusap wajahnya dengan kasar dan sedetik kemudian dia menyadari jam yang ada dipergelangan tangannya. Jam itu! Jam itu adalah jam pemberian dari Rose.
"Rosie" gumamnya.
"Apa yang sudah lo lakukan Jane! Sialan sialan!" Umpat Jane memijit pelipisnya dengan pusing.
Tanpa berlama lama lagi, dia kembali menghidupkan mobilnya dan bergegas kembali ke tempat dirinya meninggalkan Rose.
Namun setibanya disana, dia dikagetkan dengan sosok Rose yang kelihatan memasuki sebuah mobil.
Mobil itu kelihatan tidak asing. Jane cukup mengenali mobil itu.
"Jisoo Hyung? Kenapa mereka bisa bersama!?" Gumamnya yang sudah mencengkram stir mobil dengan emosi.
Sementara itu didalam mobil Jisoo, terlihatlah suasana yang cukup canggung bagi keduanya.
Tadi Jisoo yang kebetulan berada disana langsung saja mengajak Rose untuk pulang bersama dengannya dan Rose yang memang sudah tidak mempunyai pilihan akhirnya mengikuti Jisoo.
"Bukannya kamu sama Jane pergi ke pesta pertunangan Lisa?" Tanya Jisoo memecahkan keheningan.
"Iya" sahut Rose singkat.
"Terus kenapa kamu sendirian dijalan? Ini sudah malam, bahaya"
Rose tersenyum miris "Jane Oppa meninggalkan aku disana" jujurnya.
"Mwoya!? Kenapa bisa!?"
"Oppa jangan marahin Jane Oppa ya. Dia hanya butuh waktu sendiri. Aku tidak masalah kok. Aku sadar kalau aku masih belum ada hak keatas Jane Oppa"
Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Tapi Jane sudah keterlaluan. Untuk apa dia menjadikan kamu sebagai pacarnya kalau dia belum bisa move on dari Lisa?"
"Aku yang menawarkan diri aku untuk membantu Jane Oppa move on dari Lisa"
Jisoo memutuskan untuk memakirkan mobilnya dipinggir jalan "Sekarang jujur sama aku, atas alasan apa kamu ingin membantu Jane?"
Rose kelihatan ragu untuk mengatakannya. Dia takut dianggap matre oleh calon abang iparnya itu.
"Jujur saja. Aku tidak akan marah" ujar Jisoo tersenyum.
Akhirnya Rose mula merasa tenang "Awalnya Jane Oppa yang meminta aku untuk menjadi pacar bohongannya. Aku dibayar oleh Jane Oppa. Tapi setelah menghabiskan waktu bersama, aku mula menyadari kalau aku mencintai Jane Oppa. Dan beberapa hari yang lalu Jane Oppa meminta aku untuk menjadi pacar sungguhannya jadi aku langsung saja setuju karena aku fikir aku bisa menggantikan posisi Lisa" jelasnya.
Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar "Jane, apa yang sudah kamu lakukan hah?" Gumamnya kesal dengan tingkah sang adek.
"Rose, kamu itu cantik loh. Aku yakin diluar sana banyak yang ngantri untuk menjadi pacar kamu. Kenapa juga kamu masih bertahan sama Jane yang sudah jelas menyakiti hati kamu hurm?" Tanya Jisoo dengan iba.
Rose tersenyum tipis "Cinta itu buta bukan? Sama seperti aku, aku buta gara gara cinta. Selama ini aku tidak pernah jatuh cinta dan Jane Oppa adalah orang pertama yang membuat aku jatuh cinta. Apa salah kalau aku ingin mempertahankan cinta aku?"
"Tidak salah" sahut Jisoo dengan cepat "Hanya saja kamu juga harus memikirkan diri kamu sendiri. Kalau capek, mundur saja. Jangan menyakiti diri kamu hanya gara gara Jane yang bodoh itu" lanjutnya.
"Aku masih bisa bertahan. Kalau aku capek, aku akan istirahat saja. Oppa tidak perlu khawatir" balas Rose.
Jisoo tersenyum tipis "Kalau itu keputusan kamu, aku tidak bisa menghalang kamu lagi. Tapi kalau Jane menyakiti kamu lagi, kamu ngomong saja sama aku"
"Baiklah Oppa"
"Rose, cinta kamu untuk Jane itu terlalu tulus. Hanya saja Jane yang bodoh karena mensia siakan kamu"
Jisoo kembali menjalankan mobilnya untuk berlalu pergi dari sana.
Tanpa dia sadar, ada mobil Jane yang terus mengikutinya dari belakang.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya tiba di apartment yang ditinggali oleh Rose.
"Terima kasih Oppa. Maaf karena merepotkan" ujar Rose merasa tidak enak.
"Tidak perlu berterima kasih sama aku. Aku calon Abang Ipar kamu bukan?" Goda Jisoo dibalas kekehan kecil dari Rose.
"Ngomong ngomong, Junghwan sering bilang kalau dia mau ketemu kamu loh. Mommy sama Daddy juga sudah kangen sama kamu. Apa kamu tidak ada niatan untuk kemansion?" Tanya Jisoo.
"Aku juga sudah kangen sama mereka. Kapan kapan deh aku kesana" sahut Rose.
"Baiklah" sahut Jisoo.
"Aku duluan ya. Hati hati Jisoo Oppa" Rose berlalu keluar dari mobil Jisoo dan akhirnya mobil itu pergi dari sana.
Baru saja ingin berganjak pergi, sebuah mobil malah berhenti didepan Rose sehingga Rose menghentikan langkahnya.
"Rosie"
"Jane Oppa!?" Kaget Rose ketika melihat Jane berlari keluar dari mobil.
"Kamu baik baik saja?" Khawatir Jane memegang kedua tangan Rose.
"Aku baik baik saja" sahut Rose "Seharusnya aku yang bertanya sama Oppa. Apa Oppa baik baik saja?"
Jane mengangguk "Maaf. Tidak seharusnya aku meninggalkan kamu sendirian apalagi sekarang sudah malam. Aku bodoh! Aku terlalu memikirkan perasaan aku sendiri sehingga aku menyakiti hati kamu. Maafin aku Rosie" lirihnya merasa bersalah.
Rose yang memang mencintai Jane sudah pasti tidak akan marah. Dia bahkan sudah tersenyum "Tidak apa apa, aku mengerti"
Jane beralih membawa Rose kedalam dakapannya "Aku masih merasa bersalah" bisiknya.
Sementara Rose hanya bisa diam dan menikmati pelukan hangat dari Jane. Ah, benar benar nyaman.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice ✅
FanfictionApa yang harus Jane lakukan? Memperjuangkan Lisa atau mempertahankan Rose? Chaennie/Jensé📌 Jenlisa📌 Jentop📌 Fanfiction 📌