Dengan nafas yang memburu, Jane berlari disepanjang rumah sakit untuk menghampiri ruangan IGD.
Tadi, dia yang baru saja masuk kealam mimpi malah dikagetkan dengan panggilan dari seseorang yang mengabarkan soal kondisi Rose makanya dia buru buru kesana.
"Hosh hosh hoshh" nafas Jane memburu.
Sosok yang menunggu didepan ruangan IGD bergegas menghampiri Jane "Kamu Jane-ssi?"
"Iya. Dan apa kamu Wendy-ssi? Sosok yang menelfon aku?" Tanya Jane.
"Iya, aku Wendy yang menghubungi kamu"
"Bagaimana kondisi Rose?" Tanya Jane.
"Aku tidak tahu. Dokter masih belum keluar" sahut Wendy "Ngomong ngomong, maaf karena sudah mengganggu kamu. Rose pernah bilang sama aku kalau kamu adalah pacarnya makanya aku fikir kamu perlu tahu soal kondisi Rose"
"Tidak apa apa. Aku memang perlu tahu kondisi pacar aku" sahut Jane tanpa sadar.
Wendy tersenyum "Syukurlah karena Rose menemukan orang yang tulus mencintai dia" ujarnya sontak membuat Jane menelan ludahnya dengan kasar.
Sekarang Jane berkesimpulan kalau sosok didepannya itu tidak tahu kalau ternyata dia hanya membayar Rose untuk dijadikan pacar.
Ceklekk
Mereka sontak menatap kearah pintu ruangan IGD yang dibuka oleh sosok seorang Dokter.
"Jae, bagaimana kondisi Rose?" Tanya Wendy tanpa basa basi.
Jaehyun melirik Jane sekilas "Kondisi jantung Rose semakin memburuk. Sepertinya dia menangis?"
Wendy menghela nafasnya dengan kasar "Iya, tadi dia menangis terus dadanya sakit dan dia pingsan" jelasnya.
"Rose menangis!?" Sambar Jane dengan kaget.
"Kalian putus? Kenapa Rose sedih banget?" Tanya Wendy pada akhirnya.
Jane menelan ludahnya dengan kasar sebelum mengangguk "A-Aniyo"
"Sepertinya kalian butuh waktu untuk bicara. Rose juga sudah sadar jadi kamu bisa membesuk dia setelah dia dipindahkan keruang inap" ujar Jaehyun.
"Terima kasih Dok" ujar Jane dibalas anggukan kecil dari Jaehyun.
Kini Rose sudah dipindahkan keruang inap dan Jane adalah sosok pertama yang menjenguknya sementara Wendy memilih untuk membiarkan mereka berdua agar masalah mereka bisa segera diselesaikan.
"Rosie" panggil Jane memegang tangan Rose yang terdapat infus itu. Dielusnya punggung tangan itu dengan lembut; berharap agar elusannya bisa mengurangkan sedikit rasa nyeri yang dialami oleh sang pacar.
"Kenapa Oppa bisa ada disini?" Tanya Rose menatap Jane dengan tatapan lemesnya.
"Pacar aku masuk rumah sakit, sudah seharusnya aku kesini" sahut Jane.
"Oppa lupa kalau kita hanya pura pura pacaran?"
Jane tersenyum tipis "Kalau begitu, ayo jadi pacar sebenar aku"
"Oppa jangan bercanda!" Kaget Rose.
"I'm serious. Aku tidak bercanda" sahut Jane. Dia menunjukkan tangannya yang terdapat jam yang dibeli oleh Rose "Aku sudah menggantikan posisi jam Lisa dengan punya kamu"
"T-tapi-"
"Will you be my girlfriend?" Potong Jane menatap Rose penuh harap.
Rose kelihatan ragu. Dia memang mencintai Jane namun ketika Jane tiba tiba saja melamarnya, dia merasa aneh. Tidak mungkin secepat itu Jane mencintai dirinya bukan?
"Apa Oppa melamar aku gara gara Oppa merasa kasian?" Tanya Rose.
Jane menggeleng "Kalau aku melamar kamu gara gara rasa kalian, mungkin sudah dari dulu bukan? Sekarang aku serius ingin menjadikan kamu sebagai pacar aku. Aku mau kamu membantu aku untuk membuang nama Lisa dihati aku. Please bantu aku ya" mohonnya diakhir.
Rose menggigit bibir bawahnya dengan ragu sebelum dia perlahan lahan mengangguk "Baiklah!" Sahutnya pada akhirnya. Dia sudah tidak punya siapa siapa lagi makanya untuk kali ini dia memutuskan untuk memberi peluang kepada Jane. Semoga saja Jane benaran serius dan tidak mempermainkan hatinya.
"Terima kasih" Jane beralih mengecup dahi Rose "Sekarang kamu istirahat agar kamu segera sembuh. Jangan fikirkan apa apa lagi" lanjutnya.
"Terus bagaimana sama Oppa?"
"Aku akan tidur disofa setelah kamu tidur. Tenang saja, aku tidak akan meninggalkan kamu" sahut Jane.
"Terima kasih Oppa" Rose menampilkan senyuman tulusnya.
Begitu juga dengan Jane yang tersenyum sehingga menampilkan gummy smilenya. Tangannya bahkan sudah mengelus kepala Rose sehingga rasa mengantuk mula menghampiri pacarnya itu.
Tidak butuh waktu yang lama, Rose akhirnya masuk ke alam mimpi meninggalkan Jane yang mula melamun.
"Apa gue melakukan keputusan yang tepat?" Gumam Jane mengusap wajahnya dengan kasar.
Dia bahkan tidak sadar dengan apa yang sudah dia lakukan. Dia hanya secara reflek melamar Rose gara gara rasa kesal ketika memikirkan sosok Jisoo yang seakan mempunyai rasa kepada ceweknya itu.
Apa mungkin dia cemburu? Ah, tidak mungkin bukan? Lagian dia hanya mencintai Lisa.
Tapi kenapa juga dia harus merasa kesal ketika Jisoo seakan ingin mengambil Rose darinya?
Arghhh!
Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya merasa pusing. Mendingan sekarang dia istirahat dan membiarkan takdir yang menentukan alur hidupnya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice ✅
FanfictionApa yang harus Jane lakukan? Memperjuangkan Lisa atau mempertahankan Rose? Chaennie/Jensé📌 Jenlisa📌 Jentop📌 Fanfiction 📌