-7-

673 112 4
                                    

Rose mengerjabkan matanya berkali kali bagi menyesuaikan cahaya yang memasuki penglihatannya.

"Syukurlah kamu sudah sadar"

Rose menatap sosok yang berbicara kepadanya itu "Wendy Eonnie" gumamnya.

"Bagaimana kondisi kamu? Eonnie akan memanggil Jaehyun"

"Tidak perlu Eon. Aku baik baik saja" tolak Rose.

Wendy tersenyum tipis "Ngomong ngomong, Eonnie belum menelfon Daddy kamu"

"Tidak perlu Eon. Dia juga tidak akan peduli"

Ceklekk

Mereka menatap kearah Jaehyun yang memasuki ruang inap Rose.

"Apa yang kamu rasakan?" Tanya Jaehyun.

"Dada aku sedikit nyeri" jujur Rose.

Jaehyun menghela nafasnya dengan kasar "Bisa aku tahu apa alasan kamu sendirian di halte bus tadi malam?"

Rose menunduk dan secara tiba tiba tangannya digenggam oleh Wendy "Jangan diceritakan kalau kamu belum siap"

Rose menggeleng "Aku diusir sama Daddy"

"Mwoya!? Apa yang terjadi?" Kaget Jaehyun begitu juga dengan Wendy.

"Semuanya ulah Tante Haeyon sama Leonara. Mereka bilang mereka menemukan testpack dikamar aku. Dan Daddy percaya sama mereka makanya aku diusir"

"Apa mungkin testpack itu punya Leonara?" Tebak Wendy.

"Mungkin" sahut Rose.

"Nanti juga pasti ketahuan kalau itu punya dia" ujar Wendy

Jaehyun mengusap wajahnya dengan kasar "Kamu tidak boleh capek atau stress. Untung saja sekarang kondisi kamu baik baik saja"

"Jadi kapan aku bisa keluar dari sini?" Tanya Rose.

"Nanti sore sudah bisa kok" sahut Jaehyun.

"Sekarang kamu tidak punya tempat tinggal bukan? Ayo tinggal sama Eonnie saja" ajak Wendy.

"Apa tidak merepotkan?" Ragu Rose.

Wendy tersenyum "Tidak kok. Eonnie malah senang kamu menemani Eonnie. Eonnie sepi sendirian di apartment. Si Jaehyun ini juga sibuk mulu" ujarnya sedikit menyindir sang tunangan.

"Maaf ya Sayang" ujar Jaehyun mengusap pundak sang tunangan.

Wendy menghela nafasnya dengan kasar "It's okay. Aku mengerti" sahutnya beralih menatap Rose "Jadi, bagaimana?"

Rose tersenyum "Baiklah, aku akan ikut sama Eonnie"

"Bagus deh. Wendy bisa memantau kamu" ujar Jaehyun.

"Ngomong ngomong, dimana koper aku?" Tanya Rose.

"Ada dimobil aku. Tadi malam juga aku menemukan kamu pingsan dipelukan seorang cowok. Kamu kenal cowok itu?"

Rose terdiam. Dia masih berusaha mengingati apa yang terjadi "Jane" gumamnya.

"Jane?" Ulang Wendy.

"Namanya Jane. Aku pernah ketemu sama dia di toko bunga"

"Kamu ngapain ke toko bunga? Beliin bunga untuk pacar? Eh tapi kamu tidak punya pacar si" ujar Jaehyun sedikit meledek.

Rose mendengus "Aku tuh kerja disana ya"

"Mwo? Sejak kapan?" Tanya Wendy.

"Sudah hampir beberapa minggu si. Semuanya gara gara semua kartu aku diambil sama Tante Haeyon"

"Kejam banget si tuh orang!" Gerutu Wendy dengan kesal.

"Suatu hari nanti kebenaran pasti kebongkar dan Daddy kamu akan mengetahui semuanya. Kuncinya kamu hanya perlu sabar" nasihat Jaehyun yang diangguki oleh Rose.

*

Dimansion, terlihatlah sosok Jane yang berada diruang tamu bersama ponakan kesayangannya itu.

Sejak diputuskan oleh Lisa, dia sudah tidak berangkat ke perusahan. Dia hanya bisa melamun dimansion dengan memikirkan cara untuk kembali membujuk Lisa.

"Uncle" panggil Junghwan menyadarkan Jane dari lamunannya.

"Iya boy?" Sahut Jane.

"Apa Daddy belum pulang?"

Jane menatap jam "Jam 6 nanti Daddy pulang kok. Uwan yang sabar ya"

Junghwan mengangguk faham lalu kembali fokus menatap kartun yang ada di tv.

"Jane" Tiffany menghampiri sang anak dengan membawa sesuatu ditangannya.

"Iya Mom?"

"Apa kamu sudah menemukan sosok pengganti Lisa?"

Jane menghela nafasnya dengan kasar. Kenapa si Mommy nya terus saja memaksanya untuk mencari pengganti Lisa? Huft, menyebalkan!

"Mommy fikir mencari pengganti itu gampang huh? Kalau Mommy ingin mencarikan pengganti, mendingan Mommy carikan pengganti untuk Jisoo Hyung saja tuh"

"Heh, Hyung kamu itu sudah pernah menikah ya. Berbeda sama kamu"

"Terus sekarang Mommy mau apa hurm?" Malas Jane.

"Tadi ada seseorang yang mengirim kartu ini untuk kamu"

Dahi Jane mengernyit "Kartu apa?" Dia lantas mengambil kartu itu lalu membacanya.

Deg

"I-Ini pasti bohong bukan?"

"Jane, lupakan Lisa ya" bujuk Tiffany.

Jane menggeleng "Aniyo. Ini tidak mungkin" bantahnya menatap kartu undangan pertunangan milik Lisa itu dengan nanar.

Tiffany menggenggam tangan sang anak "Dia saja bisa melupakan kamu jadi untuk apa kamu terus mengingati dia? Dia sudah membuang kamu Jane! Kamu harus bangkit dan membuktikan kepada dia kalau hidup kamu jauh lebih baik tanpa dia. Masa kamu tidak malu sama calon tunangan dia nanti si. Kamu itu ganteng loh. Mommy yakin banyak yang ngantri untuk menjadi pacar kamu" bujuknya.

"Aku harus memastikan semua ini" Jane bergegas bangkit lalu menyambar helm dan juga kunci superbikenya.

Tanpa aba aba, cowok itu melajukan superbike meninggalkan perkarangan mansion.

"Keras kepala banget si!" Dumel Tiffany dengan kesal.

*

Ding dong ding dong~

Lisa mendumel kesal ketika bel apartment miliknya terus saja berbunyi tanpa henti.

Tanpa membukanya saja Lisa sudah tahu si siapa yang menekan bel itu.

Makanya raut wajahnya berubah menjadi malas setelah membuka pintu apartment "Mau apa?"

Jane menatap Lisa dengan mata berkaca kaca "Sayang, ini bohong bukan?"

Lisa menatap kartu undangan yang ditunjukkan oleh Jane "Itu benar kok. Pastikan kamu datang ya. Ah, apa kamu belum melupakan aku? Ck, kasian sekali" ledeknya diakhir.

"K-Kenapa?" Lirih Jane.

"Karena aku mencintai dia begitu juga dengan dia yang mencintai aku. Jadi aku tidak mau kamu mengganggu aku lagi. Hidup aku sudah bahagia tanpa kamu!" Teriak Lisa diakhir.

Nafas Jane memburu. Tangannya bahkan sudah terkepal "Kamu tega Lisa-ya" gumamnya.

"Bodo amat" balas Lisa.

Jane menatap Lisa dengan matanya yang sudah merah "Baiklah kalau itu yang kamu inginkan! Aku tidak akan mengganggu kamu lagi. Akan aku pastikan aku menemukan cewek yang lebih bagus berbanding kamu!"

"Ya ya ya terserah kamu saja" malas Lisa.

Jane menghembuskan nafasnya dengan kasar sebelum berlalu pergi dari sana.









Tekan
👇

Second Choice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang