-23-

715 117 10
                                    

Kini Jane bersama Rose sudah berada disebuah restaurant untuk menikmati makan siang mereka. Ini juga sebagai permintaan maaf Jane karena sudah meninggalkan Rose sendirian beberapa hari yang lalu.

Setelah mendapat omelan serta nasihat dari sang Abang, Jane mula menyadari kalau dia sudah sering menyakiti sosok sebaik Rose namun Rose tetap saja bertahan dengannya. Jadi, tidak adil bukan jika dia terus memikirkan sosok Lisa sementara ada sosok Rose yang tulus mencintainya itu?

"Menggemaskan" puji Jane mencubit pipi Rose yang menggembung gara gara makanan.

Sontak Rosie tersenyum malu malu.

"Eh, ada kalian"

Mereka mendongak menatap Lisa yang tiba tiba muncul.

Rose mendengus. Baru saja beberapa menit yang lalu Lisa datang bertemu dengannya dan sekarang kenapa Lisa kembali muncul untuk mengganggunya? Menyebalkan!

"Eh Li, kamu ngapain disini?" Tanya Jane.

"Aku mau makan siang. Bisa aku gabung sama kalian?" Tanya Lisa.

"Duduk saja" sahut Jane.

Lisa tersenyum lantas dia berganjak duduk dibangku kosong didepan Jane. Tanpa mempedulikan Rose, dia langsung saja memesan makanan untuk dirinya.

"Sudah lama rasanya aku tidak kesini" ujar Lisa memecahkan keheningan.

"Kenapa?" Tanya Jane.

"Dulu aku sering makan bekal yang kamu siapkan. Kamu menyiapkan nasi goreng kimchi untuk aku" sahut Lisa.

"Kamu belum pernah merasa masakan Jane? Enak banget loh" lanjut Lisa kepada Rose.

Rose hanya berdiam diri. Dia bahkan tidak tahu kalau Jane bisa memasak.

"Ngomong ngomong, Jane pernah bilang sama aku kalau kamu itu penyakitan. Apa itu benar?" Lisa kembali bersuara.

Rose melirik Jane sekilas sebelum kembali menatap Lisa "Iya" singkatnya. Kenapa juga Jane harus ngomong sama Lisa soal itu? Bukannya itu seharusnya menjadi rahsia diantara mereka saja?

"Jangan marah ya. Aku hanya meminta bantuan Lisa untuk mencarikan pendonor jantung buat kamu kok" jelas Jane menggenggam tangan Rose.

"Mencari pendonor jantung itu sulit si" komentar Lisa "Apa kalian ingin menikah?"

"Iya, aku akan menikahi Rosie" sahut Jane.

Lisa menatap Rose "Apa kamu yakin bisa memberikan anak untuk Jane? Kamu itu penyakitan dan kondisi kamu menjadi resiko. Jantung kamu lemah dan kamu tidak bisa hamil"

"Lisa, jangan ngomong seperti itu" tegur Jane; tidak suka.

"Wae? Aku ngomong soal fakta ya" balas Lisa acuh.

Rose pula hanya bungkam. Kata kata Lisa membuat dia berfikir dengan serius. Ternyata kata kata itu ada benarnya. Menurut informasi yang pernah dia baca, jantungnya yang lemah membuat dia tidak bisa melanjutkan kehamilannya. Jika dia melahirkan, pasti suaminya harus memilih diantara dirinya atau sang bayi.

"Tidak apa apa" Rose akhirnya bersuara "Jika aku hamil, aku akan melahirkan anak aku itu. Jane Oppa bisa memilih anak itu berbanding aku" putusnya.

"Rosie, jangan dengarin omongan Lisa. Aku tidak akan membuat pilihan. Jika aku terpaksa membuat pilihan, aku akan tetap memilih kamu" sambar Jane dengan serius.

"Oppa seharusnya memilih anak kita. Lagian Oppa suka anak kecil bukan?" Balas Rose.

"Dan kamu fikir aku bisa mengurus anak kita tanpa seorang istri? Anak kita juga butuh kamu sebagai Mama kandungnya. Aku tidak yakin aku bisa membesarkan anak kita tanpa kamu"

"Oppa bisa menikah sama Lisa. Dia juga masih mencintai Oppa"

"Jangan ngomong aneh aneh Rosie. Memang benar dulu aku terlalu mencintai Lisa tapi sekarang aku sadar kalau cinta itu membuat aku menjadi bodoh! Aku bodoh karena mengejar cinta orang yang sudah membuang aku"

"Jane" potong Lisa.

"Lisa-ya, aku hanya ingin menjadi teman kamu. Aku sama kamu hanya masa lalu.  Dulu aku bodoh karena mensia siakan Rosie, dan sekarang aku tidak akan mengulangi kesalahan aku yang dulu. Kamu pilihan pertama dan Rosie adalah pilihan kedua. Sekarang aku memilih pilihan kedua iaitu Rosie"

Jane meletakkan beberapa lembar uang diatas meja makan lantas dia menggandeng Rose pergi dari sana meninggalkan Lisa yang sudah bungkam itu.

Baru saja mereka ingin memasuki mobil, Rosie melepaskan genggaman tangan Jane.

"Lisa benar, aku tidak bisa membahagiakan Oppa. Aku tidak bisa memberi anak untuk Oppa" lirih Rose.

"Rosie" Jane bergegas menggenggam kedua tangan Rose "Aku tidak peduli soal itu. Aku hanya ingin kamu menemani aku disepanjang hidup aku. Kalau kita menginginkan anak, kita bisa mengadopsinya dipanti asuhan. Tidak apa apa kok kalau kita tidak punya anak kandung. Asalkan kamu bisa terus bersama aku" Jane membawa Rose kedalam dakapannya.

"Hiks Oppa" isak Rose membalas pelukan Jane tidak kalah eratnya.

"Jangan menangis. Nanti dada kamu sakit. Tenang ya" bisik Jane mengusap punggung Rose agar pacarnya itu merasa tenang.

Melihat Rose menangis saja sudah membuat hati Jane merasa sakit jadi sekarang dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak membuat gadisnya itu menangis.






Masih belum percaya sama Jane?🌝

  Tekan
   👇

Second Choice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang