-15-

819 127 11
                                    

Sembari menunggu Jane yang ke toilet, Rose memutuskan untuk memasuki satu toko jam yang menarik perhatiannya. Dia memang sudah berencana untuk membelikan satu jam tangan kepada Jane sebagai kado dan berharap agar cowok itu terus memakai jam pemberian darinya.

"Terima kasih" ujar Rose setelah selesai membayarnya.

Dia langsung menghampiri Jane yang ternyata sudah keluar dari toilet.

"Kamu kemana saja?" Tanya Jane.

"Ini" Rose menyondorkan bingkisan kecil kepada Jane.

"Apa ini?" Bingung Jane mengambil bingkisan itu lalu membukanya "Jam?"

"Iya. Kado untuk Oppa. Aku menggunakan uang dari dari hasil aku kerja loh. Aku tidak menggunakan uang dari Oppa kok" jelas Rose.

"Kenapa repot repot hurm? Aku merasa tidak enak nih"

"Tidak merepotkan. Aku hanya ingin kado dari aku itu menjadi kenangan untuk Oppa setelah nanti perjanjian kita berakhir. Mungkin waktu itu juga kita tidak akan ketemu lagi" jelas Rose.

Jane tersenyum tipis "Thanks Rosie"

"Oppa suka sama jam nya?" Tanya Rose.

Jane menatap jam digenggamannya itu "Aku suka"

"Apa Oppa akan memakainya sekarang?" Tanya Rose antuasis.

Jane sontak melirik pergelangan tangannya yang sudah terdapat jam yang melingkar itu "Tapi aku sudah punya jam dan aku tidak bisa melepaskan jam ini"

Dahi Rose mengernyit "Kenapa? Apa jam itu pemberian dari Mommy?"

"Ini dari Lisa" gumam Jane pelan namun Rose masih bisa mendengarkannya.

Suasana diantara mereka seketika menjadi hening. Sudah pasti hati Rose sedikit terluka namun yeoja ini masih saja menampilkan senyumannya "Aku mengerti. Tidak apa apa kok. Jam pemberian dari dia memang berharga. Oppa tidak perlu melepaskannya"

"Maaf Rosie" lirih Jane.

"Aniyo. Jangan minta maaf. Oppa tidak salah" balas Rose dengan cepat.

"Bagaimana kalau kita pergi makan sekarang?" Usul Jane mengalihkan perbicaraan.

"Ayo" sahut Rose.

Jane sontak berjalan menuju ke restaurant bersama sosok Rose yang mengikutinya dari belakang.

"Ck, gue bego banget si. Seharusnya gue sadar kalau gue memang tidak pantas untuk bersama dia" batin Rose merasa kesal dengan dirinya sendiri.





*

Setelah menghantar Rose pulang dengan selamat, Jane berlalu pulang kemansion orang tuanya. Tidak lupa juga dia membawa pulang mainan titipan dari Rose kepada Junghwan.

"Uwan"

"Uncle!" Sahut Junghwan menghampiri Jane ketika sang Uncle memasuki mansion.

"Ini dari Tante Rose untuk kamu"

"Woahh mainan"

"Uwan suka?"

Bocah itu mengangguk "Suka! Uncle bilang terima kasih sama Tante Rose ya"

"Arreosso"

"Jane" Jane mendongak menatap Jisoo yang turun dari lantas atas.

"Hyung? Tumben Hyung sudah pulang?" Bingung Jane.

"Kita perlu bicara" datar Jisoo berganjak ketaman belakang membuat Jane bergegas menyusulnya.

"Jadi, ada apa?" Tanya Jane berganjak duduk dibangku disamping sang Abang.

"Hyung tahu rencana kamu"

Dahi Jane mengernyit "Maksud Hyung?"

"Kamu sama Rose hanya pura pura pacaran"

Deg

"B-Bagaimana Hyung bisa tahu?"

Jisoo menatap Jane dengan datar "Apa kamu fikir Hyung tidak bisa membayar mata mata?"

Srett

Jane menarik kerah baju Jisoo "Hyung jangan keterlaluan ya! Aku bukan anak kecil lagi! Hyung tidak ada hak untuk memata matai aku!" Marahnya.

"Roseanne itu sosok yang polos. Jangan mempermainkan hatinya" ujar Jisoo serius.

"Hyung jangan ikut campur!" Marah Jane lagi.

Jisoo bersmirk "Kalau kamu tidak mencintai Rose, biarkan dia menjadi istri Hyung!"

Brughhh

Jane yang terlanjur emosi langsung saja memberikan pukulan dipipi Jisoo sehingga Abangnya itu tersungkur jatuh.

"Apa yang kalian lakukan hah!?" Nickhun berlari menghampiri keduanya.

"Hyung duluan Dad!" Balas Jane.

"Lo duluan sialan!" Sambar Jisoo tidak kalah emosinya.

"Cukup Jane, Jisoo!" Tegas Nickhun membuat kedua anaknya terdiam dengan saling melemparkan tatapan tajam mereka.

"Kalian itu saudara, masa kalian sanggup saling memukul!?" Marah Nickhun lagi.

"Aku hanya memberi nasihat kepada dia agar dia tidak menyakiti hati cewek lagi" balas Jisoo.

"Memangnya hati siapa yang kamu sakitkan?" Nickhun bertanya kepada anak bungsunya.

"Tidak ada siapa siapa. Hyung saja yang sok tahu" balas Jane berdecih kecil.

Nickhun menghela nafasnya dengan kasar "Daddy tidak ingin menyebelahi siapa siapa tapi Daddy harap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian dengan segera tanpa kekerasan. Ingat, kalian itu saudara" nasihatnya dengan tegas sebelum berganjak pergi dari sana.

Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Tidak ada Abang yang ingin adeknya menderita di dunia ini. Sama seperti aku, aku juga ingin kamu bahagia. Aku tidak ingin kamu kehilangan orang yang kamu cintai seperti aku yang sudah kehilangan Irene gara gara kebodohan aku sendiri" lirihnya menepuk pundak Jane. Dia lantas berganjak pergi dari sana.

"Arghh!" Jane mengusap wajahnya dengan kasar "Kenapa semakin rumit si!" Gumamnya kesal.


*

Sementara itu disisi lain, terlihatlah Rose yang menangis sendirian didalam kamarnya. Dia sudah berusaha menghentikan tangisannya namun tetap saja dia tidak mampu. Rasa sesak dihatinya benar benar membuat dirinya ingin mengeluarkan segala tangisan dan isakannya.

Ternyata mencintai dalam diam itu menyakitkan ya;)

"Hiks Mommy, sekarang hanya Jane Oppa yang menjadi alasan aku bertahan. Kalau dia membuang aku, Mommy datang menjemput aku ya"

Tok tok tok

Ceklekk

Buru buru Wendy menghampiri Rose "Kamu menangis? Kenapa!?" Paniknya.

"Eonnie" Rose memeluk Wendy dengan erat.

"Kenapa hurm?" Bisik Wendy mengelus kepala Rose.

"Hiks kenapa jatuh cinta rasanya sesakit ini ya"

"Mungkin sekarang bukan waktunya untuk kamu mencintai siapa siapa. Akan ada saatnya kamu menemukan cinta sejati kamu dan Eonnie yakin kamu akan menjadi wanita paling bahagia jika kamu bersama orang yang tulus mencintai kamu" balas Wendy berusaha menenangkan Rose.

"Sekarang jangan menangis lagi ya" lanjutnya.

Deg

Rose mencengkram dadanya yang tiba tiba menjadi nyeri itu "Shhh"

"Rose!?"

"S-Sakit Eonnie"

Wendy bergegas mencari obat milik Rose namun dia tidak menemukannya.

"E-Eonnie" lirih Rose sebelum dirinya tidak menyadarkan diri.











  Tekan
    👇

Second Choice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang