-19-

701 114 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan sekarang Jane sudah tiba dimansion orang tuanya.

Cukup malas untuk Jane pulang karena dia tidak ingin bertemu Jisoo setelah kejadian tadi namun tetap saja dia terpaksa pulang agar tidak mendapatkan omelan dari sang Mommy.

"Kemana saja?" Langkah Jane terhenti. Dia menatap Jisoo yang bertanya dengan nada dingin.

"Bukan urusan Hyung" ketus Jane.

Jisoo menghampiri Jane dengan wajah datarnya "Kenapa kamu meninggalkan Rose sendirian dijalanan? Bahkan sekarang sudah malam!"

Jane menatap Jisoo dengan sinis "Terus? Bukannya Hyung yang sudah menjemput dia lantas Hyung menghantar dia pulang? Hyung jangan fikir aku tidak tahu ya kalau Hyung ingin mengambil Rose dari aku!" Sentaknya diakhir.

Dahi Jisoo mengernyit "Kamu gila? Untuk apa juga Hyung mengambil pacar kamu?"

"Ck, tidak perlu sok polos!"

Jisoo mengusap wajahnya dengan kasar "Jane, apa kamu lupa sama kata kata Hyung? Hyung hanya inginkan yang terbaik untuk kamu dan Hyung yakin Rose yang terbaik untuk kamu. Tapi Hyung tidak yakin kamu yang terbaik untuk Rose"

"Maksud Hyung apa hah!?" Marah Jane.

"Kalau kamu tulus mencintai Rose, kamu tidak mungkin menyakiti hatinya gara gara masa lalu kamu! Masa lalu kamu memang tidak bisa dihapus tapi kenapa kamu harus terus mengingati masa lalu kamu dan melupakan masa depan kamu!? Sadar Jane! Lisa sudah punya tunangan! Dia sudah meninggalkan kamu! Disaat kamu hancur, ada Rose yang muncul memberikan dukungan untuk kamu! Apa kamu terlalu buta!? Kenapa kamu tidak bisa melihat cinta tulus Rose!?"

Jane hanya bisa bungkam. Lidahnya seakan kelu untuk bersuara.

Jisoo menepuk pundak Jane "Lepaskan Rose kalau kamu masih belum melupakan Lisa" bisiknya sebelum berganjak pergi meninggalkan sang adek.

Jane mengusap wajahnya dengan kasar. Dia berdecak kecil sebelum berlalu memasuki kamarnya.

Untuk saat ini, dia akan memikirkan semua omongan Hyungnya itu. Lagian dia juga sadar kalau dia tidak seharusnya menyakiti Rose hanya gara gara masa lalunya.

*

Disisi lain, terlihatlah Rose yang bersantai diruang tamu apartment. Dia hanya menonton tv sementara menunggu Wendy pulang dari pekerjaannya.

Ceklekk

"Akhirnya Eonnie pulang!" Antuasis Rose.

"Halo" sapa Wendy berganjak duduk disamping Rose.

"Eonnie lembur?" Tanya Rose basa basi.

"Iya, tadi ada banyak banget pekerjaan yang harus Eonnie uruskan" sahut Wendy "Ngomong ngomong, bagaimana sama pesta pertunangan itu?"

Rose terdiam namun sedetik kemudian dia tersenyum tipis "Pestanya keren. Lisa juga orang yang cantik. Pantesan saja Jane Oppa sulit untuk move on"

Dahi Wendy mengernyit "Ada sesuatu yang Eonnie lewatkan?"

Rose menghela nafasnya dengan kasar. Kepalanya disandarkan kepundak Wendy dengan nyaman.

Setelah memikirkan semuanya dengan matang, Rose akhirnya menceritakan semuanya dari awal tentang bagaimana dia bertemu Jane sehingga pertemuan itu membuat dirinya menjadi pacar Jane. Tidak lupa juga dia menceritakan apa yang baru saja terjadi tadi.

Reaksi Wendy? Sudah pasti yeoja ini kelihatan speechless.

"Astaga Rose. Eonnie sudah bilang sama kamu kalau kamu bisa menggunakan uang Eonnie untuk biaya rumah sakit kamu. Kamu tidak perlu bekerja menjadi pacar bohongan Jane" keluh Wendy.

"Aku tidak mau merepotkan Eonnie. Lagian sekarang juga aku sudah tidak berharap sama uang pemberian dari Jane Oppa kok soalnya aku sama dia sudah resmi pacaran jadi aku sudah tidak bekerja sebagai pacar bohongan dia lagi" sahut Rose.

"Terus sekarang bagaimana? Kamu masih ingin bertahan sama Jane yang sudah jelas belum bisa melupakan masa lalunya itu? Tadi saja dia tinggalin kamu sendirian di jalanan gara gara mantannya"

"Tapi Jane Oppa sudah minta maaf kok. Dia menyesal banget. Aku yakin dia tidak sadar sama apa yang dia lakukan tadi" tetap saja Rose membela Jane.

"Ya sudah lah. Terserah kamu saja. Tapi kalau dia kembali sakitin kamu, kamu ngomong saja sama Eonnie. Biar Eonnie ngomong sama Jaehyun untuk hajar tuh cowok"

Rose tersenyum "Arreosso Eonnie"

Ting!

Rose menyambar ponselnya yang mengeluarkan notifikasi itu.

-Kamu baik baik saja? Bagaimana sama kondisi kamu? Ingat, kamu harus rutin ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kamu-

Senyuman Rose sontak menghilang membuat Wendy merasa bingung "Dari siapa?"

"Daddy" singkat Rose membuat Wendy mengangguk faham.

Dengan malasnya Rose membalas pesan yang dikirim oleh sang Daddy.

-Daddy mau apa?-

-Besok malam Leonara bakalan menikah. Pastikan kamu datang ke acara pernikahan itu. Daddy tidak mau client Daddy tahu apa yang terjadi kepada kamu. Bawa juga pacar kamu-

-Aku tidak mau-

-Ini arahan, bukan permintaan!-

Tanpa membalas, Rose mematikan ponselnya. Mood nya tiba tiba saja memburuk gara gara ulah sang Daddy.

"Menikah? Ck, sudah gue duga testpack itu punya Leonara" batin Rose

*
*

Disisi lain, terlihatlah Youngjae yang kelihatan sedih gara gara sang anak yang tidak membalas pesan darinya. Namun dia sadar semuanya adalah salahnya. Andai saja dia tidak mengusir anaknya itu, pasti dia tidak akan kesepian.

"Apa Rose akan datang?" Tanya Haeyon.

"Tidak tahu" singkat Youngjae.

"Pokoknya dia harus datang. Dia harus melihat betapa hebatnya calon suami Leonara" ujar Haeyon songong.

Dahi Youngjae mengernyit "Apa yang hebat? Dia bahkan tidak bekerja. Aku tidak yakin anak manja kamu itu bisa bertahan hidup sama sosok pengangguran itu"

"Setelah Reon menikahi Leonara, kamu bawa saja Reon ke perusahan kamu. Jadikan dia sebagai CEO" santai Haeyon.

"Jangan bermimpi! Perusahan aku milik Rose, anak kandung aku!" Tegas Youngjae.

Sudah pasti kata katanya itu membuat Haeyon merasa marah namun Youngjae yang tidak peduli memutuskan untuk berganjak pergi dari sana.












Tekan
  👇

Second Choice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang