Perpustakaan

21 4 4
                                    

Vincent dan Fiona langsung berjalan menuju perpustakaan. Saat mereka tiba diperpustakaan, Mereka duduk bersebelahan.

"Kamu ajak aku kesini mau apa?" tanya Fiona.

"Mau buat puisi.. sambil liat langsung inspiratornya.." jawab Samudra.

"Kamu belum kenyang kan sama puisi?" tanya Samudra seraya tersenyum.

"Hahahaha.... belum lah! aku suka jadi gak akan bosen.." jawab Fiona yang tampak tertawa senang.

"Tapi aku mau nanya deh.. berarti sketsa itu si nita?" tanya Fiona.

"Bukan.." jawab Samudra.

"Terus?" tanya Fiona yang tampak sedikit bingung.

"Dia almarhumah kakak aku.." jawab Samudra.

"Sam.. a-aku minta maaf.. aku gak tau!" ucap Fiona.

"Udah gak papa kok Net!" tutur Samudra seraya menggenggam tangan Fiona.

Fiona menatap Samudra, dan sesekali melihat tangannya yang digenggam oleh Samudra.

"Dipegang-pegang terus gak ditembak.." ucap pelan Fiona yang bergumam sendiri.

"Apa Net?" tanya Samudra yang mendengar suara kecil dari Fiona.

"Oh enggak!!" jawab Fiona.

"Kamu mau nulis puisi.. kertas sama pulpennya mana?" tanya Fiona.

"ini lagi nulis disini.. dan disini.." ucap Samudra seraya menunjuk kepala dan dada tanda otak dan hati.

Samudra menatap Fiona sangat dalam, dan Ia melihat seperti ada yang mengganjal di hati Fiona.

"ada yang kamu mau tanyain ya?" tanya Samudra.

"emmm.. sebenernya iya! tapi gak usah deh.." jawab Fiona.

"Kakak aku?" tanya Samudra.

"Iya.." jawab Fiona.

"Dia kena bully.. dia punya penyakit asma dan jantung.. pas dibully dia sesak nafas dan obatnya dibuang sama temen-temennya.. dan dilarikan kerumah sakit dan lemah kondisinya.. beberapa hari kemudian meninggal.." ucap Samudra.

"Terus yang ngebully?" tanya Fiona.

"lolos dari hukuman.. akhirnya aku yang menghukum mereka!" jawab Samudra.

"Kamu apain?" tanya Fiona.

Samudra menghela nafasnya.

"semua ada 5 orang.. aku bikin patah kakinya.." jawab Samudra.

"menurut aku cara terbaik menghukum orang-orang kaya gitu.. ya dengan kita sendiri menghukumnya.." tambah Samudra.

Fiona pun terdiam, entah apa yang ada dipikiran Fiona. Fiona seperti terkejut mendengar potongan demi potongan masa lalu Samudra.

"Kamu takut sama aku?" tanya Samudra.

"E-enggak.. enggak sama sekali!" jawab Fiona seraya menggenggam tangan Samudra.

"Gimana? udah nulis puisinya?" tanya Fiona.

"Udah.." jawab Samudra seraya tersenyum.

"Aku mau denger dong!!" ucap Fiona.

"Potongannya aja ya?!" tutur Samudra.

Fiona hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Jiwa rapuh ini bangkit oleh senyum.. bak hati yang diultimatum..
dengan rasa sayang dan kagum.." ucap Samudra dengan tatapan yang sangat amat dalam kepada Fiona.

"Bagus!!" ucap Fiona.

"Makasih.." ucap Samudra.

Samudra menatap Fiona sangat dalam, memiringkan kepalanya dan berniat untuk mengecup bibir Fiona. Fiona memejamkan matanya dan ikut memiringkan kepalanya dengan arah yang berlawanan. Saat bibir Samudra hampir mengenai bibir Fiona, Tiba-tiba..

"HEI... APA KABAR BESTIE!!!" Teriak Karina yang datang bersama Alvin.

Sontak membuat Samudra dan Fiona terkejut.

"Ssssssttt! Apa-apaan sih Lo?" ucap Fiona yang kesal.

"Jangan berisik ini perpus.." ucap Samudra.

"Ohiya maaf.. Gue dateng di waktu yang gak tepat ya?" tanya Karina.

"Iya!! pake berisik segala.." ucap Fiona dengan ketus.

Tiba-tiba penjaga perpustakaan datang.

"Karina mohon gak berisik!" ucap penjaga perpustakaan.

"Oh iya maaf bu.. dia terlalu excited!" ucap Alvin.

Samudra hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Yaudah lanjut! maaf ganggu hehehehe...." ucap Karina.

"Ayo Al!!" ajak Karina.

Karina dan Alvin pun keluar perpustakaan. Samudra dan Fiona hanya tertawa kecil melihat kejadian tadi.

*TO BE CONTINUED*

SATURN ENTHUSIAST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang