Terbangun

27 4 1
                                    

Samudra membuka matanya dan menyapu semua pandangannya, dengan pandangan yang masih sedikit samar.

"Panggil dokter cepet yah!" ucap seorang paruh baya, yang itu adalah bunda dari Samudra.

Ayah Samudra pun berlari untuk segera memanggil dokter.

"Aku dimana bun? Fiona gimana?" tanya Samudra yang berusaha untuk duduk.

"Kamu dirumah sakit sayang.. jangan duduk dulu!" jawab bunda Samudra.

"Fiona gimana bun?" tanya Samudra.

Ibunda Samudra hanya menangis seraya menggenggam tangan Samudra.

"Kepala aku sakit bun! aku berapa jam pingsan?" tambah Samudra.

Tak lama dokter datang, dan langsung memeriksa Samudra.

"kondisinya hampir stabil.. tapi Samudra harus istirahat dulu untuk beberapa hari.." ucap dokter.

"Dok.. kok kepala saya sakit ya?" tanya Samudra.

"Itu wajar untuk orang yang baru bangun dari koma.." jawab dokter.

"Koma? berapa lama?" tanya Samudra yang sangat terkejut.

"Satu bulan lebih.." jawab dokter.

"Satu bulan?" ucap Samudra dengan air mata yang berlinang dimatanya.

"Saya permisi dulu ya bu! pak! Samudra istirahat dulu ya.." ucap dokter.

Dokter pun meninggalkan kamar rawat Samudra.

"Bun.. bener aku satu bulan koma?" tanya Samudra.

"Iya sayang!" jawab bundanya seraya menangis.

"terus Fiona?" tanya Samudra yang berusaha membendung tangisnya.

"Fi-fiona.. Fiona.." jawab bundanya dengan sangat gugup dan menangis.

"Fiona kenapa Bun? yah Fiona baik-baik aja kan?" tanya Samudra.

"Maaf sayang.. Fiona udah gak ada.." ucap sang Ayah seraya meneteskan air matanya.

"G-gak mungkin yah.. Bun! ayah bohong kan?" tanya Samudra yang mulai meneteskan air matanya.

"Jawab Bun!" tambah Samudra.

"Maaf sayang.." ucap bundanya seraya menangis.

Samudra sangat terkejut dan tidak percaya bahwa Fiona sudah meninggal.

Samudra tak kuasa membendung air matanya, Ia menangis tersedu-sedu. Samudra sangat menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Fiona. Ibundanya dan ayahnya berusaha menenangkan Samudra.

"Bun ini salah aku bun!" ucap Samudra seraya memukul kepalanya sendiri.

"Kenapa orang-orang yang deket sama aku dan aku yang aku sayang mereka pasti sial?" tambah Samudra yang tak kunjung berhenti menangis.

"KENAPA BUN?! YAH KENAPA?!" teriak Samudra.

Bundanya langsung memeluk Samudra dan berusaha menenangkannya.

"Ini udah takdir sayang.." ucap bundanya yang menangis seraya memeluk Samudra.

"ARRRRRRRGHHHHH!" Menjerit Samudra dan sangat menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri.

##############

*1 BULAN KEMUDIAN*

Hari ini adalah hari pertama Samudra masuk sekolah pasca sadar dari komanya. Samudra berjalan dihalte, Tepat disebrang sekolahnya. Ia mengingat momen dimana Ia menahan Fiona dari kencangnya laju mobil.

Samudra berjalan masuk kedalam sekolahnya, dan melewati gerbang sekolahnya. Samudra mengingat Fiona yang sering menunggu pak Yanto supirnya, berdiri tepat didepan gerbang.

Samudra berjalan menuju lorong, Dan melewati perpustakaan. Ia melihat kenangannya bersama Fiona saat Ia menulis puisi untuk Fiona dalam ingatannya.

Setiap sudut sekolah membuatnya mengingat kepada Fiona. Suasana sekolah tampak ramah dan riuh, namun Samudra merasakan sepi tanpa hadirnya Fiona.

Karina, Alvin dan Salva yang melihat Samudra duduk melamun di depan kelas, merasa sangat kasihan kepada Samudra.

"Kayanya Gue harus ngobrol deh sama Sam!" ucap Karina yang seraya hendak menghampiri Samudra.

Alvin menahan Karina.

"Jangan.. Fiona minta kita jangan kasih tau apapun tentang dia.. bahkan makamnya sekalipun.. kita udah janji inget!" ujar Alvin.

"tapi sayang!!" ucap Karina.

"Rin! biarin Sam juga butuh waktu sendiri!" ucap Salva.

Mereka bertiga berlinang air mata, karna sedih melihat Samudra yang sudah ceria saat bersama Fiona. Kini bagai mayat hidup yang tak ada semangat untuk hidup.

*TO BE CONTINUED*

SATURN ENTHUSIAST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang