Tak terduga

21 4 4
                                    

Setelah menunggu beberapa jam, Dokter keluar bersama Samudra yang tak sadarkan diri di ranjang berjalan.

Samudra dibawa keruang rawat, dan operasinya telah selesai.

"Gimana dok?" tanya Fiona.

"Operasinya berjalan lancar.. tumornya berhasil diangkat! tapi kita harus cek melalui MRI kembali agar tau kelanjutannya.." jawab dokter.

"Dan.. Samudra masih tak sadarkan diri dan harus istirahat dahulu.. tidak diberkenankan tamu untuk menjenguk.. maksimal 3 orang dan harus bergantian.." tambah dokter.

"Baik dok! terimakasih dok!" ucap ibundanya Samudra.

"Saya tinggal dulu.. permisi.." ucap dokter.

Bunda Samudra, Fiona dan mamahnya bergegas menuju kamar rawat Samudra.

Saat sudah tiba didepan kamar rawat, mereka berdiskusi sejenak.

"Ayahnya Samudra baru sampai kesini sekitar 1-2 jam lagi.. dia udah ambil penerbangan yang paling cepat.. kalo Fiona capek boleh pulang istirahat.." ujar bundanya Samudra.

"Kalo aku yang jagain Samudra dulu boleh gak bun? aku mau ajak dia ngobrol.." tanya Fiona.

"Silahkan sayang! bunda sama mamahmu tunggu di sini.." jawab bundanya Samudra.

Bundanya Samudra pun mendorong Fiona yang berada dikursi roda ke dalam kamar.

Saat sudah didalam kamar, dan Fiona berada tepat di sebelah Samudra yang terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit. Fiona meneteskan air matanya lagi.

"Bunda tinggal ya.." ucap bundanya Samudra.

"Iya makasih ya bun.." tutur Fiona.

Fiona memegang tangan Samudra, dan menatap Samudra sangat dalam seraya menangis.

"Sayang.. kuat ya!" ucap Fiona seraya mengelus tangan Samudra yang Ia genggam dengan ibu jari.

"Maaf aku bohongin kamu.. aku gak mau kamu punya harapan sama cewe yang gak bisa jalan kaya aku!!" tambah Fiona berbicara pada Samudra yang tak sadarkan diri.

Fiona menangis dan tak kuasa membendung air matanya.

"Aku yang rasa sayangnya udah abis untuk kamu dan gak ada lagi untuk diriku sendiri aja.. gak terima kalo aku gak bisa jalan.. apalagi kamu yang sayang sama aku segitu tulusnya.." ujar Fiona.

"Aku emang egois.. aku emang bohongin kamu.. tapi masa hukuman aku adalah kehilangan kamu selamanya sayang?!!!" ucap Fiona.

Fiona terus menangis, air matanya seakan tak bisa berhenti mengalir.

"Sayang kamu harus kuat!! Entah siapa yang akan nerima aku lagi dengan kondisi begini? Aku gak akan siap jalanin hari-hari aku.." ucap Fiona

"Argghhhh.. Nghhhh!!" teriak dan merintih Fiona merasakan sesak melihat Samudra yang terbaring lemah dan terpasang banyak alat dibadannya.

Tak lama, saturasi nafas Samudra menurun, detak jantung dan nadi juga seakan melambat. Fiona cemas dan panik, Seakan Samudra merakan sesak nafas yang luar biasa. Seketika alat pendeteksi nafasnya dan denyut jantungnya menunjukkan garis lurus, dan menandakan sudah tak ada nafas juga detakan jantung Samudra.

"Sayang!? SAYANG!! gak! kamu gak boleh nyerah!!" ujar Fiona yang panik dan sangat takut.

"BUN!!! MAH!!" teriak Fiona seraya memencet alat panggilan untuk suster dan dokter.

Bundanya Samudra dan mamahnya Fiona pun masuk ke dalam kamar.

"Ada apa sayang?!" tanya bundanya Samudra.

"Ini kenapa bun?" tanya Fiona seraya menangis dan sangat takut.

"Innalilahi.. bunda panggil dokter dulu!!" ucap bundanya Samudra.

Saat bundanya Samudra hendak memanggil dokter, Tiba-tiba dokter dan dua suster masuk kedalam kamar rawat Samudra.

"Permisi biar saya periksa dulu.. sus ambilin alat kejut!!" ucap dokter.

Setelah dokter berusaha dengan mengembalikan detak jantung menggunakan alat kejut, dan memeriksa Samudra. Dokter menyatakan bahwa Samudra telah tiada, Fiona menangis sangat kencang. Seakan dunia melambat, Fiona tak percaya bahwa Samudra meninggalkannya lebih dulu.

"Gak mungkin! gak mungkin Samudra meninggal!!" ucap Fiona seraya menangis tersedu-sedu.

Dokter pun menutup Samudra dengan kain putih seluruhnya.

"Maaf.. tapi Samudra sudah tiada.." ucap Dokter.

Dokter hendak keluar kamar rawat tersebut, Namun Fiona menahan dengan memegang tangan dokter.

"Dok tolong dok!!! Samudra masih bisa diselametin kan?" ucap Fiona.

Dokter berlutut dan mencoba menenangkan Fiona.

"Saya minta maaf ya.. Saya tau ini berat.. tapi tuhan lebih sayang sama Samudra.." ujar dokter.

"Dok.. aku tau Samudra kuat kok!!" ucap Fiona yang masih menangis.

"Maaf ya.. tapi ini kenyataannya.." ucap dokter yang matanya mulai berlinang air mata.

Saat semua sudah lemas dan menangis mendengar kabar Samudra telah tiada. Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan.

"Bun! aku dimana?"

*TO BE CONTINUED*

SATURN ENTHUSIAST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang