Juara puisi

30 6 4
                                    

Esok harinya, tepat saat bel istirahat berbunyi. Salva memanggil Siswa-siswi untuk berkumpul di lapangan upacara, terutama Mereka yang mengikuti lomba puisi. Tampak semua siswa-siswi berkumpul dan memerhatikan Salva.

"Perhatian semua! Saya dan Bapak abdulah selaku kepala sekolah akan mengumumkan pemenang puisi.. Juara 1 dan Juara 2" ujar Salva yang berbicara menggunakan mikrofon dan didengar seluruh siswa.

"Pemenangnya menggunakan nama anonim.. Untuk yang merasa itu adalah puisi kalian silahkan maju kedepan atau datang kesini bila tidak berada di lapangan upacara.." tambah Salva.

"Pak Abdullah mohon maaf dipersilahkan!" ucap Salva seraya memberikan mikrofon dan dua lembar kertas yang berisi puisi juara 1 dan 2.

"Ya Selamat siang anak-anak!" ucap pak Abdullah.

"Siang pak!" serentak semua siswa menjawab.

"Udah siap tau siapa yang menang lomba?" tanya pak Abdullah.

"Siap pak!!" jawab serentak semua siswa.

"Tapi sebelum pemenang maju menerima piala dan hadiahnya.. bapak mau puisinya dibacakan.. siapa yang mau jadi relawan membacakan puisi yang indah ini?" tanya pak Abdullah.

Semua siswa terdiam, dan tiba-tiba Salva dan Fiona mengangkat tangan.

"Saya pak!" teriak Fiona.

"Siapa itu? Fiona ya?" tanya pak Abdullah.

"Iya pak!" ucap Fiona seraya maju kedepan.

"Oke.. berarti yang baca adalah Fiona dan Salva ya!!" ucap pak Abdullah.

Fiona maju ke depan barisan semua murid, dan berdiri disebelah pak Abdullah.

"Silahkan Salva baca duluan!" ujar pak Abdullah.

"Baik pak.." ucap Salva.

"Oke teman-teman.. puisi yang gue pegang dan mau gue bacain ini adalah puisi yang juara kedua.. dari penulis Ocean blue.." tambah Salva.

"Ocean? Samudra?" tanya Fiona pada diri sendiri.

"Judulnya Antara hujan dan kamu..

Dulu ku menyukai hujan..
suaranya memberikan ketenangan..
dengan petrikor yang tak terlupakan..

Kini suaramu mengalihkan..
dengan sejuta kenyamanan..
dan aroma wangimu membawa kesan..

Adakah lelaki yang memiliki itu?
memiliki kamu dan duniamu..

Aku tak siap mengikhlaskanmu..
pada lelaki yang memilikimu..
Bahkan pada angin sebelum hujan aku cemburu..

kuingin menjadi puisi..
agar selalu kau kagumi..
atau menjadi hujan saat kau ditengah jalan..
yang takkan mungkin kau hindarkan..

#Ocean blue" Ucap Salva yang membacakan puisi dengan sangat menghayati.

"Wihhh! keren! boleh minta tepuk tangannya?" ucap pak Abdullah seraya bertepuk tangan.

Serentak semua siswa bertepuk tangan.

"Oke sekarang Fiona akan membacakan puisi juara pertama.." ujar pak Abdullah.

"Hai gengs! gue mau bacain puisi juara pertama dari.. Saturn enthusiast.." ucap Fiona yang sedikit terkejut.

"Ini beneran?" tanya Fiona berbicara pelan.

"Kenapa Fiona?" tanya pak Abdullah.

"A-ah enggak pak.." jawab Fiona.

"Judulnya bimanusia..

manusia bagian dari keindahan..
dengan rupa yang beragam..
dengan miliyaran keunikan..
namun juga kadang membingungkan..

manusia selalu memendam luka..
ada rasa sakit dalam bentuk cerita..
bahkan kecewa dari orang tak terduga..

aku bagai daun jatuh yang terabaikan..
tak bisa kecewa pada angin yang berdatangan..

ku ingin di belahan dunia..
yang dimana aku dianggap manusia..
dengan segala kekurangannya..

Bisakah aku menjadi senja?
Yang dikagumi semua manusia..
Atau menjadi malam..
waktu favorit dengan sejuta ketenangan..

#Saturn enthusiast" Fiona membaca puisi dengan sedikit meneteskan air mata.

"Wah.. puisi yang sangat simple dan indah!" ucap pak Abdullah.

"Boleh minta tepuk tangannya?" tambah pak Abdullah seraya bertepuk tangan.

Fiona pun membalikkan badannya dan menangis.

"Lo nangis?" Tanya Salva seraya menenangkan Fiona.

"Kenapa?" tambah Salva.

"Gue ngerasa ada luka yang dalam dari puisi ini dan mungkin dari si penulis Saturn Enthusiast itu sendiri.. Gue kebawa perasaan.." ucap Fiona seraya menangis.

*TO BE CONTINUED*

SATURN ENTHUSIAST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang