♡1

2.6K 136 18
                                    


Tahun 1943
Sebuah pedesaan di Tasikmalaya, Jawa barat

Dibawah langit biru cerah siang menuju sore hari, seorang gadis remaja berdarah Belanda-Cinda ( Cinda= Cina+Sunda ) berjalan-jalan sendirian di sekitar lahan perkebunan sayur mayur yang menghampar luas. Para pekerja kebun pun sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Dia pejamkan mata, menghirup udara segar banyak-banyak. Kulit putih dan rambut coklat panjang kemerahannya tampak mengkilap tersorot sinar matahari. Bibir merah alami nya tersenyum kala angin segar menerpa kulitnya.
Dia sedang merasa bosan beraktivitas di rumah sang nenek, maka dia memutuskan berkeliling perkampungan, kabur diam-diam, dimana sekarang dia telah berada di kebun milik nenek nya. Dan ini adalah kali pertama dia kesana sendirian.
Ladang kebun sayur mayur terhampar indah. Ada wortel, selada, jagung, kacang panjang, dan tomat. Di sebelah selatan nya terdapat kebun kelapa yang nyiur melambai-lambai daun-daun panjang nya. Dan di sebelah timur terdapat hutan pinus yang menghampar indah di lembah gunung.

'Meong.. meong..'
Namun, kemunculan suara seekor kucing liar diantara tanaman sayur kacang panjang mencuri perhatian nya.

"Hh? kenapa ada kucing disini?" tanyanya kebingungan sendirian. Kemudian hatinya merasa gemas melihat wajah lucu kucing liar berwarna abu-abu itu.

"Hmm.. sepertinya tidak buruk jika aku memelihara kucing di rumah. Kupikir orang rumah akan setuju."
Dia pun mengikuti untuk menangkap si kucing yang malah terus berlari tak jelas arah.

"Hei.. Jangan lari kucing yang manis..!"

Untung hari ini dia memakai gaun biru selutut yang terbilang sederhana, jadi dia tidak perlu kerepotan mengangkat gaun untuk mengejar kucing itu. Hanya saja, sepatunya yang memiliki hak tiga senti meter itu sedikit mengganggu setiap dia berusaha berjalan cepat diatas tanah ladang perkebunan. Tetapi dia tetap bersemangat. Sampai-sampai dia tidak sadar jika langkah nya sudah cukup jauh dan...

Didepan sebuah pondok bambu dan kayu, gadis tinggi semampai berkulit sawo matang itu menyeka keringat di dahi nya dengan kain lengan baju. Celana coklat tua dan baju kemeja berkebunnya sudah terlihat lusuh oleh aktivitas bekerja seharian ini. Barusan dia telah kembali dari rumah juragan kebun untuk mengambil persediaan pupuk. Satu karung dengan berat tujuh setengah kilo gram. Tapi cukup menguras tenaga karena harus menempuh jalan perkampungan dan perkebunan yang tidak mulus.
Menyadari ada yang berbeda dari pemandangan ladang kebun kacang tanah yang dia urus, dia segera ambil langkah.
Hatinya cukup kesal mendapati sebagian ladang kebun kacang tanah nampak kacau berantakan.
Apa yang terjadi..?
Mata tajam nya memindai ke sekeliling area ladang perkebunan. Mencari tau penyebabnya.

"Apa mungkin babi hutan? Tapi babi hutan disini biasanya ke ladang ubi dan talas." lirihnya bingung sambil terus melangkah.

Padahal nanti sore juragan kebun akan datang ke sini. Dia memijit kening nya yang tiba-tiba pusing gara-gara ladang nya yang telah rusak ini.
Dia betulkan ikatan rambut di rambut sebahu nya.

Tak lama, dia malah mendengar suara perempuan meringis. Terdengar kesakitan. Berjalan terus ke arah sumber suara.. dia terkejut, menemukan seorang gadis muda yang nampak sangat jelas perbedaan status sosial diantara mereka berdua. Rambutnya berwarna coklat kemerahan, hidung mancung nan kecil, wajah berbentuk oval nya juga mungil, bermata coklat, disertai alis yang lumayan tebal.

 Rambutnya berwarna coklat kemerahan, hidung mancung nan kecil, wajah berbentuk oval nya juga mungil, bermata coklat, disertai alis yang lumayan tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang