☆☆
Nampak dari depan, rumah nyonya Fen terlihat begitu kokoh dan cukup mewah dengan design khas Belanda. Berbeda setelah berada di dalam rumah, dari ruang tamu depan kita sudah disambut hiasan lukisan maupun tanaman rumah khas orang Cina dengan sentuhan dekorasi yang lebih modern dan dipadu padankan dengan apik. Bergeser ke ruang utama, suasana khas Cina lebih terasa begitu kental dengan berbagai furniture tradisional, serta aneka dekorasi berwarna merah, warna yang begitu identik dengan kebudayaan Cina.
Satu lagi yang khas dari rumah itu, nyonya Fen sangat suka menaruh bunga sedap malam di setiap ruangan sebagai pengharum alami di ruang tamu, ruang utama, ruang keluarga, ruang makan, dan tentu saja di ruang kamar nya. Juga satu ruangan khusus yang sangat di sakral kan oleh nyonya Fen, sampai sangat jarang ada orang yang bisa masuk ke ruangan itu.
Didalam satu ruangan khusus berukuran tiga kali tiga meter, asap bakaran dupa terlihat melambai-lambai di depan sebuah lukisan seorang laki-laki paruh baya berwajah perpaduan pribumi Sunda dan Cina. Senyum khas tampannya melengkapi penampilannya yang dibalut suite jas berwarna abu muda. Binar sepasang mata coklat nya memperlihatkan kebaikan tulus dalam dirinya semasa hidup. Penuh cinta kasih.
Mata nyonya Fen terbuka seusai berdoa untuk mendiang suami. Dia selalu betah berada di ruangan ini berlama-lama, memandangi lukisan tampan sang suami yang telah tiada lima tahun yang lalu.
Iya, lukisan laki-laki itu adalah kakek Yasmine, suami nyonya Fen. Bernama Tao xing dozheng, dan memiliki nama lokal Surahman Praja. Sosok yang tak hanya dicintai keluarga nya juga dicintai para pekerja maupun warga. Cerdas, dermawan, rendah hati, dan tak pelit berbagi ilmu. Tentu banyak orang yang merasa kehilangan atas kehadiran sosoknya, apalagi nyonya yang sampai detik ini selalu merindukan mendiang suami yang berusia lebih tua sepuluh tahun dari nya itu."Punten.. permisi nyonya, Makan malam atos siap." kata seorang pembantu perempuan empat puluh tahun-an dibalik pintu tanpa berani dia buka sedikit pun.
*( Makan malam sudah siap )
"Baik, Nur.." sahut sang majikan sambil menghela nafas sejenak sebelum keluar.
Di ruang makan dengan jumlah kursi delapan, sudah terisi Yasmine, ibu Yasmine, dan sekarang ditambah nyonya Fen. Menu makan malam mereka sudah dihidangkan lengkap di meja makan. Ada mie laksa berkuah kuning di wadah besar yang berbahan keramik khas Tiongkok, di sekitarnya ada sayur seperti irisan wortel, toge, bayam. Dilengkapi irisan daging sapi, dumpling ayam, dan sup tofu. Makanan penutup biasa akan dihidangkan menyusul.
"Lissone belum pulang?" tanya nyonya Fen pada ibunya Yasmine, bernama nona Zhao.
Sambil menyiapkan mie pada mangkuk untuk ibu dan anaknya, nona Zhao menjawab, "Belum, mah. Tadi dia sempat menelpon dari kantor pabrik karet. Katanya akan pulang agak telat."
Kepala nyonya Fen mengangguk, "Bagaimana luka Yasmine sekarang? Sudah diperiksa lagi?"
Yasmine, "Sudah, nek.. tadi dibantu mami."
"Lukanya tidak begitu serius. Karena untung saja sudah cepat diobati. Jadi tidak akan infeksi." lanjut nona Zhao tenang. Pembawaan tenang nya selalu membuat sosok nona Zhao tampak sangat berwibawa. Penampilan sehari-hari nya sangat modis dengan setelan pakaian tang suit maupun gaun modern.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
Aktuelle LiteraturYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...