☆☆
Suatu malam, dengan gaun tidur merah muda sutera nya yang longgar hingga mudah tersibak angin, Yasmine berjalan ke dekat jendela. Melihat bulan purnama yang bulat dan besar, bersinar terang di langit biru tua. Cahaya nya meledak di hamparan semesta cakrawala, menerpa seluruh area. Menghipnotis Yasmine yang tak henti memandangi kagum langit yang tampak mewah, dipenuhi bintang-bintang berkilauan indah, seolah selamanya akan seperti itu.
Barulah dia memejamkan mata kala merasakan jemari tangan kekasihnya memeluk dari belakang, hidung bangir nya menyelusup masuk ke sela leher Yasmine. Disertai deru nafas hangat Ratna sesekali menerpa kulit nya."Mau jalan-jalan?" tanya Ratna.
"Ayo! Malam ini begitu indah! Sayang jika kita lewatkan." sambut Yasmine bersemangat.
Kaki jenjang Ratna melewati tembok jendela, lalu membantu Yasmine keluar dari kamar.
Sembari berjalan berdampingan, Yasmine peluk lengan Ratna. Salahsatu kebiasaan nya yang sangat Ratna sukai.
Terangnya sinar bulan, membuat mereka dapat melihat bayangan diri di tanah, juga bayangan pohon dan tanaman di sekitar. Suasana begitu damai nan sangat bahagia. Udara pun sangat mendukung. Tidak begitu dingin.
Ratna duduk diatas tanah, bersandar pada bangku taman yang terbuat dari kayu. Diikuti Yasmine yang duduk di tengah, di antara kedua kaki Ratna, menyandarkan kepala nya pada dada Ratna. Dua pasang tangan saling memeluk. Sehingga mereka berdua dapat merasakan darah satu sama lain mengalir.
Daun-daun bergemerisik ditiup angin yang lembut, bunyi katak yang monoton, suara burung malam, dan suara serangga, menjadi bagian dari keheningan malam.
Yasmine terusik ketika terdengar suara tangan Ratna sedang merogoh saku celana nya. Dan tanpa diduga, Ratna menunjukkan sesuatu yang luar biasa mengejutkan si kekasih. Sebuah kotak beludru hitam mungil berisi dua buah cincin emas putih berhiaskan tiga batu permata kecil diatas nya. Yasmine tertegun.Ratna berkata, "Hasil kerja keras pertama ku di kantor, ingin aku berikan untuk seseorang yang paling istimewa dalam hidup ku, untuk selamanya."
"Ratna..." lirih Yasmine, memandang si kekasih berkaca-kaca.
"Apa nona Yasmine van de Lissone mau menerima segenap diri saya dalam ikatan cincin ini?"
"Iya," jawab Yasmine hampir tak dapat bersuara oleh gelegak emosional di dada. Dia serahkan tangan kirinya, dan hati bergetar hebat kala cincin itu perlahan Ratna pasangkan ke jari manisnya.
Air mata Yasmine berlinang. Giliran dia memasangkan satu cincin lain ke jari manis Ratna.
Mereka saling bergenggaman erat. Berpelukan. Menumpahkan air mata haru bahagia.
Sungguh.. Yasmine merasa masih tidak percaya dapat sampai pada moment mengalami hal romansa se manis, se bahagia malam ini.
Entah ini dapat dikatakan lamaran atau menikah, meski hanya disaksikan alam semesta. Yang pasti, cincin ini sekarang sudah lebih resmi mengikat cinta mereka berdua. Dan akan mereka jaga selamanya.Yasmine kecup bibir Ratna.
"Aku mencintai mu,"Bibir Ratna tersungging senyum manis. "Aku juga mencintai mu," Lalu mencium bibir kekasihnya. Lebih lama, lebih intens. Manakala udara terasa lebih dingin, lama-lama jadi lebih menuntut oleh gejolak hasrat. Tentu tak ingin Yasmine biarkan Ratna bermain sendiri dengan bibirnya. Menghangatkan suasana malam romantis ini.
Malam telah semakin murni, kiranya tak akan mungkin ada orang berkeliaran lagi di luar rumah. Yasmine membuka resleting depan gaun tidur nya, kemudian membuka kancing kemeja tidur Ratna.
Oh tidak..
Ratna lemah sekali melihat aksi Yasmine dengan mata sendu menyesatkan, padahal hanya sedang membuka kancing kemeja nya. Rasanya sangat tergila-gila oleh gadis di depannya ini.
Saling bertatapan beberapa saat, Ratna memulai menjadikan malam yang damai sejuk ini menjadi malam yang panas. Menghadirkan sensasi gila yang begitu candu. Mengantarkan jiwa raga mereka pada sejuta kenikmatan kamasutra.
Keduanya begitu mengagumi bagaimana pesona wajah masing-masing dibawah tempaan sinar rembulan ketika memadu kasih.
Biarkan saja rembulan dan bintang-bintang iri menyaksikan kebahagiaan mereka berdua dalam samar-samar temaram cahaya malam.
Benar-benar menjadi malam indah yang sangat bersejarah dalam kisah mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
General FictionYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...