♡79

258 57 12
                                    

☆jangan lupa klik vote 💋

Sepulang bekerja, Yasmine dan Ratna telah kembali mengunjungi Hendrick. Dan sekarang, Yasmine sedang di kantin bersama Freddie, membeli beberapa makanan untuk Ratna. Mereka sengaja mengobrol disana, karena belum waktunya diberi tau pada yang lain. Tentang sesuatu yang telah lama Yasmine konsultasi kan pada Freddie yang seorang dokter ahli bedah.
Sudah dua tahun yang lalu, Yasmine meminta tolong pada Freddie mengenai donor kornea mata untuk Ratna. Dan hari ini, Freddie menyampaikan, bahwa pasien meninggal maag kronis yang sukarela ingin mendonorkan organ tubuh bagi yang memerlukan, tadi pagi proses nya dibatalkan. Lantaran keluarga pasien tidak menyetujui.

Yasmine bernafas pelan-pelan. Berusaha tabah.
Harapan yang tadinya sempat terbang tinggi, sekarang harus jatuh lagi.
Padahal, menurut pemeriksaan medis, kondisi kerusakan mata Ratna masih memungkinkan memiliki kesempatan berhasil dapat melihat lagi setelah melakukan operasi.

Freddie rangkul bahu gadis itu.
"Aku mengerti..
Tetap jangan berkecil hati, ya..!,"

Termenung. Yasmine menyimpan baik-baik perkataan Freddie. Meyakinkannya untuk tetap semangat dan jangan menyerah.
Di bibirnya terulas senyum.
"Terimakasih,"

Ketika mereka hendak kembali menuju ruangan Hendrick, seorang pria keluar dari salahsatu ruang pasien dengan terburu-buru. Dia sedang panik. Dan saat melihat Freddie, dia memanggilnya.
"Arts! Arts, hulp!"
( Dokter! Dokter, tolong! )

Freddie segera menghampiri nya.

'Bukannya dia orang yang kemarin itu?' batin Yasmine mengingat seorang pria yang terlihat mirip Ratna.
Dan dia sekarang malah ikut penasaran apa yang terjadi. Ikut masuk bersama mereka.

Di dalam ruangan itu, ada seorang pria tua terbaring lemah di kasur. Badan ringkih nya bergerak tak tenang, gelisah. Sementara matanya masih terpejam.

Freddie selesai mengecek keadaan nya.
"Rustig ann..!"
(Tenang..!) ujar Freddie pada pria tadi.
"Je vader is rusteloos in de droom,"
(Ayah anda sedang gelisah dalam mimpi.)

Dia mengangguk.
"Ik maakte me zorgen toen ik zag dat hij eruitzag alsof hij een aanval had,"
(Saya khawatir tadi melihat nya seperti kejang-kejang?)
Lalu dia terkesiap ketika sang ayah membuka mata.

Dari kedua matanya, hanya satu yang terbuka sempurna. Badannya ringkih sekali. Bibirnya sedikit miring.
Yasmine merasa iba. Dia yakin pria tua ini sakit stroke parah.

Dari mulut pria tua itu terucap suara lirih, "Rokayah.."

"Wat is het, papa?" tanya anaknya mencoba lebih dekat.
( Ada apa, papa? )

Yasmine tercengang kaget.
"Apa aku tak salah dengar?"

"Ada apa?" tanya Freddie.

"R-Rokayah.." lirih pria tua itu lagi.

Yasmine pun mencoba bertanya pada pria itu. Mungkin usia sedikit lebih tua darinya dan Ratna.
"Sorry, Mag ik vragen?"
(Maaf.. Boleh saya bertanya?)

( Anggap mereka sekarang berdialog dalam bahasa Belanda saja ya, guys.. hehe )

"Iya? Silahkan," sahut nya.

"Apa barusan ayah anda menyebut nama Rokayah?"
Jantung Yasmine berdebar-debar.

Sejenak, pria itu menatapnya heran.
"Benar. Sudah lama dia menyebut nama itu,"

"Astaga.." spontan Yasmine.

Membuat Freddie penasaran.

"Tuan.."
Hati-hati Yasmine mendekat ke samping kasur.
"Apa anda mengenal seorang perempuan bernama Rokayah dari Hindia Belanda?"

Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang