☆☆
Pagi ini setelah membantu Tati mencuci dan menjemur pakaian, Rokayah mencari Ratna untuk membantu sang anak membersihkan pekarangan rumah nyonya Fen yang sangat luas ini. Kaki nya melangkah di halaman depan, lalu mendapati nona Zhao yang berdiri sendirian di bawah pohon hias yang sedang dipakaikan kayu dan bambu sebagai penyangga supaya terbentuk teratur, rapi, seragam seperti pohon yang lain. Akan tetapi, mata awas Rokayah melihat kayu penyangga pohon itu nampak mulai goyah, menandakan sebentar lagi akan roboh. Namun nona Zhao yang tepat berada dibawah, terlihat tidak menyadari nya.
"Nona Zhao, Awas!!" Suara Rokayah terdengar melengking mengagetkan, bersamaan dengan suara patahnya kayu penyangga pohon. Dan saat itu juga, nona Zhao semakin terkejut kala tiba-tiba badannya telah terdorong menjauh dari pohon. Lalu melihat Rokayah yang sekarang telah tersungkur, tertimpa tiga balok kayu di punggung dan betis nya.
"Rokayah!" kaget nona Zhao segera menghampiri.
Dia singkirkan kayu-kayu itu dari punggung Rokayah. Kemudian lari ke rumah, memanggil yang lain untuk meminta bantuan. Sementara Rokayah duduk lemas diatas rumput. Punggung dan betis nya terasa sangat sakit.Kini, Sarti, dan Tatu, telah membawa Rokayah menuju rumah belakang, diikuti nona Zhao, nyonya Fen, dan Nur.
Yasmine dan Ratna yang tadi nya sedang mengobrol di kebun belakang pun kaget melihat Rokayah yang tampak kesakitan dengan dipapah berjalan oleh dua pembantu lain.
Ratna berlari cepat menghampiri ibunya."Emak, emak, kunaon?" tanya Ratna panik. Segera dia ambil alih Tati dan Sarti untuk membantu Rokayah berjalan memasuki rumah.
( Emak kenapa? )"Emak katingang kai, di payun."
( Emak tertimpa kayu, di depan.) jawab Rokayah diakhiri senyum agar sang anak tidak terlalu khawatir.Di ruangan depan, Ratna dan Rokayah duduk di kursi kayu, lalu Ratna menyingkap kebaya Rokayah dari belakang untuk mengecek punggung nya.
Semua orang cukup meringis saat melihat memar keunguan di punggung Rokayah. Terutama Ratna.
Ratna turun, menaruh kaki ibunya di atas kursi, lalu mengecek betis nya, yang ternyata juga betis kanan Rokayah terlihat memar. Meskipun balok-balok kayu tadi tidak besar dan tampak ringan, tapi ternyata pasti kayu itu berat, hingga dapat membuat Rokayah memar.Dalam hati, nona Zhao prihatin, juga berterimakasih pada Rokayah. Jika tadi Rokayah tidak ada, sudah pasti dirinya yang mengalami luka memar itu.
Semua telah kembali melakukan aktivitas seperti biasa, kecuali Rokayah yang istirahat di kamar, dan Ratna yang menemani nya setelah menyelesaikan pekerjaannya dahulu. Keluarga nyonya Fen pun baru saja selesai makan siang. Para pembantu mulai membereskan alat makan di meja makan.
Melihat ada sisa beberapa potong kue brownies berlapis selai berry, Yasmine segera memisahkannya ke piring baru yang lebih kecil, juga mengambil dua buah apel hijau.Nona Zhao yang melihat itu pun bertanya, "Yasmine, itu untuk apa?"
Sembari bangkit dari kursi, Yasmine menjawab, "Ini untuk bu Rokayah dan Ratna, mami,"
Kemudian melenggang pergi menuju dapur.Nona Zhao dan nyonya Fen saling melempar pandang.
"Kepedulian anak mu sangat baik, Zhao," ucap nyonya Fen.
Nona Zhao mengangguk. "Iya, mah,"
Walau dalam hati kembali terheran-heran akan kepedulian Yasmine terhadap Ratna."Permisi," sapa Yasmine di depan pintu rumah para pekerja, bersama senyum nya yang terus mengembang manis.
Ratna keluar dari kamar ibunya. Bibirnya pun ikut tersenyum melihat kedatangan sosok yang kini telah menjadi kekasihnya.
"Masuk, non,"Yasmine masuk.
"Apa kamu dan emak sudah makan siang, Ratna?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
Ficción GeneralYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...