♡43

313 61 14
                                    

☆☆

Setelah menguap lebar dan bangkit dari tempat tidur, Yasmine menyeka kantuk dari matanya, kemudian melihat ke luar jendela. Tampak matahari masih berada di balik pegunungan, melempar sinar keemasannya melalui dedaunan. Hening sekali. Angin berhembus tenang. Dapat Yasmine cium aroma berbagai tanaman dan tanah yang bersatu padu menjadi aroma alam yang begitu khas. Rasa segar nya seolah merasuk ke dalam jiwa.
Di depan rumah, dia melihat Ratna muncul dari samping kiri rumah, mengangkut beberapa potong kayu, lalu memotong nya satu persatu menggunakan kapak besar, hingga menjadi lebih kecil. Dua sudut bibir Yasmine menyungging senyum. Ada rasa sukacita nan gembira, setelah kemarin sempat dirundung ketakutan oleh sebuah perpisahan bersama si kekasih.
Tanpa mengganti gaun tidur nya, dia keluar menemui Ratna di depan rumah. Kemudian duduk di bale-bale depan pintu.
"Rajin sekali.." puji nya kemudian.

Ratna berhenti sejenak dari kegiatannya. Memandang wajah bangun tidur Yasmine yang baginya begitu menggemaskan.
"Sudah cuci muka?"

Yasmine terkekeh kecil. "Hehe. Belum."

"Ayo, saya temani!" ujar Ratna.

Dengan semangat, Yasmine pakai sepatu nya, lalu berjalan mengikuti Ratna.

Di kamar mandi tanpa atap itu, serta air yang terus mengalir tiada henti, Yasmine membasuh wajah nya.
"AHH!" kagetnya spontan. Disambut tawa Ratna.

"Dingin sekali ya?" tanya Ratna.

"Dingin sekali...." jawab Yasmine sambil menahan dingin. Namun lanjut membasuh wajah nya lagi.
"Tapi segar!" lanjutnya.

Ratna pun tertawa.

Dalam nampan yang tengah dibawa Rokayah, terdapat tiga gelas air minum hangat dan sepiring pisang bakar. Dia taruh di bale-bale depan.
"Minum dulu, non!" seru nya pada Yasmine yang datang bersama Ratna, lalu bergabung duduk.

"Terimakasih, bu.."
Yasmine meneguk air minum  nya, maka badan pun terasa menghangat kembali.

Sedangkan Ratna telah mengunyah pisang bakar yang kemarin dia ambil di kebun liar samping rumah. Ternyata rasanya cukup manis dan ada sedikit gurih. Begitu pun dengan Rokayah, melahap pelan-pelan pisang di tangan nya. Dan mata Yasmine melebar. Mulutnya berhenti mengunyah.
Mengundang tanya Ratna. "Ada apa?"

"Pisang nya enak!" ungkap Yasmine berbinar-binar.

Rokayah dan Ratna kompak tersenyum lebar.

"Sangat tidak menyangka jika pisang juga enak dibakar." tutur Yasmine.

Kata Rokayah, "Iya, non. Kami senang sekali non Yasmine suka. Sewaktu tinggal di rumah lama, kami suka makan ini. Tidak perlu repot mengolahnya. Cukup simpan saja di bawah abu dan arang api."

Yasmine mengangguk. Mungkin kapan-kapan dia akan ikut mencoba membuatnya sendiri.

Sembari menikmati pisang bakar, pemandangan alam di depan mereka tak kalah menarik untuk dinikmati di pagi hari yang masih berembun ini. Sejauh mata memandang, dibalik hutan terdapat hamparan sawah yang begitu luas, kebun warga, bukit dan pegunungan yang masih berkabut. Sesekali suara kicauan burung mampir di sekitar rumah.

Sekitar pukul tujuh, Nur telah selesai membersihkan badan nyonya Fen yang menyender lemas di kasur, dan telah mengganti pakaian nya. Nona Zhao masuk bersama Tati dengan membawa sarapan untuk nyonya Fen.

"Taruh saja di meja!" perintah nona Zhao pada Tati. Kemudian menyuruh para pembantu kembali ke dapur.

"Apa mamah sudah mendingan hari ini?" tanya nya pada sang ibu sambil menyendok sesuap bubur nasi.

Nyonya Fen bertanya balik, "Yasmine kemana?" Suaranya lirih lemah. Sorot matanya tersirat kesedihan.
"Dari kemarin dia tidak ada menjenguk ke sini.."

Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang