☆☆
"Jawab, Ratna!"
Kepala Ratna menggeleng.
"Bukan..""Lantas apa?" suara Yasmine terdengar sedikit meninggi dengan hampir menangis.
Ratna menjawab, "Orangtua mu tidak akan suka."
"Aku tidak peduli."
"Tapi mereka pasti akan mencari."
Yasmine mendesah berat. Mengabaikan pernyataan Ratna. Dan bertanya, "Mana ibu?"
Tak jauh dari sana, mereka berjalan menemui Rokayah yang terlihat duduk di pohon tumbang.
"Non Yasmine?" kaget perempuan itu.
Yasmine tersenyum. "Aku akan ikut kalian, bu."
Rokayah semakin terkejut. Dia melirik sang anak. Ratna pun masih sama terkejutnya dengan kegigihan si kekasih. Masalahnya, bukankah akan semakin menimbulkan masalah jika anak majikan yang telah mengusir ini ikut pergi bersama mereka? Mereka juga khawatir karena Yasmine yang terbiasa hidup serba berkecupan, nanti bagaimana akan bisa hidup serba biasa atau bahkan sangat mungkin bisa kekurangan seperti hidup mereka berdua. Walaupun di hati terdalam, Ratna tidak rela mereka berdua berpisah.
"Apa kamu sungguh yakin?" tanya Ratna.
Dengan tegas Yasmine menjawab, "Iya. Aku tidak ingin kita berpisah. Dan aku tidak ingin harus menikah dengan Andrew." Terdengar suaranya semakin pelan karena ingin menangis.
"Kamu pasti paham bagaimana rasanya jika harus terpaksa menikah."Ratna dan Rokayah mengangguk paham.
Sakit hati Ratna, tidak ingin membayang jika Yasmine sudah bukan kekasih nya lagi.
Rokayah bertanya, "Lalu bagaimana dengan orangtua non Yasmine?"
"Aku kabur. Hanya Sarti yang tau. Biar saja orangtua ku mencoba mencari tau, dan berusaha memahami masalah ini. Aku yakin kalian berdua tidak bersalah."
"Kami berani bersumpah tidak melakukan itu. Tapi kami tidak berhak juga jika harus ingin menetap di rumah. Mungkin ini memang sudah takdir nya jika kami berdua harus pergi, tempat kami bukan disana lagi." tutur Ratna berusaha tegar, menyemangati diri.
"Jika kita tidak bersama, maka bahagia ku tidak disana lagi.
Bawa aku bersama kalian!
Aku berjanji tidak akan merepotkan." ungkap Yasmine penuh harap.Keadaan hening beberapa saat, hingga kemudian melihat sang ibu mengangguk, Ratna pun turut yakin untuk membiarkan Yasmine ikut pergi bersama mereka.
Perjalanan menyusuri hutan masih panjang. Ratna berjalan didepan, memimpin perjalanan sembari sesekali menyingkirkan dahan-dahan pohon yang menghalangi mereka.
Yasmine menyeka keringat di dahi dan lehernya. Walaupun sudah mulai terasa sangat melelahkan, dia terus berjalan. Dia sudah berjanji, tidak akan merepotkan Ratna dan Rokayah. Berbeda dengan ibu dan anak itu yang nampak belum se lelah dirinya. Mungkin faktor kebiasaan juga. Kemana-mana sering berjalan kaki meski jauh. Sedangkan dia, tentu sering menaiki kendaraan.
'Semangat, Yasmine!' ucapnya sendiri dalam hati.
Meskipun belum tau Ratna akan membawanya kemana, dia akan terus mengikuti. Dan berdoa, semoga mereka bertiga akan segera menemukan tempat tinggal sementara yang layak."Non Yasmine, masih kuat jalan?" tanya Ratna tiba-tiba. Membuat Yasmine terkejut.
"Masih.." jawab Yasmine yakin, walau rasanya kaki sudah pegal sekali.
"Apa mau beristirahat dulu?"
Mendengar tawaran langsung seperti itu, tentu spontan kepala Yasmine mengangguk. Ratna tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
General FictionYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...