Pembaca ilegal adalah pembaca yg tidak vote tiap bab y 😇 ♡
☆☆
Yasmine mengakhiri kontak mata mereka, dan melepaskan tangannya yang berada dibawah tangan milik Ratna, disertai bibir tersenyum samar.
"Kamu minum dulu.." lirihnya."I- iya, non.." sahut Ratna. Gugup.
Ratna segera meneguk air minumnya.
Hahhh.. nafasnya terasa mulai kembali lebih tenang.
Kemudian dia bertanya, "O ya, bagaimana luka di lutut non Yasmine sekarang?""Sudah jauh lebih membaik. Tentunya berkat mu juga yang telah segera menolong ku tanpa pamrih." jawab Yasmine diakhiri sebuah senyuman yang teramat lembut. Kelembutannya sampai dapat Ratna rasakan dalam hati sanubari.
Lagi-lagi.. itu membuat debaran jantung Ratna tidak baik.
Senyuman seorang Yasmine sangat berbahaya bagi jantungnya.Ratna pun hanya dapat tersenyum samar sembari mengangguk, menghindari kontak mata dengan nona Belanda setengah Cinda itu.
Semenjak itu, kedekatan diantara Yasmine dan Ratna terus mengalir secara alami, terjalin semakin intens. Hampir setiap hari mereka bertemu. Baik di kebun tempat Ratna bekerja, atau janji bertemu di hutan tempat tinggal kucing bernama Abu.
Iya, mereka sering mengunjungi abu, memberi makan, juga bermain bersama Abu dan kucing liar lain di dalam hutan sana.
Waktu demi waktu berlalu. Sampai tak terasa bulan Desember akan berakhir, dan tahun segera berganti menjadi 1944.
Sesingkat apapun pertemuan mereka, tetap terasa sangat mengisi hari mereka berdua. Ratna pun telah memperkenalkan Yasmine pada Aji dan Saep, dan kedua temannya itu menyambut baik meski awalnya sempat terkejut, heran, bagaimana Ratna bisa berteman dengan nona Belanda, cucu dari juragan terkaya di daerah ini. Bahkan di hari minggu yang merupakan hari libur kerja para pekerja kebun, Yasmine diajak pergi ke bukit. Disana mereka memasak nasi liwet bersama. Katanya sebagai acara menyambut tahun baru. Dan untuk pertama kali nya Yasmine belajar memasak nasi liwet dan membakar ikan yang ditangkap Aji di kolam milik ayah nya.
Yasmine merasa dia seperti benar-benar masuk ke kehidupan kelas sosial lain. Merasakan sensasi yang berbeda nan sangat menyenangkan. Baginya ini pengalaman yang unik dan berharga. Dia tersenyum menyaksikan kehangatan ikatan pertemanan Ratna, Saep, dan Aji, dalam kesederhanaan serba apa adanya.
Terlihat asap mengepul tebal dari tungku pembakaran tempat nasi liwet dimasak. Aroma nasi bercampur bumbu, batang sereh, dan bawang, juga semerbak aroma ikan mujaer bakar bumbu kunyit, menguar sedap menggoda hasrat makan. Nasi liwet dan ikan bakar sudah matang, maka dua helai daun pisang Ratna siapkan sebagai alas mereka makan. Yasmine telah duduk manis, memperhatikan yang lain menyiapkan makan siang mereka."Non Yasmine sudah pernah makan nasi liwet?" tanya Saep di seberangnya.
Kepala Yasmine menggeleng. "Belum pernah.."
Aji berkata dengan percaya diri, "Non pasti akan suka! Nasi liwet buatan kami sangat enak!"
"Betul!" timpal Ratna di samping Yasmine.
Melihat semua sudah siap makan, Saep mengajak semua berdoa sebelum makan lebih dulu. Sekaligus syukuran sederhana mereka atas kedamaian di daerah ini yang tidak tersentuh oleh para tentara Jepang, atau yang biasa pribumi sebut Kempetai.
Alasan paling utama keluarga kecil tuan Lissone segera pindah ke sini pun adalah supaya lebih aman dari ancaman kekacauan yang mungkin bisa terjadi lagi di kota Bandung. Dia bersyukur memiliki istri dari keluarga nyonya Fen, yang bisa diandalkan menjadi tempat teraman dari tentara Jepang yang sempat memporak-porandakan Bandung. Sewaktu peperangan antara Jepang dan Belanda masih berlangsung dahsyat, tuan Lissone pun harus kehilangan beberapa teman dekat nya yang berhasil dibawa paksa ke kamp khusus untuk mengurung orang Belanda. Tak sedikit para pengungsi kamp yang harus meregang nyawa disana. Disebabkan sakit, depresi, ataupun kelaparan. Beruntunglah, tuan Lissone memiliki relasi dengan beberapa orang penting di pemerintahan Hindia Belanda, hingga dia dan keluarga nya memiliki privilege perlindungan khusus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
General FictionYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...