☆☆
Kicauan burung di pagi hari ini membangunkan Yasmine dari tidur nyenyak nya. Menengok ke samping kiri, orang yang semalam tidur di sampingnya sekarang sudah tidak ada. Dia bangkit dari kasur, lalu beranjak pada meja rias saat melihat keberadaan secarik kertas di atas meja dekat segelas air putih. Isi tulisan itu;
'Selamat pagi, non Yasmine
Maaf saya harus bangun lebih awal untuk keluar dari kamar. Khawatir emak mencari saya.
Jangan lupa non minum air putih nya ya'
RatnaBibir Yasmine pun mengulas senyum lebar yang amat riang.
Kaki Yasmine melangkah sambil menari-nari di atas lantai. Perlahan dia buka jendela kamar, dan disambut cahaya langit pagi yang terlihat cantik. Dia pun bersenandung ria. Di samping kamarnya, terlihat sejumlah kupu-kupu telah berterbangan di sekitar bunga tabebuya, dan tanaman bunga lainnya.
Manis sekali pagi hari nya ini..Di belakang, tepatnya di depan rumah para pekerja, terdapat kebun yang ditanami beberapa tanaman seperti daun mint, sereh, seledri, dan bawang daun, juga pohon buah jeruk keprok, jeruk nipis, tomat, dan timun.
Rokayah yang baru saja mengambil sarapannya dari dapur rumah ini, mendapati Ratna duduk sendirian di tembok pembatas teras sembari membawa sepiring nasi goreng di tangan. Akan tetapi, anaknya itu malah tampak asik melamun, disertai bibir yang sesekali tersenyum sendirian.Rokayah geleng-geleng kepala. "Ratna.."
Mendengar suara sang ibu, Ratna menoleh. "Eh, emak.."
"Kalah ngalamun.. Lebar eta sangu. Sok geura di emam!" kata Rokayah.
( Malah ngelamun.. Kasihan itu nasi. Ayo cepat dimakan! )Ratna tersenyum malu. "Muhun, mak.."
( Iya, mak.. )
Kemudian memakan nasi goreng itu.Para pekerja di rumah nyonya Fen biasa dijadwalkan sarapan lebih awal dari para majikannya. Mereka akan memasak di dapur rumah belakang itu. Karena para majikan pada pukul enam biasa masih berada di kamar masing-masing. Sementara para pembantu bagian rumah; Nur, Sarti, dan Tati, telah selesai sarapan lebih dulu, dan sudah mulai beraktivitas di rumah utama. Ada yang membereskan tirai, menyapu, menyiapkan bahan sarapan, dan mengepel.
Mang Jaja terlihat baru selesai gosok gigi di dekat sumur, dia berjalan hendak memasuki rumah sambil membetulkan ikatan sarung nya di pinggang.
"Kunaon Ratna ngalamun bari seuri sorangan?"
( Kenapa Ratna melamun sambil tersenyum sendiri? )
Tanya nya ikut mengomentari Ratna."Ah, teu nanaon, mang.."
( Ah, gak kenapa-kenapa, mang..) jawab Ratna.Dan mang Jaja menyahuti, "Sugan we ngalamun keun kabogoh," lalu tertawa kecil.
( Siapa tau ngelamunin pacar )Ratna tertawa canggung. Sambil berbicara dalam hati, 'Si mang Jaja mah sok tau tapi bener oge.'
( si mang Jaja mah sok tau tapi benar juga )Ratna, "Ah, kabogoh timana sih mang?"
( Ah, pacar darimana sih mang? )Mang Jaja duduk disamping Rokayah.
"Ratna kabogoh na urang mana?"
( Ratna pacar nya orang mana? )Rokayah menjawab, "Duka tah.. Da abi ge teu terang lamun Ratna tos gaduh kabogoh mah."
( Tidak tau, tuh.. Saya juga tidak tau kalau Ratna sudah punya pacar mah.)
Diakhiri tawa kecil."Upami Rokayah ayeuna tos gaduh deui acan?" tanya mang Jaja dengan senyum sok tampan nya.
( Kalau Rokayah sekarang sudah punya lagi belum? )Sebelum Rokayah bersuara, suara dekhem Ratna sudah terdengar nyaring sampai mengagetkan mereka berdua. "EKHEMM!"
Rokayah jadi tergelak menahan tawa.
"Akang Jaja engal ka lebet, atuh.. Ange acuk na..! Teu tiris?"
( Akang Jaja cepat ke dalam, atuh.. Pakai baju nya..! Gak dingin? )
KAMU SEDANG MEMBACA
Something [END]
General FictionYou're a sunday morning kind of beauty Hindia Belanda, Jawa Barat, Tasikmalaya. 1943. Tidak ada yang tau, jika seekor kucing liar hadir, menjembatani mereka berdua pada suatu takdir. Sesuatu diantara dia & dia, sesuatu diantara mereka & kehidupan. Y...